Duniaku seakan hancur dalam waktu sepersekian detik, baru saja aku bersenang-senang dengan beberapa orang disekitarku lalu detik ini semua seakan menuduhku menjadi monster yang layak dibenci. Bahkan yang aku lakukan tadi malam hanya minum bersama beberapa teman, menceritakan semua keluh kesahku, dan mengatakan apa rencana yang akan aku lakukan. Namun pagi ini aku sudah bangun dengan rumor yang meledak di sosial media.
Bohong! Tidak ada satu orang terkenal pun di dunia yang tidak mengecheck sama sekali nama mereka didalam internet. Memastikan dirinya masih dicintai, dan masih dianggap menjadi nyata untuk beberapa orang. Dan itu yang aku lakukan sekarang, jika saja semuanya baik-baik saja seperti sedia kala, mungkin aku sudah berada didapur memasakkan beberapa makanan untuk para memberku yang lain.
Yup! Aku merupakan member paling tua dan sekaligus mendapat mandat sebagai leader mereka. Sudah semestinya aku memastikan semuanya sehat dan makan dengan baik. Tapi jangankan untuk berdiri, untuk menyadarkan pikiranku saja aku tidak bisa kali ini. Semua sel didalam tubuhku seakan terlalu lemah untuk menerima serangan tiba tiba ini.
Irene allegedly acted rudely to a stylist after the Korean stylist's post spread on social media.
Diriku sendiri bahkan tidak sama sekali mengingat kapan kejadian itu terjadi. Baru saja atau sudah beberapa tahun yang lalu? Bukan berniat untuk membela diri tapi aku sendiri sama sekali tidak pernah berteriak kepada seseorang yang ada disekitarku apalagi bertindak buruk. Semua orang bekerja dan aku tidak punya hak untuk memperlakukan mereka dengan buruk.
Baiklah, mungkin disini aku terlalu membenarkan diriku. Karena pada kenyataan nya setiap orang memiliki prespektif yang berbeda, maka dari itu mungkin lebih baik ia sendiri yang akan menyelesaikan ini sampai tuntas, sampai dirinya bersih dan bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.
**
Aku memakai bajuku seadanya untuk menemui seseorang yang tengah menebar rumor membingungkan. Aku akan ditemani oleh manager kali ini, dan aku tidak akan bercerita kepada siapapun termasuk memberku sendiri, nyatanya mereka nampak tidak tahu. Bahkan aku belum menerima ketukan dari pintu sampai sesiang ini."Oh! Unnie, mau kemana?"
Sapaan pertama kali yang aku terima ketika keluar dari kamar. Aku menjinjing tas dan juga sepatuku untuk segera berangkat. Dan itu Seulgi, sedang makan semangkuk sereal ditemani oleh televisi yang menyala."Aku ada urusan sebentar, kamu bisa bilang ke yang lain nanti. Aku pasti kembali tepat waktu, di sore hari" Jelasku sambil buru-buru memakai sepatu kemudian keluar rumah.
"Hati-hati, Unnie!" Teriak Seulgi yang masih bisa kudengar. Aku hanya berdehem lalu berjalan menuju mobil manager yang sudah menungguku disana. Setidaknya masalah ini harus segera selesai sebelum agency mendengar dan masalah semakin membesar.
"Bagaimana bisa, Joohyun-ah. Aku masih tidak paham" Celetuk managerku ketika aku sudah berada didalam mobil selama 20 menit. Kami memang berencana untuk menuju rumahnya, dan dirinya juga sudah sepakat mau bertemu denganku.
"Aku juga tidak tahu, Oppa. Aku hanya pergi dengan temanku tadi malam lalu bangun tidur mendapat rumor seperti itu. Oppa pikir aku juga paham?"
Managerku hanya menggaruk tengkuk nya karena kebingungan. Group kami memang lama tidak melakukan comeback dan bulan ini jadwal kami akan melakukan nya, namun dengan mendapat rumor seperti ini bisa terancam gagal.Mendapatkan rumor ketika akan melakukan comeback merupakan mimpi buruk setiap para idol yang ada didunia. Aku berani bertaruh, mereka bahkan rela mati daripada terjerat rumor yang tidak baik seperti ini. Sungguh konsekuensi yang sangat berat.
Setelah hampir 45 menit akhirnya aku sampai disebuah lingkungan huni yang nyaman dan sepi. Rumah disini nampak besar dan elite, tidak terkejut karena seorang stylist juga memiliki jam kerja tinggi yang tidak tanggung-tangung. Apalagi yang sudah memiliki nama besar pasti akan melampaui batas kesuksesan nya.
Managerku berhenti disalah satu rumah yang sangat cantik, aneh sekali kalau dilihat banyak sekali bunga dihalaman yang terawat. Semua orang tidak akan menyangka jika pemilik rumah adalah seorang laki-laki. Setelah dipersilahkan masuk aku masih saja mengagumi isi rumah yang sangat menakjubkan ini, akan sangat nyaman tinggal dirumah yang sangat cantik seperti ini. Seperti suatu kebanggaan.
"Maaf sampai membuatmu datang kemari, Irene-ssi" Suara seseorang membuat aku yang tadi berdiri kemudian bersembunyi dibalik tubuh menagerku, sudah kukatakan jika aku adalah bukan seseorang yang berani menghadapi apapun.
Laki-laki yang mungkin berusia jauh dariku itu kemudian duduk sambil mempersilahkan aku dan manager untuk duduk juga. Aku hanya bisa menelan gugup ludahku, ini adalah skandal kecil yang pernah aku alami, dan aku sangat ketakutan.
"Terimakasih sudah mau menyambut kami, sebenarnya kami hanya ingin bertanya. Apa benar tindakan dari artis saya, Irene-ssi. Melukai anda sebagai stylist?"
Dengan angkuh stylist itu kemudian tertawa, ini malah semakin terlihat menakutkan untukku."Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin membawa masalah ini sampai melebar luas. Aku hanya mencurahkan apa yang aku rasakan didalam otakku, aku tidak menuntut apapun selain minta maaf"
Aku melihat kearah managerku, managerku sebelumnya mengatakan untuk tidak mengatakan apapun sebelum ia ijinkan. Karena jika gegabah mungkin karirku bisa menjadi taruhan nya, aku hanya bisa diam tidak mengelak apalagi mencurahkan pendapat, aku tidak ingin semuanya semakin berantakkan.Managerku masih terus bernegosiasi sampai rasanya kakiku kebas. Iya, aku ingin sekali ikut berbicara atau paling tidak aku ingin membuka mulut untuk mengatakan yang benar dan yang salah. Tapi aku tidak bisa, aku harus menunggu managerku.
"Joohyun-ah, bisa kau jelaskan apa yang terjadi diantara kalian? Aku tidak bisa memahami"
Aku hanya menganguk sambil menelan air ludahku sendiri, bahkan tanganku sekarang sudah basah karena gugup. Ini lebih menegangkan daripada aku debut pertama kali."Rasanya aku bertemu dengan stylist-nim ketika berada disalah satu photoshoot. Aku tidak bisa ingat betul bagaimana kejadian nya, tapi yang pasti disana aku mengatakan tidak mau menggunakan sepatu yang terlalu tinggi karena tumitku sedang sakit"
Ucapku dengan jujur. Iya, saat itu yang aku ingat kami sedang melakukan photoshoot untuk salah satu majalah. Mungkin nada bicaraku yang tidak kusadari meninggi akibat setan yang merasuki otakku sehingga menyakiti orang lain. Mungkin saat itu juga aku sedang memiliki hari yang sulit, ditambah tumitku yang sakit akibat terlalu lama bekerja seharian.
"Irene-ssi, seharusnya kau tahu, kalau disana kau adalah orang yang dibayar untuk memamerkan hasil karyaku lalu kenapa kau malah membantah?"
Aku menggeleng."Bukan begitu, bukan maksutku untuk membantah stylist-nim. Tetapi kakiku memang sangat sakit saat itu, jika dipaksa memakai heels yang tinggi aku tidak akan mampu berdiri. Dan aku bisa melihat disana stylist-nim membawa sepatu cadangan jadi kukira lebih baik memakai sepatu yang lain"
Aku menunduk. Baru aku sadari jika memang disinilah aku yang salah, aku artis. Seharusnya aku selalu mengatakan iya sebagai bentuk professional kerja saat keadaan apapun. Bukan malah memilih sepatu sendiri, lagipula aku juga sedang bekerja bukan sedang pergi makan malam."Maafkan aku, stylist-nim" Lanjutku membuat aku mendengar manager disebelah menghela nafasnya pasrah. Mereka kalah kali ini.
"Minta maaflah pada akun pribadimu, aku juga sudah terlanjur menyebarkan disana. Jika kau meminta maaf ditempat lain, kemungkinan semua orang di social media tidak akan tahu. Setelah itu masalah akan selesai, Irene-ssi"
Aku melirik kearah managerku, jika aku angkat bicara pada media sosialku. Aku tau semuanya akan menjadi kacau. Skandal ini akan berubah menjadi serius, tetapi mau bagaimana lagi."Apakah tidak ada jalan lain untuk damai? Misalnya dengan mengatakan di akun anda jika semua baik-baik saja?" Managerku masih saja mencoba bernegoisasi.
"Kenapa korban yang harus meminta maaf?"
Kalah telak sudah.— bersambung. —
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandals
FanfictionHidupku semua pada tempat nya hingga semua berputar menjadi bomerang menusukku, tidak ada pilihan lain yang bisa kulakukan. Selain menerima hukuman dari kesalahanku sebagai manusia. Cover Cr on Printerest.