Part 24

280 46 8
                                    

Joohyun berada didalam mobil milik Seokjin saat ini, laki - laki itu diam saja sejak Joohyun menggenggam tangan nya untuk pergi meninggalkan studio milik Suho. Jujur saja Joohyun juga tidak berekspetasi jika Seokjin berada di kantor nya sendirian, apa yang akan ia lakukan disana? Benak Joohyun bertanya - tanya namun ia bingung memulai darimana. Joohyun masih terus melirik kearah Seokjin yang fokus menyetir, ia menunggu Seokjin menanyakan sesuatu namun mulutnya tak kunjung terbuka. Hingga ponsel milik Joohyun berdering, ternyata panggilan dari manager nya.

"Oh! Oppa!" Sahut Joohyun.

"Ya aku sedang bersama nya, kau bisa langsung pulang saja, Oppa!" Joohyun menjawab sedikit melihat kearah Seokjin.

"Ya aku tidak akan lupa" Kemudian Joohyun mematikan ponsel nya, ia meremas tas selempang nya karena ingin mengatakan untuk langsung pulang. Karena sang manager mengatakan jika besok Joohyun memiliki jadwal photoshoot pertama kalinya sejak ia hiatus beberapa bulan ini. Namun ia juga tidak enak mengatakan kepada Seokjin yang nampak menahan sesuatu.

"Hmm... Kau akan membawaku kemana? Bisakah kau mengantarku langsung ke dorm? Aku butuh istirahat besok pagi aku ada pekerjaan"
Ucap Joohyun menghilangkan keheningan didalam mobil ini. Namun yang terjadi sangat di luar prediksi, Seokjin menepikan mobilnya kemudian mematikan mesin mobil di pinggir jalan. Seokjin bahkan melepas seatbelt nya.

"Ada apa?"

"Apa yang kau lakukan didalam sana?" Ucapan pertama yang muncul dari mulut Seokjin membuat Joohyun bingung.

"Dimana?"

"Ditempat itu. Berdua saja dengan Suho-ssi?"
Joohyun langsung mengerti, Seokjin memang tidak sempat menyapa Suho karena Joohyun langsung menarik tangan nya. Yang Joohyun tau mereka hanya adu bertatapan.

Joohyun menelan ludahnya gugup. "Tidak melakukan apa - apa, itu juga bukan urusanmu"

"Itu urusanku, Joohyun-ssi"
Joohyun tidak paham kemudian mengerutkan dahi sambil menatap Seokjin yang matanya sudah melemah setiap berbicara dengan dirinya. Joohyun lambat laun menyadari itu.

"Bagaimana bisa itu menjadi urusanmu?"

"Karena kau kekasihku"
Joohyun mendelik. Ia tidak percaya, apakah Seokjin mendengar perkataan nya tadi? Tidak mungkin ruang studio pasti akan kedap suara, sedekat apapun orang luar dengan pintu tidak akan mendengar percakapan orang didalam nya.

"Kenapa kau diam saja? Kau sungguh lupa kejadian semalam ya?"

Joohyun semakin melotot "Jangan membahas hal itu dihadapanku"

Seokjin kemudian diam saja, ia masih duduk dengan menghadap Joohyun. Karena tidak ada balasan lagi membuat Joohyun akhirnya penasaran. "Memang apa yang terjadi semalam?"

"Kau tidak mengingatnya sama sekali?"

Joohyun menggeleng masih saja tidak terima "Aku ingat, hanya saja butuh bantuan untuk mengingatnya lebih banyak"

"Aku memintamu untuk menjadi kekasihku kemarin" Joohyun terkejut. Seokjin menyatakan perasaan nya saat dirinya mabuk? Tidak sadarkan diri? Itu sangat tidak adil.

Joohyun menelan ludahnya "Lalu apa yang kukatakan?"

"Kau menerimanya"

"Tidak mungkin"

"Itu benar terjadi"

"Kau tidak memiliki bukti" Sanggah Joohyun.

Seokjin semakin tidak terima "Menurutmu aku harus merekam kita berdua yang sedang berantakkan itu agar kau percaya? Itu akan terlihat aneh"

Joohyun menutup mulutnya karena ia tahu kondisi apa yang sedang dibicarakan oleh Seokjin. Ia tidak menyangka dirinya dan Seokjin akan sejauh ini. "Hey! Berhenti mengatakan persoalan malam itu"

"Lalu bagaimana? Haruskah aku mengatakan perasaanku lagi agar kau percaya jika aku benar - benar ingin menjadi kekasihmu? Joohyun-ah, kau sudah menerimaku kemarin, kenapa kau bisa lupa?" Sungguh pemandangan yang aneh melihat Seokjin merengek dihadapan nya.

Kepala Joohyun sedang bekerja keras saat ini, seharusnya mabuk bukan masalah ia tidak akan kehilangan memori atau kesadaran nya. Kenapa ia tidak mengingat sama sekali dimana Seokjin mengatakan perasaan nya kepada Joohyun? Ia hanya samar samar mengingat percakapan mereka berdua di meja makan, dengan minuman soju dihadapan nya. Tapi Joohyun tidak bisa mengingat dengan benar apa yang mereka bicarakan. Seokjin masih terus menatapnya penuh harap, ia tidak menyangka bagaimana bisa ia menerima Seokjin begitu saja? Memang ia menyukai laki - laki itu? Joohyun selama ini hanya kagum karena Seokjin yang selalu menolong nya, tidak pernah terbesit dalam pikiran nya untuk berkencan.

"Sudah ingat?"
Joohyun diam saja, kemudian dengan gerak cepat Seokjin meraih kedua tangan Joohyun dalam genggaman nya. Joohyun terkejut namun membiarkan saja apapun yang akan dilakukan oleh Seokjin, entah kenapa ia sudah sangat percaya kepada laki - laki yang lebih muda darinya ini.

Joohyun melihat tangan nya yang berada dalam genggaman Seokjin, pria itu dengan lembut mengusap punggung tangan Joohyun membuat ia sedikit merinding.
"Aku ingin jujur, kalau aku menolongmu bukan karena aku kasihan tapi karena sejak saat itu aku sudah menyukaimu lebih dulu, bahkan sejak kita bertemu untuk pertama kali disalah satu acara sebagai MC. Entah kenapa saat itu aku selalu mencari tahu tentangmu, bayanganmu selalu membuatku berfikir bagaimana cara untuk bertemu denganmu lagi, hingga ibuku sendiri yang membawamu pulang kerumahku. Sungguh hal yang memalukan"

Joohyun tersenyum mengingat bagaimana ia bisa sampai menginap dirumah Seokjin padahal ia tidak mengenal Seokjin sedekat itu.
"Aku tidak pernah menganggap semua ini pura - pura, aku selalu menganggap dirimu benar- benar kekasihku. Aku berani sumpah! Aku bahkan sudah menceritakan kepada semua temanku, aku bangga menjadi kekasihmu"

Seokjin sedikit menjeda perkataan nya dengan melihat mata Joohyun yang berkaca - kaca, entah apa yang ada dipikiran perempuan itu membuat Seokjin semakin semangat untuk melanjutkan perkataan nya, Joohyun juga nampaknya menantikan itu.

"Semua yang kulakukan untukmu adalah nyata, Bae Joohyun-ssi. Aku tidak pernah berpura - pura karena aku memang mencintaimu. Kau marah ketika Hani berkata aku menciummu karena pura - pura, kenyataan nya aku hampir tidak bisa tidur semalaman karena kau adalah perempuan pertama yang kucium"
Joohyun terkejut dan hampir tertawa, namun ia mengurungkan niat karena Seokjin menundukkan kepalanya mungkin karena malu.

"Aku yang pertama untukmu?"
Seokjin menganguk, jika seperti ini baru terlihat jika Seokjin lebih muda ketimbang Joohyun. Ia seperti anak kecil yang kepergok menyukai seorang perempuan.

"Kau juga perempuan pertama yang membuatku berdebar selama hidupku, Joohyun-ssi"
Joohyun kemudian terkekeh melepaskan tangan nya dan beralih mengusap pipi Seokjin yang merona.

"Kau menggemaskan"

Seokjin tersenyum, "Kau menerimaku?"

"Aku tidak ada pilihan lain, lagi pula semua orang sudah tau jika aku adalah kekasihmu, bukan?"
Mendengar hal itu membuat Seokjin sumringah dan langsung membawa Joohyun kedalam pelukan nya, ia memeluk perempuan nya dengan erat bahkan sesekali mencium telinga nya karena mau menerima pernyataan Seokjin barusan.

Joohyun yang tidak pernah membalas pelukan Seokjin sebelumnya kini sudah tidak sukan mengeratkan kedua tangan nya pada punggung lebar milik Seokjin. Ia juga merasakan bagaimana Seokjin menciumi daun telinga nya sambil membisikan kata jika ia mencintai nya dan ia berterimakasih karena menerimanya. Kini hidupnya sudah tidak ada beban untuk berpura - pura karena mereka resmi menjadikan hubungan mereka nyata.

"Aku mencintaimu"

"Aku tau"


— Bersambung. —

The ScandalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang