02. Sudah bertemu, luka?

272 69 159
                                    

SEBELUM MEMBACA VOTE DULU YUK 💥

Follow _Hazeell

🩶HAPPY READING🩶

_________________________

"SYLEENE BANGUN INI SUDAH SIANG! MAU JADI APA KAMU KALO BERANGKAT SEKOLAH SAJA MALAS-MALASAN!" Teriakan memekikan terdengar dari arah dapur.

Suaranya sangat terdengar jelas di rumah yang hanya terdapat dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruangan sepetak dengan kursi yang sudah usang.

"SYLEENE, CEPAT BANGUN DAN SEKOLAH." Suaranya terdengar semakin dekat.

BRAKK

Tanpa aba-aba, pintu kamar yang sudah tidak layak itu didobrak, kini terbuka menampakkan Syleene yang tengah berbaring di atas kasur keras berbahan kapuk. "Mah, Syleene gak sekolah dulu, pusing banget," ucapnya dengan wajah pucat dan suara serak khas bangun tidur.

"Alah, alasan saja kamu ini. Cepat bangun! Atau mau saya paksa?" desak Medina-mamanya ia menarik lengan Syleene agar mengubah posisinya menjadi duduk.

Syleene mengerjapkan netranya, ia bangun dengan susah payah, karena tidak ingin luka di tubuhnya bertambah. Dengan tertatih, Syleene melangkahkan kaki mungilnya menuju kamar mandi yang berada di dapur dengan menjadikan tembok rumahnya sebagai cekalan agar tubuhnya tidak ambruk. Gadis itu terlalu rapuh untuk menanggung luka sebanyak ini.

Kakinya lemas akibat kejadian malam tadi, saat Syleene diseret oleh medina di pemakaman neneknya. Sudut bibirnya juga terlihat sedikit luka, belum lagi lengannya yang dilukai oleh dirinya sendiri.

"Jalan saja lambat banget! Cepat Syleene, ini sudah siang, kamu harus pergi ke sekolah!" sentak Medina seraya mendorong tubuh rapuh Syleene agar ia cepat masuk ke dalam kamar mandi.

BRAKK

Setelah Syleene berada di dalam kamar mandi, Medina menutup pintunya dengan kasar. Hal itu membuat Syleene yang sudah berada di dalam tersentak kaget.

"Awh." Syleene hanya bisa meringis pelan, sudut bibirnya terlalu sakit untuk lebih banyak mengeluarkan kata.

Syleene mulai melakukan kegiatannya, membasahi seluruh tubuhnya dengan hati-hati. Perih, yang ia rasakan di seluruh tubuhnya yang penuh dengan luka baru.

Meskipun sebenarnya hal seperti ini sudah biasa terjadi. Tapi, kali ini tidak ada satu orang pun yang membelanya. "Nek, Syleene kangen," batinnya menangis, matanya juga mengeluarkan cairan bening tanpa permisi. Namun, dia tetap melakukan kegiatannya dan segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Setelah selesai memakai pakaian sekolahnya, Syleene memakai blazer guna menutupi luka, blazer berwarna merah muda pemberian dari neneknya. Setelah itu, Syleene mencari keberadaan mamanya, namun sudah tidak ada di penjuru mana pun. Mungkin Medina sudah berangkat untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga dan biasanya pulang nanti sore.

Syleene segera berangkat ke sekolahnya tanpa sarapan terlebih dahulu, karena sudah ia pastikan di rumahnya hanya ada air putih saja. Jadi, ia pergi ke sekolah dengan perut kosong.

Syleene berjalan kaki menuju tempat yang biasa dilewati angkutan umum. Ia menunggu di pinggiran jalan, sesekali tangannya mengusap cairan bening yang sedari tadi membasahi pipinya.

Ketika netranya melihat angkut, tangan kanannya terangkat mengayun menghentikan mobilnya. Syleene duduk menunduk menyembunyikan wajahnya yang lebam.

Setelah sampai di depan sekolah, Syleene sudah siap akan mendapat kuhuman. Pasrah, dengan nafas yang memburu dan keringat yang membanjiri pelipisnya, ia menatap gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Penderitaannya belum berakhir, bahkan ini baru dimulai. Benar, kan?

Moon Without Light [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang