HALLO LOHA SELAMAT DATANG JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA ヽ(●´ε`●)ノ
🩶HAPPY READING🩶
Ketika siswa-siswi lain sudah berdesak-desakan di gerbang sekolah, Syleene malah berjalan dengan gontai. Siswa yang lain ingin cepat sampai di rumahnya untuk istirahat setelah lelahnya belajar. Sedangkan Syleene tidak tahu harus mencari rumah kemana, kini rumahnya hanya menjadi luka penuh siksa.
Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, tapi malah membuat nyawanya tidak aman.
Syleene menyusuri lorong yang sudah sepi, tatapannya seperti kosong, langkah demi langkah yang ia lalui seperti tidak ada harapan. Tapi, sekelebat matanya melihat hal yang menarik di papan informasi utama SMA Garuda.
Demi menuntaskan rasa penasaran, langkah kecilnya membawa Syleene menghampiri papan informasi, ia melihat kertas bertuliskan JOB VACANCY di sana. Entah siapa yang memasangnya, yang pasti itu akan sangat membantu Syleene, mengingat akhir-akhir ini Medina jarang memberinya uang, dan tabungan Syleene pun sudah menipis.
Syleene membaca kata demi kata yang tertera di sana, lowongan pekerjaan yang cocok untuk anak sekolah—part time di sebuah kafe yang jaraknya tidak jauh dari tempat ia belajar.
"Kalo Syleene daftar, kira-kira keterima gak yah," gumamnya seraya menunduk lesu, tangannya jatuh lemas di sisi tubuhnya seakan-akan dia tidak akan pernah mendapat kesempatan, seakan-akan dirinya akan selalu kalah. Karna memang selama ini ia selalu pasrah, dia sudah lelah untuk melawan kejamnya dunia tanpa ketenangan
"Pasti keterima," sambar seorang laki-laki yang entah dari mana datangnya. Suara menggema di ruangan yang sudah sepi itu membuat Syleene terkesiap.
Syleene gelagapan, ia pikir sudah tidak ada orang di sekolah, mengingat ia cukup lama belajar tambahan tadi. Ternyata Syleene salah menebak, bagaimana bisa laki-laki berseragam urak-urakan itu masih ada di sini. Jika yang lain akan segera pulang untuk sekedar nongkrong bersama teman, Askara malah berkeliaran di sekolah.
"Ko masih di sini?" tanya Askara basa-basi demi menghilangkan kecanggungan yang tercipta.
"Baru selesai belajar tambahan," jawabnya jujur.
Askara mengerutkan keningnya bingung, dia ingin berucap tapi masih belum paham dengan jawaban Syleene. "Belajar tambahan?" tanyanya meminta penjelasan.
Syleene mengangguk dengan pasti.
"Ambis banget lo, buat apaan deh?" tanya Askara heran.
"Buat seleksi perlombaan," jawab Syleene singkat.
Askara diam mencerna, pandangannya berpindah dari satu objek ke objek lain seraya berfikir, kemudian dia menepuk jidatnya sendiri setelah menemukan jawaban. "Oh, gue tau, lo siswi beasiswa ya? Hm ... sekolah ini emang punya sistem yang kejam buat murid pintar, apalagi beasiswa jalur rapor."
Syleene mengangkat pandangannya menatap Askara, ia membulatkan matanya, sedangkan jemari lentiknya bermain dengan pinggiran rok yang ia pakai, napasnya naik turun seolah-olah ada sesuatu yang mengganggunya, sedih, ragu, takut, dia sangat bingung, apakah yang diucapkan Askara benar? Apakah tidak ada sisa tenang untuk Syleene? "M-maksudnya?" tanya Syleene dengan terbata-bata.
Askara mengedikkan bahu santai. "Gue tau lo pinter, jadi santai aja," ucapnya, setelah itu dia pergi meninggalkan Syleene tanpa berpamitan.
Syleene menggelengkan kepalanya pelan seolah-olah hal itu bisa menghapus semua prasangkanya yang buruk. Berharap, dia segera menemukan arti bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Without Light [TERBIT]
Teen FictionKematian dan kisah cinta yang tersimpan selama 16 tahun menjadi latar belakang cerita ini. Melanjutkan hidup dalam semangat ucapan mayat adalah caranya untuk tetap bertahan. Pertemuan pertamanya di tempat yang nyeleneh membuat Askara Rakesh Abivad...