12. Ada apa?

54 8 0
                                    

HALLLO VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!!!!ヽ(●´ε`●)ノ

🩶HAPPY READING🩶

.

Suasana malam yang semakin larut menyelimuti kafe milik Dillan. Lampu-lampu redup menyinari ruangan itu, menciptakan nuansa hangat dan intim, aroma kopi dan makanan yang tersisa di udara memberikan kesan nyaman bagi siapa pun yang berada di dalamnya.

Para pengunjung yang tadi meramaikan tempat itu kini sudah mulai pergi satu-persatu. Syleene dengan wajah yang cantik berseri-seri, selalu menampilkan semangat yang tak pernah pudar meski lelah selalu menghampiri, ia dengan cekatan membereskan meja-meja dan kursi yang telah kosong, memastikan segala sesuatu telah tertata kembali dengan rapi tanpa ada yang terlewat.

Dillan berjalan perlahan memeriksa setiap sudut, memastikan tidak ada yang tertinggal atau terlupakan untuk dibereskan. Senyum tipis tersungging di bibir pemuda matang itu, dia merasa puas atas kerja keras Syleene yang notabenenya masih sekolah kelas X, begitupun seluruh timnya yang selalu bekerja tanpa mengeluh.

Dengan langkah yang ringan, Dillan menghampiri Syleene yang sedang membereskan meja. "Sudah malam, lebih baik kamu pulang," ucapnya dengan lembut.

Syleene melihat arloji yang melingkar di lengan kirinya, waktu menunjukan pukul 12.46 WIB, sudah tidak ada lagi pengunjung saat ini. "Iya Kak, sebentar lagi," ucapnya seraya membereskan meja terakhir.

Setelah menelusuri seluruh penjuru kafe, hanya sisa 1 pemuda di sudut ruangan, sosok laki-laki yang sudah tidak asing lagi bagi Syleene. Laki-laki itu menghampiri Syleene dengan menyunggingkan senyum bahagia. "Mau pulang bareng?"

Syleene menggeleng yakin. "Gak usah kak, Syleene pesan gojek saja."

Askara menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sama-sekali, kedua matanya menelusuri sudut-sudut ruangan mencari alasan agar ia bisa mengantar gadis itu, merasakan hangat di sepanjang jalan seraya berbagi isi pikiran. "Bareng gue aja, sekalian," usulnya.

"Tapi ak—"

Dengan lembut, Askara meletakkan telunjuknya pada bibir Syleene, memberikan isyarat agar Syleene tidak bersuara, ia tidak ingin mendengar alasan apapun. Tatapan matanya bertemu, menyampaikan pesan tanpa kata-kata bahwa Askara ingin menikmati kebersamaan lagi, dalam keheningan yang menenangkan seperti kenangan di pasar malam kala itu. "Gue tunggu," ucap Askara tidak ingin di bantah.

Syleene mengangguk, jika sudah seperti ini, Askara tidak bisa di bantah. Setelah menyimpan alat kebersihan, Syleene membawa tas miliknya, lalu menghampiri Dillan terlebih dahulu. "Kak, saya pamit duluan," ucapnya.

Dillan tersenyum ke arah Syleene. "Silahkan, terimakasih untuk hari ini."

Setelah mendapat jawaban, Syleene tersenyum, dia sangat bersyukur karena Dillan selalu memperlakukannya dengan baik, dia tau cara memanusiakan manusia, pantas saja jika cafe-nya selalu ramai.

Kini langkah kecil Syleene menghampiri Askara yang sudah menunggunya di depan, jantungnya berdebar tak karuan, apakah gadis itu sudah memakai perasaannya?

"Udah?" tanya Askara yang melihat Syleene menghampirinya dengan ragu, terlihat dari jemari dia yang memainkan tali tasnya.

Syleene mengangguk. "Udah Kak."

Setelah Askara memarkirkan motornya, Syleene naik dengan hati-hati, kini mereka membelah jalanan yang mulai sepi, angin malam yang menerpa Syleene terasa menyegarkan, seolah-olah bisa menghapus lelahnya bekerja.

Setelah hening beberapa saat, Askara membuka obrolan demi menghilangkan kecanggungan yang tercipta. "Gimana kerjanya hari ini?" tanya Askara, meskipun itu hanya pertanyaan sederhana dan biasa, tetapi siapa pun akan senang karena merasa dipedulikan, merasa diperhatikan. Terlebih oleh orang yang kita sayangi.

Moon Without Light [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang