Halooo call me Ell
Sebelum membaca, vote & komen 💥
Follow _Hazeell
🩶HAPPY READING🩶
___________________
Sorot mentari pagi masih setia menyinari, menyiksa tiga orang dewasa yang duduk di bangku SMA.
Syleene, Askara dan Kenneth.
Satu jam telah mereka lewati, meskipun Askara dan Kenneth menjalankannya dengan mulut yang tidak berhenti berbicara. Entah itu hanya sekedar beradu nasib atau membicarakan rumput yang bergoyang.
Sedangkan mulut Syleene terasa pahit dan ia ingin memuntahkan sesuatu. Tapi, Syleene menahannya mati-matian, karna ia ingin terlihat baik-baik saja. "Aku gak papa," Syleene berucap menyemangati dirinya sendiri.
Askara menautkan kedua alisnya heran seraya menatap Syleene. "Gue gak nanya?"
"Gue juga gak nanya," timpal Kenneth. "Tapi Kalo lo curhat, gue siap dengerin," lanjutnya ditunjukkan untuk Syleene.
Namun, beberapa detik setelahnya Askara sadar bahwa wajah adik kelasnya itu putih pucat. "Lo sakit?" tanyanya khawatir.
"Mending balik ke uks aja deh," saran Kenneth yang juga melihat wajah pucat itu.
"Aku gapapa," jawab Syleene, namun dengan suara yang semakin melemah. Syleene menunduk karena merasa diperhatikan oleh Askara dan Kenneth.
"Lo pucat, gue anter ke uks ya?" ucap Askara serius. Tangannya terangkat ingin memegang lengan Syleene.
Sekali lagi, Syleene malah berucap, "Aku gapapa, aku masih kuat."
"Lo gak bisa bohongin gue." Askara mengangkat pandangannya menatap dalam birunya langit siang itu. Hatinya berdenyut sakit entah apa alasannya. "Semuanya, lagi berantakan kan?" Kemudian, pandangannya turun menatap wajah Syleene.
"Lo, lagi gak baik-baik aja. Bahkan, lo gak pernah baik-baik aja," lanjut Askara seraya memperhatikan tubuh rapuh yang penuh dengan luka. Askara memperhatikan Syleene dari ujung rambut sampai ujung sepatu.
"Kakak gak berhak menilai orang lain seperti itu," balas Syleene sedikit kesal.
"Tapi, itu semua bener kan?" balas Askara membuat keadaan menjadi hening beberapa saat.
Saat ini, hanya angin yang berani menerpa, menyejukkan isi kepala di antara mereka. Sampai akhirnya, Askara menarik nafasnya panjang seolah-olah ia siap mengeluarkan semua isi kepalanya. "Apapun masalahnya, menyakiti diri sendiri bukanlah jalan terbaik. Self harm, buat orang-orang lemah," ucap Askara dengan berani dan intonasi yang jelas.
Deg
Syleene jelas tersinggung, hatinya bergemuruh marah. Namun, ia tidak ada tenaga lagi untuk mengeluarkan kata, bahkan satu kata pun. Kedua kakinya saja sudah bergetar menopang berat tubuhnya.
"Aska!" sentak Kenneth mendorong kuat bahu Askara sampai tubuhnya terdorong beberapa langkah kebelakang.
"Gue gak salah kan?" Askara mencari pembelaan.
"Ini terlalu berlebihan Ka! Lo gak ada hak buat bicara kaya gitu sama dia, yang bahkan baru aja bertemu hari ini."
"Gue gak suka Ken." Askara menjawab, dirinya sungguh keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Without Light [TERBIT]
Teen FictionKematian dan kisah cinta yang tersimpan selama 16 tahun menjadi latar belakang cerita ini. Melanjutkan hidup dalam semangat ucapan mayat adalah caranya untuk tetap bertahan. Pertemuan pertamanya di tempat yang nyeleneh membuat Askara Rakesh Abivad...