Haiii selamat datang di lapak Askara.
Jangan lupa vote dan komen ya!____________________
🩶HAPPY READING🩶
Askara Rakesh Abivadya, yang saat ini sedang berada di balkon kamarnya, memakai kaos hitam polos dan celana hitam selutut, rambutnya itu dibiarkan berantakan.Pemuda yang memiliki pahatan wajah indah itu diam membisu, mencekal erat sebungkus rokok yang masih utuh seraya memperhatikan surya yang semakin lama semakin hilang dari netranya. Ia merasakan lara yang begitu hebat, yang begitu menyiksanya.
Kejadian menyakitkan yang menyimpan ketakutan itu kembali muncul di pikirannya. Hujan dengan sambaran petir bersahutan dan suara teriakan dengan tangisan itu, kembali terdengar ramai.
Cairan kental berwarna merah tua yang menyatu dengan tangisan alam, decitan mobil yang sangat cerewet, belum lagi suara klakson dan sirine ambulance itu yang bergema di jalan. Semuanya, kembali tergambar di dalam ingatan yang kelam.
Ternyata, 3 tahun belum cukup untuk sekedar melupakan kejadiannya. "Tuhan, hanya ingin melupakan kejadiannya, bukan orangnya, apa sesusah ini?" Hatinya kembali teriris, sakit diseluruh tubuhnya kembali terasa.
Brakk
Pintu kamar Askara terbuka secara paksa, menampakan anak kecil yang sedang memakan coklat. Dengan mulut yang penuh coklat itu, ia tersenyum tanpa dosa.
"Abang ... Papa," ucap anak 3 tahun itu seraya menunjuk-nunjuk ke arah luar kamar.
Askara menautkan kedua alis tanda berfikir. Kemudian, ia membuang rokok yang sejak tadi dipegang ke dalam tong sampah.
"Sana ke bawah duluan," usir Askara pada anak kecil itu. Yang benar saja? Askara tidak tau cara berbicara dengan anak kecil.
Bocah mana paham dengan isi hati Askara, dia sama sekali tidak menyadari bahwa Askara sedang tidak baik-baik saja. Bocah bernama Aksalion Raffa Abivadya yang merupakan adik kandung dari seorang Askara itu malah masuk ke dalam kamar Askara yang terlihat sangat berantakan.
Kemudian, Aksalion menarik ujung kaos Askara mengajaknya keluar. "Papa ... ayo ... ada papa," ucapnya seraya menunjuk-nunjuk ke arah luar.
Askara berdecak malas, baju yang baru saja ia pakai, kini kotor karena terkena coklat. Askara memejamkan kedua matanya guna mengontrol emosi yang hampir saja meledak. Napasnya ia hembuskan dengan kasar, berharap emosinya menghilang.
"Sialan!" umpatnya seraya menggendong Aksalion menuju ke lantai bawah. Di sana sudah ada seseorang yang menunggunya sejak tadi.
Askara menuruni anak tangga satu persatu dengan malas dan santai. Setelah sampai di bawah ia langsung menurunkan Aksalion dari pangkuannya membiarkan anak kecil itu pergi kesana-kemari.
Askara menghampiri laki-laki dewasa yang sedari tadi duduk santai di sofa ruang tamu, ia menyalami laki-laki itu sedikit malas. Namanya Antonio, salah satu pemilik perusahaan terkenal di kota itu, namun dia tidak dikenali banyak orang.
"Gimana kabarnya Aska?" tanya Antonio berbasa-basi.
"Baik om," jawab Askara seadanya, lalu ia duduk di samping ibunya.
Antonio mengangguk paham. "Maaf mengganggu waktu istirahat nya. Saya datang jam segini karena ingin bertemu anak saya." Antonio melirik Aksalion yang sedang anteng memakan coklat. "Calon penerus perusahaan," lanjut Antonio.
Askara hanya mengangguk tak peduli.
Antonio tersenyum sekilas. "Tapi, untuk menjadikan Lion pewaris perusahaan, saya harus menikahi ibu kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Without Light [TERBIT]
Teen FictionKematian dan kisah cinta yang tersimpan selama 16 tahun menjadi latar belakang cerita ini. Melanjutkan hidup dalam semangat ucapan mayat adalah caranya untuk tetap bertahan. Pertemuan pertamanya di tempat yang nyeleneh membuat Askara Rakesh Abivad...