08. Sorot netra itu ...

96 20 11
                                    


Hallo loha selamat datang ... jangan lupa vote dan komen!

__________________
🩶HAPPY READING🩶

Syleene Alleisha Drizara, gadis berseragam SMA Garuda itu menyusuri lorong sekolah yang masih sepi. Akhir-akhir ini, ia selalu berangkat sekolah lebih awal agar kejadian dapat hukuman seperti hari pertama sekolah tidak terulang lagi.

Syleene menaiki anak tangga satu persatu dengan teratur, langkah kecilnya itu membawa ia masuk ke dalam perpustakaan. Ia menghela nafas lelah, pikirannya selalu penuh dengan tuntutan, dari mamanya, sekolahnya begitu pun prinsipnya yang harus menjadi siswi terbaik di angkatannya.

"Tuhan, apa aku mampu?" gumam Syleene dalam hati.

Kali ini, ia duduk di meja perpustakaan dan mulai fokus membaca buku di genggamannya. Buku paket bertuliskan FISIKA yang ia pinjam dari perpustakaan kemarin, ia membuka halama demi halaman seraya mempelajarinya agar sewaktu guru menjelaskan nanti, ia sudah sedikit paham.

"Hei." Seorang perempuan yang baru saja masuk membuat Syleene sedikit tersentak.

Kemudian Syleene mendongak mengalihkan perhatiannya menatap orang itu. "Eh Kak Namja?" ucapnya kaget.

Namja tersenyum ramah, kemudian ia duduk di sebelah Syleene. "Masih pagi udah baca buku aja."

Syleene membalas senyuman itu sedikit canggung. Kemudian, buku yang ada di genggamannya ia tutup demi menghargai lawan bicaranya. "Kakak juga masih pagi ke sini pasti mau baca ya?"

Namja tersenyum lebar menampakkan gigi putih yang berjajar rapi. "Mau ambil buku sih, tapi buku cerita biasa bukan buku pelajaran."

"Ooh ...," balas Syleene seraya mengangguk paham.

"Kamu belajar buat ikut lomba ya?" tanya Namja penasaran.

"Biasanya aku di bimbing, ini cuma lagi memahami materi yang akan di sampaikan hari ini."

Namja menggaruk pelipisnya merasa heran. "Nanti juga kan dibahas, kenapa harus dipelajari dulu," ucapnya.

"Karena biar langsung paham aja pas di jelasin."

Namja mengangguk mendengar jawaban itu. "Orang pintar emang gitu ya, yaudah semangat ya belajarnya aku mau nyari buku dulu." Setelah mengucapkan itu, Namja pergi meninggalkan Syleene sendiri.

Tidak lama dari itu, bel sudah berbunyi, jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Syleene berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kelas IPA 1 yang tempatnya tidak jauh dari perpustakaan.

Syleene masuk ke dalam kelas, semua siswa sudah berada di sana, hanya ada sisa satu meja yang kosong, meja paling depan yang berhadapan langsung dengan Guru, di situlah Syleene duduk.

Karena belum ada guru yang masuk, perhatian Syleene beralih pada jendela di sampingnya. Di sana ia bisa melihat orang-orang yang memarkirkan kendaraan ramai, ternyata masih banyak siswa-siswi yang baru datang.

Kedua mata Syleene teralihkan pada   laki-laki yang sedang mengacak-acak rambutnya, meskipun jaraknya lumayan jauh, Syleene yang berada di lantai 2 itu bisa melihat jelas bahwa laki-laki di bawah sana adalah Askara, laki-laki yang menolongnya di hari pertama ia sekolah, laki-laki yang akhir-akhir ini selalu di pertemukan tanpa sengaja, laki-laki aneh yang malah cengengesan ketika terjatuh saat mengendarai motor.

Netra Syleene setia memperhatikan gerak-gerik Askara—sampai kedua matanya nya saling menatap, mereka berdua diam membeku, Askara enggan mengalihkan pandangannya, ia lebih memilih menikmati sorot mata Syleene yang kosong begitupun sebaliknya. Keduanya, sama-sama terpaku.

Moon Without Light [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang