WELCOME
Jangan lupa vote & komen 💥
Follow _Hazeell^^_________________^^
🩶HAPPY READING🩶"Aing mah baru liat si Aska meni kaya orang bener!" Deigo berjalan menuju kursi kantin warjok (warung pojok) dengan membawa nampan berisi 5 gelas es teh.
"Emang selama ini gue kagak bener apa?" Askara yang sudah duduk santai sedari tadi menjawab.
"Ya bener sih dikit, dikit banget, tapi baru liat aja lo peduli banget sama orang baru kenal. Giliran sama diri sendiri gak peduli," ucap Deigo seraya menyimpan nampan yang ia bawa di atas meja.
"Tapi gue setuju!" Kenneth yang duduk di samping manusia paling tenang bernama Habibie menyaut rusuh.
"Plester ini, emang gak akan buat lukanya cepet sembuh," ucap Deigo dengan nada meledek menirukan ucapan Askara di UKS tadi.
"HAHAHAHA." Suara tawa menggema di sudut kantin itu. Semuanya tertawa melihat wajah merah Askara.
"Tapi seenggaknya, lukanya gak akan semakin parah. Sambil di usap-usap tuh luka, aduh romantis banget lah." Kenneth melanjutkan dengan rusuh.
"Aduh, anak muda yang satu ini teh meni lembut sekali euy," goda Deigo seraya menaik turunkan alisnya menatap Askara. Kemudian, ia duduk di samping Askara dan membawa 1 gelas es teh untuknya. Saat ini, mereka berlima duduk melingkar di kantin paling pojok. Mereka selalu asyik tanpa mempedulikan ramainya suasana kantin, tanpa mempedulikan hebohnya para perempuan yang melihat ketampanan mereka.
"Sok di ambil, gak usah malu-malu, sembari nunggu makanannya datang," ucap Deigo menirukan pelayan biasanya seraya menyodorkan minuman yang ia bawa.
"Siapa juga yang malu-malu, orang yang bayar gue," celetuk Jaziel seraya menyeruput es teh yang sudah ada di tangannya.
Deigo nyengir tanpa dosa. "Maaf tuan," ucapnya menyatukan kedua tangan meminta ampun.
"Yang ada lo malu-maluin," ledek Askara tepat di depan telinga Deigo.
Deigo melirik Askara sinis. "Mana pernah aing malu-maluin! Dego nih bos anak kebanggaan si Aa. Aa doang sih, soalna bokap nyokap enggeus gak ada," ucap Deigo dengan senyum lebar tanpa beban. Saat ini, Deigo sudah tidak memiliki orang tua, dia hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya. Tetapi dia sudah berdamai dengan hal itu.
Keempat laki-laki yang mendengar ucapan Deigo itu menutup mulutnya rapat-rapat, sebelum tertawa melihat wajah sedih Deigo yang di buat-buat. Iya, sedihnya hanya di buat-buat.
Kata Deigo sih "Gak usah sedih, soalnya hartanya gak di bawa mati sama bonyok, jadi masih bisa bertahan. Sekarang mah cukup doain aja mereka."
"Anak tunggal menangis mendengar ini, kapan ya gue punya abang, gue tuh suka iri kalo si Dego nyeritain Aa nya," celetuk Jaziel.
"Sodara gue kebanyakan," timpal Habibie yang sedang memakan mie ayam pesanannya tadi.
"Jangan mau El, sodara Abi gak ada yang bisa di ajak bicara, mukanya datar semua." Askara yang sedang mengaduk bakso tanpa mie itu menyahut.
Ayah Habibie percaya bahwa 'banyak anak, banyak rezeki.' Tapi menurut Habibie, semakin banyak anak semakin kurang perhatian dan kasih sayang orang tua. Buktinya, meskipun Habibie memiliki 3 adik dan 3 kakak, dia tetap merasa kesepian. Bahkan, selama ia kecil, Habibie tinggal bersama pamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Without Light [TERBIT]
Teen FictionKematian dan kisah cinta yang tersimpan selama 16 tahun menjadi latar belakang cerita ini. Melanjutkan hidup dalam semangat ucapan mayat adalah caranya untuk tetap bertahan. Pertemuan pertamanya di tempat yang nyeleneh membuat Askara Rakesh Abivad...