HAI HAI HAIIIII
SEBELUM MEMBACA VOTE DULU 💥
FOLLOW _Hazeell🩶HAPPY READING🩶
Ketegangan yang tadi tercipta kini sudah digantikan dengan napas lega. Syleene berjalan dengan tenang meninggalkan ruangan Dillan. Langkah demi langkah yang ia lewati kini sudah memiliki sedikit harapan.
Sesekali, pandangannya bergerak dari kanan ke kiri melihat setiap objek yang menarik di sana. Tempatnya terlihat rapi dan bersih, dengan desain yang kekinian membuat banyak anak remaja menjadikan kafe itu sebagai tempat mengerjakan tugas atau bahkan hanya sekedar nongkrong.
"Syleene," panggil seseorang yang suaranya sudah tidak asing lagi di telinga Syleene. Meskipun suasana kafe sedikit ramai dan bising, tapi ia yakin ada orang yang memanggil namanya, ataukah itu hanya kemiripan nama?
Karena dirasa tidak ada lagi yang memanggilnya, Syleene mempercepat langkah kakinya tanpa menoleh terlebih dahulu. "Di dunia ini bukan hanya aku yang namanya Syleene," gumam Syleene.
Kini Syleene sudah berada di luar kafe, ia bisa merasakan suasana yang berbeda, begitupun udara yang lebih segar, ia melihat bunga dan dedaunan hijau yang menyejukkan netranya.
"Syleene ...."
Kali ini suaranya semakin jelas di tengah-tengah ramainya suasana. Syleene menoleh ke belakang dengan ragu, objek pertama yang ia lihat adalah laki-laki yang selalu di pertemukan dengannya tanpa sengaja, bahkan di tempat yang bisa disebut random seperti sekarang, kemarin dan pertemuan pertama mereka.
Syleene merasa bingung harus merespons apa, sedangkan Askara berjalan menghampiri Syleene dengan langkah yang rakus.
"Hai," sapa Askara setelah berhadapan dengan Syleene. Senyum di wajah Askara tercipta hangat, tetapi membuat Syleene malah semakin merasa canggung.
"I-iya kak?" ucap Syleene dengan terbata.
"Lo ngapain di sini?" tanya Askara seraya menatap netra Syleene.
"Ini kan tempat umum," jawabnya, ia tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya.
Askara mengangguk lalu menyugar rambutnya. "Iya gue tau, tapi gue baru liat lo kesini, ada urusan?"
Syleene diam, dia merasa bingung harus menjawab apa, dia tidak ingin Askara tahu bahwa dirinya mencari pekerjaan. Jika mengatakan itu, pasti pembahasannya semakin panjang.
Syleene menarik nafasnya lelah, kemudian dia berkata, "Kakak sendiri sedang apa di sini?" Yang terlintas di otak Syleene hanyalah membalikkan pertanyaan.
Askara memasukkan tangannya ke dalam saku celana, ia mengedikkan bahu dengan santai dan alisnya mengerut terlihat menyebalkan. "Gue kan emang sering ke sini."
Syleene kembali diam, jemarinya sudah bermain dengan pinggiran rok yang ia pakai, dia merasa gugup. "Oh ... yasudah kak, saya pamit duluan." Tanpa menunggu jawaban Askara, Syleene pergi lebih dulu dengan langkah yang cepat.
Namun, secepat apapun Syleene melangkah Askara masih bisa menyusulnya. "Tunggu," panggilnya berhasil mencekal lengan Syleene.
Syleene menjatuhkan tangan di samping tubuhnya, dia mengembuskan napas kasar, membalikkan badannya dan menatap Askara tanpa berucap sedikit pun.
"Mau gue anter?" tanya Askara dengan tangan yang masih mencekal Syleene pelan.
Syleene menarik tangannya merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian orang yang berlalu-lalang. "Tidak perlu Kak, aku udah pesen gojek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Without Light [TERBIT]
Teen FictionKematian dan kisah cinta yang tersimpan selama 16 tahun menjadi latar belakang cerita ini. Melanjutkan hidup dalam semangat ucapan mayat adalah caranya untuk tetap bertahan. Pertemuan pertamanya di tempat yang nyeleneh membuat Askara Rakesh Abivad...