19. Pengumuman

54 20 0
                                    

HAPPY READING
.




Sekelompok siswa SMA Garuda yang kemarin mengikuti OSN, kini semuanya berkumpul di aula. Termasuk Askara yang sudah duduk di samping Syleene.

Suasana tegang menyelimuti mereka, Percakapan pun mulai bergema di antara siswa-siswa yang saling menguatkan satu sama lain.

Ada yang sibuk memperhitungkan kemungkinan hasil, ada juga yang mencoba untuk tetap tenang meskipun jelas-jelas gugup yang dirasa.

"Seberapa yakin Lo akan menang?" tanya Askara memulai pembicaraan dengan Syleene.

Syleene menggeleng. "Aku gak tau, takut berharap berlebihan."

"Bagus dong, kalo kali ini harapan Lo gak kegapai, berarti Lo harus lebih berusaha lagi buat gapai harapan selanjutnya. Kalo kali ini Lo kalah, itu artinya Lo harus lebih keras lagi belajarnya, Lo masih bisa ikut tahun depan."

"Tahun depan," imbuh Syleene. "Tahun depan Kak Aska udah lulus dong?" tanyanya.

Askara terkekeh pelan. "Iya, tapi kita akan tetep ketemu, kalo nanti Lo ikut lagi, gue akan jadi orang pertama yang ngasih Lo semangat."

"Tapi, aku gak yakin."

"Gak yakin kenapa?"

"Gak yakin kalo tahun depan, aku masih ada."

"Apa? gue gak denger, dan gak mau denger," jawab Askara, ia mengalihkan pandangannya pada Pak Bara yang baru memasuki ruangan.

"Siang semuanya."

"Siang Pak,"

"Langsung saja ya, untuk sembilan peserta yang ikut OSN kemarin, semuanya masuk dalam 13 besar, dan ada 3 mapel yang masuk ke dalam 5 besar, saya harap kalian bisa lebih semangat lagi untuk mengikuti seleksi selanjutnya nanti," jelas Pak Bara.

"Langsung aja Pak, kimia ke berapa, fisika ke berapa," protes Askara.

Pak Bara menggeleng heran melihat tingkah Askara. "Baik, saya mulai saja, untuk pertama matematika memiliki nilai paling bagus, saya ucapkan selamat untuk  Nabastala, kamu menjadi juara pertama."

Gemuruh suara tepuk tangan terdengar di ruangan itu. Semua perhatian tertuju pada Nabastala, mereka semua turut senang atas pencapaian temannya itu.

Askara menatap ke belakang, di mana siswa bernama Nabastala duduk. "Keren juga Lo, jadi penerus gue ya," ucapnya.

Nabastala, pria yang memakai kacamata, saat ini menduduki kelas XI tersenyum ke arah Askara. "Makasih Kak," jawabnya.

Askara hanya mengangguk, ia fokus pada Pak Bara yang terus mengoceh.

"Untuk kimia, menduduki juara ke–6,"

Syleene tersenyum ke arah Askara. "Selamat ya Kak."

"Ke–6 banget nih? Perasaan cuma satu soal yang gue jawab asal," gumam Askara.

"Yah makannya jangan asal jawab, siapa tau kan yang udah di itung bener-bener juga masih salah," ucap Syleene.

"Ini kayanya juri yang salah," sungut Askara.

"Terima aja Kak, kan katanya dalam perlombaan memang ada menang dan kalah."

Askara mengangguk. "Iya sih, gue emang bosen masuk ke–3 besar mulu. Kali-kali kan ke–6."

"Dan untuk fisika menduduki juara ke–2."

"Tuh, kata gue apa, Lo merendah tiba-tiba juara dua," sahut Askara pada Syleene dengan rusuh.

Syleene tersenyum lega. "Tapi aku ngerasa gak maksimal tau," jawabnya.

"Hm, selamat ya, lo ikut di babak selanjutnya, tanpa gue, jangan sedih," sungut Askara seraya membalas senyuman Syleene, keduanya seakan-akan hanyut dalam kegembiraan hari itu.

Moon Without Light [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang