24. Kejelasan

61 22 0
                                    

Flashback

Semua orang bergerak dengan langkah yang cepat, seolah tidak memberi jeda pada kakinya untuk beristirahat, aroma obat-obatan yang menjadi khas rumah sakit tercium dengan jelas.

Di sepanjang koridor, lampu-lampu redup bersinar lembut, memberikan kesan elegan dan hangat, seolah ingin memberikan kekuatan pada orang-orang di sana.

Suara langkah kaki dari petugas medis yang melintas terdengar samar, namun memberikan kedamaian.

Gemercik air menemani kehancuran Askara malam itu, setiap langkah yang dilalui terus di banjiri air mata. Askara hanya bisa pasrah memperhatikan ibunya yang sudah berada di dalam ruangan.

"Lebih baik kita periksa keadaan kamu," ucap pria yang berada di sebelah Askara, pria baik hati yang mengantarkan mereka ke rumah sakit.

"Aku gapapa," jawab Askara, padahal keadaannya sangat terlihat tidak baik-baik saja, pakaiannya yang basah, lusuh, kotor serta cipratan darah dari orang yang disayanginya membuat orang-orang menatapnya iba.

Suasananya hening, hanya ada suara gemercik air hujan beberapa saat. Sampai ... Askara menatap pria di sebelahnya, lalu berkata, "Om, jika ingin pulang, silahkan. Tolong tinggalkan nomor yang bisa dihubungi untuk balas budi saya nanti."

Pria di samping Askara tersenyum, ia mengusap punggung rapuh Askara pelan. "Saya tidak ingin meninggalkan kamu dalam kondisi seperti ini. Jika boleh tau, siapa nama kamu?"

"Askara," jawab Askara singkat.

"Baik, saya Antonio."

Suasana yang tadi hening tiba-tiba kembali ramai, suara sirene ambulance terdengar bersahutan, langkah-langkah petugas medis terlihat tak sabaran.

"Aska?" panggil Deon, kakak laki-laki Abivadya.

"Om, ayah sama Allei baik-baik aja kan?" tanya Askara.

Deon diam, tatapannya menatap brankar yang melewati mereka, ia melihat Aleiisha dan Abivadya yang tertidur lemah, tubuhnya dilumuri cairan kental.

"Mereka masih ada harapan sembuh kan?"

"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Deon mengalihkan pembicaraan. "Ibu kamu di mana?"

Askara menatap ruangan senyap yang berada di depannya. "Sudah ambil tindakan operasi."

"Kamu jaga diri baik-baik, saya akan melakukan penyelidikan kecelakaan." Deon menatap Antonio, ia mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat. "Terimakasih sudah membantu, kamu bisa pulang jika punya urusan."

Dengan tangan mereka yang masih menaut, Antonio menjawab, "Kebetulan,  saya sedang tidak ada urusan."

♡♡♡

Dalam keheningan di sujud panjangnya, Askara selalu meminta kesembuhan untuk semua keluarganya,meskipun kenyataannya Tuhan telah mengambil satu nyawa. Kata demi kata sudah Aksara langitkan, semoga Tuhan cepat memberi jawaban.

"Aska, ayah kamu sudah sadar," ucap Antonio yang sejak tadi masih setia menunggu Askara. Padahal, malam sudah berganti pagi.

Moon Without Light [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang