HAI! VOTE SEBELUM MEMBACA ヽ(●´ε`●)ノ
.
🩶HAPPY READING🩶
.Bel istirahat berbunyi, suasana kelas yang tadi sunyi kini berganti ramai. Guru yang mengajar di kelas X MIPA 1 itu segera pamit.
Setelah tidak ada Guru, siswa-siswi berhamburan keluar kelas, ada yang pergi ke kantin untuk berburu makanan favoritnya, ada yang menikmati udara segar di taman, ada juga yang berdiam di kelas berkumpul dengan teman-teman untuk sekedar mengobrol dan bercanda.
Suasana kelas yang tadi ramai kini menjadi hening ketika seorang laki-laki yang memiliki pahatan wajah indah itu masuk ke dalam kelas. "Syleene?" Suaranya menggema di kelas yang sunyi, tatapannya jatuh pada gadis yang menunduk di bangku paling depan.
karena gadis itu tidak merespons, Askara melangkahkan kakinya mengikis jarak. "Syl," panggil Askara lagi.
Syleene sedikit tersentak kaget, ia benar-benar tidak menyadari kehadiran Askara, pikirannya di penuhi oleh sesuatu yang seharusnya tidak ada. "Lo sakit?" tanya Askara yang sudah berada di hadapan Syleene.
Syleene menggeleng. "Enggak, kenapa emang?"
"Muka lo pucat." Tangan yang kekar itu menyentuh dahi Syleene dengan hati-hati, dahi yang sudah di basahi oleh keringat dingin.
Syleene menyingkirkan lengan Askara tidak nyaman, karena menjadi tontonan teman-temannya. "Aku gapapa, Kak Aska ada apa ke sini?" tanya Syleene.
"Di panggil Pak Bara buat latihan, lo ikut jadi perwakilan sekolah, bareng gue," jawab Askara.
Syleene mengangguk, ia harus belajar tambahan untuk mengikuti sebuah perlombaan antar sekolah. "Iya Kak, sebentar lagi aku ke sana."
"Bareng gue, gue tunggu," ujar Askara membuat Syleene menatapnya heran. "Gue juga mau ke sana, biar sekalian."
Syleene menghembuskan nafas kasar, ia berdiri lalu pergi bersama Askara diantarkan oleh tatapan-tatapan aneh dari teman sekelasnya.
Askara dan Syleene menyusuri lorong yang ramai, angin sejuk siang itu menerpa pahatan wajah indah mereka. Syleene berjalan dengan sedikit tertatih, kaki yang semalam terkena gumpalan kain dan batu itu terasa sakit yang bukan main-main. "Kaki lo kenapa?" tanya Askara yang menyadari itu.
Syleene menggeleng. "Gapapa ko," kilahnya seraya berusaha untuk terlihat biasa saja.
"Semalam lo di anterin Abi aman kan? Di anter sampe rumah? Dia gak ngapa-ngapain lo kan Syl?" cecar Askara.
"Aman Kak, dia gak ngapa-ngapain aku," jawab Syleene jujur.
"Kalo ada apa-apa, bilang gue ya? Kalo lo butuh sesuatu, kalo lo mau sesuatu, bilang gue, gue akan bantu lo sebisa gue."
Syleene mengangguk sebagai jawaban. Namun, seketika bayangan menakutkan menyelinap menghantui kebersamaan yang hangat.
"Kalo aku minta Kak Aska jauhin aku?" celetukan Syleene membuat Askara menautkan kedua alis bingung. Raut wajah Askara yang tadi berseri-seri kini berubah, pancaran matanya meredup, hatinya bergemuruh, pikirannya kembali ramai yang semula tenang, dia takut, sedih, ingin marah, kehilangan adalah kata yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Without Light [TERBIT]
Teen FictionKematian dan kisah cinta yang tersimpan selama 16 tahun menjadi latar belakang cerita ini. Melanjutkan hidup dalam semangat ucapan mayat adalah caranya untuk tetap bertahan. Pertemuan pertamanya di tempat yang nyeleneh membuat Askara Rakesh Abivad...