ATTENTION!!!
Aku minta tolong kerja samanya buat kasih vote di cerita ini kalau kalian suka. Fungsinya bisa bikin cerita ini dikenal dan dibaca banyak orang😉
Jangan jadi siders ya sayang.
-----
Mata hari terbenam mulai menampakkan dirinya lewat senja, seakan mempersilahkan malam untuk memperkenalkan dirinya pada bumi.
Langkah kecil yang berjalan menyusuri jalanan di tengah mulai gelapnya jalanan Ibukota, ia percaya akan menemukan sebuah keajaiban disepanjang jalan ini.
"Yusa beneran nggak ngejar gue?!" makinya sendirian sambil menoleh ke belakang berharap lelaki bernama Yusa itu datang menghampirinya.
Nyatanya, harapan Cilla hanya sekedar sebuah harapan. Yusa sama sekali tidak datang menjemputnya yang berusaha berjalan sendirian sampai ke rumah.
"Gue emang marah tapi lo nggak boleh bales marah lagiii!!"
Emosi Cilla saat itu tidak stabil, badannya letih karna menempuh belajar dari pagi sampai siang dan harus dihadapkan latihan fisik yang cukup menguras tenaga dan waktunya. Itu melelahkan. Yusa datang dengan emosi hanya karna Cilla memberikan nomornya pada gadis yang ia merasa harus di tanggung jawabi rasa bersalah yang Yusa lakukan padanya.
"Kalo sampe lo biarin gue jalan ke rumah, nggak akan gue bukain pintu!"
Sumpah serapah rasa ingin Cilla lontarkan untuk Yusa yang masih belum terlihat.
"Kak Cilla! Aku duluan, ya!" teriak seseorang dari atas motor sambil melambaikan tangan.
Itu Agita! Dan ... YUSA???
Sialan. Emosi Cilla kali ini tidak tertahan lagi, bak gunung meletus yang sudah mengeluarkan lahar panas yang siap melahap bumi.
"Bisa-bisanya lo beneran ninggalin gue buat jalan sendirian?!!!"
Cilla hampir tak bisa menutup mulutnya yang terbuka memberi respon tak percaya dengan apa yang Yusa lakukan padanya.
"Terompet perang dah bunyi nih? Oke!" ucap Cilla yang masih berjalan sendirian.
Terkadang Cilla menyesali dirinya yang memaki Yusa di parkiran seperti tadi karna itu membuatnya harus berjalan kurang lebih satu kilo menuju rumah.
G*jek dikawasan sekolah Cilla sangatlah minim hampir tidak ada, juga tidak ada kendaraan umum yang melintas setelah melewati jam 5 sore.
Cilla merasakan lelah pada kakinya. Tiga jam latihan menari cukup untuk membuatnya sekarat. Gadis itu duduk di sebuah halte untuk mengistirahatkan kakinya terlebih dahulu.
Matanya berkeliaran mencari ojek atau kendaraan umum yang bisa ia pakai untuk sampai ke rumah tapi hasilnya tetap tidak ada.
Cilla membuang napas panjang sambil terus merutuki dirinya.
"Silla?" panggil seseorang yang memberhentikan motornya di depan Cilla.
Terimakasih Tuhan engkau telah memberi pertolongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Tetangga(?) [SLOW UPDATE]
JugendliteraturTumbuh dan berkembang bersama akan jadi hal yang paling berkesan untuk Cilla dan Yusa. Hampir setiap sudut kota mempunyai kenangan yang mereka rajut bersama. Kerusakan hubungan mereka terjadi saat kebenaran tentang Cilla berhasil terbongkar oleh bom...