Part 12

323 36 2
                                    

ATTENTION!!!

Aku minta tolong kerja samanya buat kasih vote di cerita ini kalau kalian suka. Fungsinya bisa bikin cerita ini dikenal dan dibaca banyak orang😉

Jangan jadi siders ya sayang.

----

Lelaki bertubuh jangkung yang baru saja turun dari taksi dengan seorang gadis cukup menarik atensi dua keluarga yang sudah menunggu mereka di pinggir jalan.

Yusa keluar sambil memapah Cilla membuat dua pasang kekasih yang sudah berkeluarga itu panik.

"Yusa, Silla kenapa?" tanya Rania yang menghampiri dan ikut membantu Cilla berjalan.

"Silla nggak papa, bun. Cuma Yusanya yang lebay."

"Oh lebay?"

Yusa dengan sengaja menyenggol tangan Cilla yang terluka membuat gadis itu meringis.

"Awwshh. Yusa!"

Yusa menaikkan alisnya. "Lebay?"

Venya memukul lengan anaknya itu. "Yusa! Jangan nindas Silla terus dong, kamu nih!"

Cilla dengan sengaja mencibirkan bibirnya meminta pembelaan dari Rania dan Venya yang kompak menyalahi Yusa.

Yusa sampai lupa kalau ibunya baru saja pulang.

"Bisa jalan nggak, Sil?" tanya Devin—suami Rania.

Yusa menghela napasnya panjang melihat Cilla yang berjalan tertatih di dampingi Rania dan Venya.

Lelaki itu melirik tangga masuk sebelum masuk ke pekarangan rumah Cilla. Tanpa banyak berkata lagi Yusa langsung menggendong Cilla agar gadis itu tidak kesusahan dalam berjalan.

"Yusa pelan-pelan, aset bunda satu-satunya tuh!" ingat Rania yang melihat Yusa menggendong Cilla dengan ringannya seperti mengangkat sebuah koper.

Mata Cilla menelaah setiap inci wajah Yusa yang tersaji dengan gamblang di hadapannya. Rahangnya yang jelas, hidung mancung itu ah rasanya Cilla selalu iri dengan wajah sempurna milik lelaki yang tengah menggendongnya sekarang.

Pantas saja banyak gadis yang mengejarnya. Ternyata, Yusa memang setampan itu setelah di perhatikan dengan jarak sedekat ini.

"Jangan bales pake makasih, nggak bikin kenyang," ucap Yusa yang menurunkan Cilla saat sudah sampai di ruang tamu rumahnya.

"Lagian gue nggak minta gendong."

"Terus lo mau tersiksa jalan tertatih naik tangga dengan tenaga sisa lo?"

Cilla menghela napas panjang, kenapa ia harus ditemukan dengan Yusa si muka tembok ini. Manusia mulut tanpa filter yang selalu berucap blak-blakan tanpa berpikir apakah lawan bicaranya akan sakit hati atau tidak dengan perkataannya.

"Mau apa?" tanya Cilla.

"Pulang pergi kemana pun bilang gue biar gue yang anter jemput, gantinya lo bawain gue sarapan setiap hari, simbiosis mutualisme."

Belum sempat membantah omongan Yusa, suara Cilla menggantung di tenggorokannya saat Rania dan Venya yang lagi-lagi kompak masuk ke dalam rumah sambil mengecek kondisi anak gadis mereka.

"Silla nggak papa, bun, ma. Silla mau istirahat aja, ya?" ucap Cilla yang kembali memastikan dirinya yang baik-baik saja.

"Istirahat yang baik ya sayang," jawab Rania yang cemas.

Cilla hanya mengangguk.

"Piala kamu mana?" tanya Venya sambil menadahkan tangannya.

"Mama tau Yusa menang?"

Pacar Tetangga(?) [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang