KINN - POV
Setelah masalah orang tua Porsche di mana kami hampir mengalami kecelakaan, aku memutuskan untuk mengambil alih situasi sebelum Porsche menempatkan kami dalam bahaya yang lebih besar.
Aku mengatur tempat pertemuan di dalam klub eksklusif di mana aku menjadi anggota VIP. Aku menyuruh Porsche menghubungi mafia itu untuk menemui kami di sana.
Seorang pekerja klub memandu kami ke sebuah ruangan di mana kami bisa menunggu "tamu" kami tiba.
Porsche duduk di kursi mewah dan menyandarkan kepalanya ke belakang sambil bersantai.
Aku duduk di dekatnya. Membuka tirai karena pencahayaan ruangan cukup redup.
"Kenapa aku tidak terkejut mengetahui bahwa kau terlibat dengan orang-orang seperti itu?" Kataku sambil menuangkan Whiskey ke gelas yang diberi es.
"Soal itu.." cibir Porsche.
"Aku mendapat banyak masalah saat tumbuh dewasa, tapi yang terakhir ini membuat hidupku kacau."
"Banyak masalah? Seberapa parah?"
Aku bertanya sambil bersantai di tempat dudukku.Porsche menoleh dan tersenyum malas ke arahku, "Orang tuaku tidak mengakuiku. Dan kau tahu betapa mereka sangat menyayangi anak semata wayangnya, tapi mereka melakukannya karena tidak sanggup lagi menerima kekacauan yang aku lakukan. Coba pikirkan..." dia meraih Whiskey untuk diminum.
Tapi sebelum dia bisa minum dia menatapku, "Tunggu? Kenapa kita minum sepagi ini? Dan siapa yang akan mengantar kita?"
Aku mengangkat bahu sambil minum, "Aku butuh setidaknya satu gelas sebelum kita bertemu keluargaku nanti."
Porsche terbatuk, "K-kita akan bertemu siapa? Keluargamu? Maksudnya, Raja dan Ratu dan yang lainnya?"
Aku mengangguk. Dia meletakkan minunan yang belum dia cicipi.
"Sudah minumnya? Apa kita sedang terburu-buru?"
"Kita hanya punya waktu tiga bulan untuk meyakinkan mereka bahwa aku belum siap menikah. Kupikir kau sudah siap memulai ini?"
Porsche mengangguk, "Ya, tapi untuk bertemu keluargamu saat..."
"Bertemu keluarga selalu menjadi langkah awal Porsche," aku menyeringai padanya dan dia cemberut padaku lalu menyilangkan tangannya dan mengerutkan kening untuk berpikir.
"Kau tidak minum?" Aku bertanya.
Dia menggelengkan kepalanya, "Percayalah, kau tidak ingin aku minum alkohol dan bertemu orang sopan. Itu tidak akan bagus..."
Aku diam-diam tertawa. Siapa yang dia sebut orang sopan? Keluargaku? Lucu sekali.
Aku hendak mengatakan sesuatu lagi ketika pintu ruangan terbuka dan tiga pria berjas hitam datang. Yang di tengah jelas bertanggung jawab atas kelompok itu.
Dia terlihat lebih sopan dibandingkan dua orang bertubuh besar di belakangnya.
Porsche berdiri dan pria di tengah membuka tangannya.
"Porsche..." dia mencoba mendekat untuk memeluk tunanganku tapi aku menarik Porsche untuk duduk di sampingku.
Dia pikir dia siapa yang mencoba menyentuh tunanganku?
Pria itu menatapku. Aku mencondongkan kepalaku dan tersenyum ketika aku melihat keterkejutan yang diharapkan di wajah mereka. Reaksi itu normal bagiku. Tidak setiap hari orang bisa melihat Putra Mahkota suatu negara.
"Yang Mulia," pria yang mencoba memeluk Porsche itu membungkuk sedikit.
"Suatu kehormatan bertemu Yang Mulia..."
"Aku di sini untuk membayar hutang temanku. Ambil uang itu dan pergi dan jangan pernah menunjukkan wajahmu padanya lagi." Kataku dengan nada datar.
"Vegas," Porsche berbicara, berbicara dengan pemimpin kelompok. Vegas ya?
"Maaf karena aku terlambat membayarnya. Tapi sudah kubilang, aku akan mengembalikan uang bosmu. Ini."
Porsche menyerahkan amplop berisi 3 juta baht pada pria bernama Gun.
Vegas mengambil uang itu dan memberikannya pada anak buahnya. "Porsche, aku kecewa. Kau pergi menemui Pangeran, padahal aku bisa membantumu jika kau datang padaku."
Apa maksudnya? Dia akan membantu Porsche tapi Porsche harus...
Aku melihat kilatan ketertarikan di mata Vegas saat dia memandang Porsche. Aku merasa kesal. Aku meletakkan tanganku di belakang kursi Porsche. Sikap yang menunjukkan "dia milikku".
"Kau sudah mendapatkan uangmu, kenapa masih di sini?" Aku bertanya.
Vegas mengangguk. "Porsche..."
"Tidak perlu memanggilnya lagi," kataku dengan nada keras saat Porsche menatapku. Tapi mataku terfokus pada pria yang menatap Porsche seolah dia tidak sabar untuk segera mendapatkan tunanganku. Aku pikir aku harus menyuruh orang untuk mengawasi mafia ini.
"Kinn..." Porsche membisikkan namaku. Aku menoleh padanya. Aku mengangguk, "Letakkan kontrak yang dia tandatangani di atas meja," kataku sambil menatap Vegas. Pria itu ragu-ragu tetapi melakukan apa yang aku perintahkan. Aku mengambil kertas itu dan membacanya.
Porsche meminjam uang yang jumlahnya bahkan tidak mendekati 2 juta tetapi tingkat bunga di organisasi mafia berbeda dengan di bank.
Dan Porsche bukan satu-satunya yang berhutang uang tersebut. Tapi dia yang diteror untuk membayar hutang tersebut.
Dimana orang yang satunya? Dan dimana uangnya? Yang jelas bukan dengan Porsche karena kalau uang itu ada padanya, rekening banknya tidak akan begitu terkuras. Bahkan menyebutnya sebagai rekening bank saja sudah memalukan. Porsche jelas bangkrut.
Porsche benar. Dia dalam kekacauan.
Aku memastikan kontrak itu asli lalu aku melipatnya dan memasukkannya ke dalam saku mantelku. Aku akan memegang kontrak ini dan menjaganya tetap aman.
Porsche meringis pada Vegas, "Sampaikan permintaan maafku pada bosmu..."
"Katakan pada bosmu bahwa Porsche berada di bawah perlindungan Putra Mahkota." Tambahku.
Tidak ada seorang pun yang ingin menyinggung Keluarga Kerajaan. Kami memegang kekuasaan dan koneksi tertentu.
Vegas melihatku. Aku menatapnya. Mengangkat alisku dan mempertahankan tatapan dinginku. Aku melihat pria itu mengangguk.
Dia menoleh ke anak buahnya dan mereka pergi setelah membungkuk padaku lagi.
"Woah..." Porsche menjauh dariku dan meletakkan tangannya di dadanya.
"Menegangkan sekali..."
Aku mencibir padanya, "Berhentilah berurusan dengan orang-orang seperti itu. Vegas itu..."
"Ya. Aku tahu..." dia hanya setuju.
"Itu kontrak aslinya, kan?"
"Ya," kataku sambil mengeluarkan kertas itu lagi.
"Aku pikir mereka menyerahkannya karena aku adalah Pangeran."
Porsche mengangguk. Dia tidak sebodoh itu. Organisasi semacam itu tidak akan membiarkan seseorang membayar hutangnya dengan mudah. Mereka akan mencoba memeras korbannya untuk mendapatkan lebih banyak uang.
Dan aku terutama tidak menyukai cara Vegas memandang Porsche. Menurutku uang bukanlah satu-satunya hal yang dia inginnkan dari Porsche.
Aku harus menyuruh orang untuk mengawasi orang itu. Hingga aku yakin kalau dia bukanlah ancaman bagi tunanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Kingdom - KinnPorsche
RomantizmKinn Theerapanyakul adalah seorang pangeran modern di Thailand. Pewaris tahta dan bujangan paling memenuhi syarat di negeri ini. Tapi dia tidak ingin menyerahkan wanita yang dicintainya dalam bencana yang membingungkan, kehidupan seperti sirkus dan...