Bab 32

564 56 0
                                    

PORSCHE - POV

Aku bahkan tidak pernah menyadari bahwa Pete meninggalkan ruangan. Dia pergi untuk memberikan privasi pada kami. Hanya ada aku dan Pangeran di dalam ruangan Putra Mahkota.

Kami Berciuman.

Yang aku sadari hanyalah sentuhan hangat bibir Kinn pada bibirku. Satu tangan kanannya menekan bagian belakang kepalaku. Tangan kirinya berada di punggungku. Dan dada kami bersentuhan.

Tanganku terangkat untuk memegang bahunya lalu aku berjinjit untuk menciumnya kembali. Aku membuka bibirku atas kemauanku sendiri untuk mengizinkan lidah Kinn masuk.

Ciuman itu semakin dalam. Aku memegang bahunya lebih erat. Dia memelukku dengan nyaman. Aku mengerang keras saat lidah kami bermain bersama.

Putra Mahkota Kinn sangat pandai berciuman!

Wow! Dia memenuhi semua kriteriaku. Tampan, pintar, kaya dan pandai berciuman. Aku mengambil nafas tepat di bibirnya dan merasa lemas.

Ketika dia bersandar ke belakang dan bibir kami terpisah, tanpa malu-malu aku mengikutinya dan menabrak bibirnya sekali lagi sebelum aku membiarkan kakiku lemas dan tersenyum padanya.

Lalu senyumku hilang saat teringat sesuatu.

Aku mencium seorang pria yang sudah punya pacar.

Aku mendorong Kinn menjauh. Dia jelas terkejut saat aku menjauh darinya.

"Porsche..."

"Kau punya pacar." Kataku dengan nada menyesal sebelum memejamkan mata.

Kinn mengumpat pelan sebelum berbalik dariku.

Bagus! Kami berdua kacau.

Aku pernah bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi pada pria normal, tapi aku justru berciuman dengan pria paling berbahaya yang mungkin bisa membuatku terlibat dalam masalah.

Kinn adalah Putra Mahkota. Kami sudah sepakat. Dia membayarku. Dia pria normal. Dia punya pacar. Apa lagi... oh benar, kami berbohong kepada semua orang.

Astaga, Porsche! Aku pikir aku akan mendapat masalah lagi. Aku pikir aku terkena nasib sial lagi, padahal aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menghindari masalah.

Ada apa denganku?!

"Porsche..."

"Jangan," kataku dan menjauh beberapa langkah dari Kinn. Aku harus menjauh darinya demi kami berdua. Aku bukanlah orang yang paling kuat ketika menghadapi kelemahanku. Dan Kinn dengan cepat menjadi kelemahanku.

"Itu hanya ciuman," kataku pada diriku sendiri.

"Itu tidak berarti apa-apa. Anggap saja itu tidak terjadi. Sialan!" Aku merasa frustrasi, aku ingin menghancurkan sesuatu.

Kemarahanku mulai terlihat dan aku harus segera menenangkan diri. Aku menarik napas dalam-dalam dan melihat ke arah Kinn yang tampak sama frustrasinya denganku.

Ya... itu tadi hanya ciuman.

Tapi betapapun nikmatnya ciuman itu, itu tidak mengubah fakta bahwa ada seorang wanita yang saat ini ada di Paris yang akan dinikahi Kinn.

Aku tidak yakin janji apa yang dia ucapkan kepada gadis itu, tapi aku tidak akan menjadi "pelakor murahan" yang akan menjadi alasan putusnya hubungan seseorang.

"Bisakah kita..."

"Porsche..."

"Tolong," aku tidak peduli jika aku harus memohon padanya. Aku tidak bisa seperti ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Love In The Kingdom - KinnPorscheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang