PORSCHE - POV
Raja. Ratu. Janda Ratu. Dan Putri Mahkota.
Aku tahu semuanya. Dulu ketika aku masih muda dan bermain dengan Putra Mahkota.
15 tahun telah berlalu. Tapi rasanya mereka hampir tidak menua sama sekali. Kecuali Putri Namtan tentunya. Terakhir kali aku melihatnya, dia memiliki rambut dua ekor kuda, mengenakan baju kodok dan memeluk boneka beruang.
Kini dia tampil seperti model mungil dengan jeans hitam dan kemeja putih. Potongan rambut bobcat-nya memeluk indah wajah cantiknya.
Sang Raja, dengan mata hitam berkacamata, garis hidung dan rahang menonjol serta bibir tipis dan sedikit warna perak di rambutnya, tetapi dia masih memiliki ekspresi tegas di wajahnya.
Sang Ratu, dengan keanggunannya yang sederhana menunjukkan darimana Putri Namtan mendapatkan gen cantiknya. Dia memberiku senyuman hangat yang membuatku membalas senyumannya.
Janda Ratu masih terlihat tegas. Dia orang yang keras dan aku tahu jalan menuju hatinya tidak akan pernah bisa dilalui oleh Kinn dan Pete. Mereka berdua tidak bisa menyanyi untuk menyelamatkan nyawa mereka meskipun Kinn bisa memainkan lima alat musik yang aku tahu: Piano, keyboard, biola, seruling dan gitar.
Atau mungkin dia telah menambahkan lebih banyak kemampuannya dalam bermain musik, aku tidak yakin.
Orang-orang ini, keluarga Kinn, pernah menjadi keluarga bagiku juga. Tapi 15 tahun telah berlalu. Aku telah dewasa. Sekalipun mereka menyayangiku yang berusia 8 tahun, mereka tidak tahu tentang Porsche yang sudah menjadi pria dewasa.
"Bagus," Ratu Davikah dengan lembut meletakkan kembali cangkir tehnya di atas piring.
"Bagaimana kabar orang tuamu, Porsche?"
Kami berkumpul di gazebo taman. Duduk mengelilingi meja oval dengan minuman serta roti, sandwich, buah-buahan, dan kue kering.
Suasana santai karena mereka akrab denganku.
Pikiranku kembali pada pertanyaan Ratu.
"Orangtuaku," aku menelan ludah sedikit.
"Mereka baik-baik saja. Mereka saat ini berada di Indonesia, mengunjungi saudara perempuan ayahku yang juga merupakan bibiku..."
Pete berdehem dan aku hampir terlonjak kaget. Lalu aku teringat bahwa aku harus percaya diri ketika menjawab pertanyaan apa pun, terutama yang bertanya adalah anggota keluarga dekat Kinn.
"Cobalah untuk tidak canggung dan kaku. Dalam hal ini, pepatah itu cocok untuk kita. Lebih sedikit kata-kata, lebih sedikit kesalahan..."
Aku berbisik keras pada Kinn, "Apa itu salah satu omong kosongnya?"
Kinn menghela nafas, "Ya. Tapi kau masih memiliki satu juta omong kosong yang harus kau dengarkan sebelum kau mengalahkan rekorku yang menderita karena omong kosongnya sepanjang hidupku."
Shiaaa!
"Bisakah aku melihatnya?" Pikiranku kembali ke masa kini ketika Janda Ratu Raylai berbicara.
Awalnya aku bingung tapi aku melihat bagaimana Janda Ratu menyentuh cincin pernikahan dijarinya.
Aku mengangguk dan perlahan mengangkat kalung perak di leherku hingga terlihat liontin cincin di ujungnya.
Sang Ratu tersentak. Raja mengangguk dengan puas dan matanya menjadi hangat ketika dia menatapku.
Janda Ratu yang duduk satu kursi dariku, Kinn ada di antara kami, mencoba meraih untuk mengambil cincin itu tetapi aku menjauh dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Kingdom - KinnPorsche
Roman d'amourKinn Theerapanyakul adalah seorang pangeran modern di Thailand. Pewaris tahta dan bujangan paling memenuhi syarat di negeri ini. Tapi dia tidak ingin menyerahkan wanita yang dicintainya dalam bencana yang membingungkan, kehidupan seperti sirkus dan...