Hai ha... Bisa bisanya update di tengah malam.Vote beserta komen tidak boleh ketinggalan.
"Mengapa bintang bersinal, mengapa ail mengalil, mengapa ya Mom, mengapa?" Tanya bocah kecil itu dengan riang. Hari ini seperti biasa dia sangat gembira, pagi ini mommynya hanya memasakan nasi goreng telur kesukaannya. Meskipun begitu, Al tidak pernah rewel meminta aneh aneh.
Sering kali Nora meratapi begitu sedihnya nasib Al, haruskah anaknya bernasib sama dengannya. Haruskah Alzelvin tidak merasakan kasih sayang seorang ayah.
"mom, mommy," Al menggoyangkan tangan ibunya, seketika Nora pun terkaget dibuatnya.
"Kalau dah gede, nanti bisa tau jawabannya. Makanya belajar dulu, okey?" Mommynya pun mengambil sisir dengan kebingungan. Entah lah, rasanya campur aduk setelah kejadian kemarin. Padahal, perempuan itu sudah berada di titik mau menyerah untuk bertemu dengan Darren.
"Aduhhhh, apa apa halus nunggu gede, itu si ryuna besal banget tapi ga tau apa apa," balas Al sambil membenarkan rambutnya yang acak acakan. Ryuna teman sekelasnya yang sangat gendut, menurutnya besar.
"Ryuna itu belum besar sayang, yang di maksud mommy itu, emm, dewasa, pokoknya nanti Al pasti ngerti kalau sudah dewasa, ya." Balas mommynya lagi, sebetulnya Nora mulai kualahan menanggapi pertanyaan Al yang kadang di luar nalar. Meskipun begitu, ibu satu anak itu harus bisa menghandle anaknya.
"Oh ya, apa nunggu Al gede dulu baru papa datang mom? Kalo gitu, aduh Al ga sabal mau jadi besal, Al mau besal mom, sebesal om Aby. Sebesal siapa ya mom, sebesal olang olang lah pokoknya,"
Mendengar kata papa, Nora seketika terdiam, lidahnya pun langsung kelu kembali. Sebuah kesalahan besar mengapa Nora banyak menceritakan tentang Darren, sedangkan cowok sama sekali tidak peduli. Seharunya dia mengatakan jika ayahnya telah meninggal saja agar Al tidak akan menanti nantikan.
Awalnya, Nora hanya ingin sekedar menceritakanan tentang sosok ayah pada Alzelvin. Entah lah, kala itu Nora tidak berniat sejauh itu. Namun lambat laun saat Al semakin besar, pertenyaan soal ayah tiap hari tidak berhenti. Tidak disangka, Alzelvin sangat tertarik pada cerita itu. Setelah mendengar sang ayah masih ada dan akan pulang, Alzelvin terus menunggu. Itu kesalahan fatal yang di buat Nora. Bagaimana bisa Alzelvin menunggu orang yang tidak akan pernah pulang, sedangkan Darren pun tidak pernah mau tahu keberadaan Nora dan anaknya.
--
"Le,"
"Ya, Bos." Balas Leo yang tengah merapihkan berkas milik Darren.
Cowok itu mengurut keningnya pelan. Penat rasanya mengerjakan pekerjaannya. Harus menghandle perusahaan sendiri baginya tidak mudah. Apalagi, dulu saat diluar negeri dia hanya fokus belajar tanpa di ganggu apapun.
"Lu istirahat aja dah, Bos. Gue dah kelar beresin berkas berkas loh, ini." cowok jangkung itupun mengangkat tumpukan kertas dari meja tugas Darren.
Jujur saja, setelah memperkerjakan Leo. Darren sangat merasa terbantu. Cowok itu sangat cekatan dan bisa di andalkan. Tidak salah memperkejakannya. Kuranghnya, dikit. Tapi fatal. Kelakuan mirip Dakjal kalau sudah dengen perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZELVIN
General Fiction"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat...