41. ALZELVIN || INGIN KEMBALI

116K 8.7K 1.6K
                                    



KAN KANAR UPDATE LAGI, MAU BERAPA LAGI NIH GUYS..

KAN KANAR UPDATE LAGI, MAU BERAPA LAGI NIH GUYS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tante, tante Lina." Al menyelonong masuk ke dalam rumah Rina yang terbuka lebar, bocah itu mencari keberadaan Rina.

"Apa Al? Tante baru kelar mandi ini? Kenapa kenapa?"

"Itu Mommy pincan." Al terengah-engah. Seperti orang dewasa, dia begitu mengkhawatirkan ibunya.

"Pingsan? astaga." Rina segera meraih tangan Al dan menggandengnya, sebelum tergesa gesa berjalan menuju rumah Al yang hanya beberapa langkah.

Benar saja, Nora sudah tergeletak di lantai ruang tamu . Rina yang melihatnya pun panik bukan main. " Nor! Nora! Heh bangun! Astaga lo kenapa! Nor! Noraa!!" Rina semakin panik, begitu juga Al yang menangis di samping Nora yang tengah lemas di pangkuan Rina.

"Al, ambilin minyak kayu putih kamu cepet."

Al mengangguk, ia pun segera berlari ke dapur lalu beberapa detik kemudian dia kembali berlari ke ruang tamu.

"Aduh, bukan minyak makan. Minyak yang buat oleh perut kamu kalo abis mandi," komentar Rina yang melihat Al ngos ngosan membawa satu bungkus minyak yang belum di buka.

"Salah ya tante, aduuhhh," Al kembali berlari masuk kedalam kamar. Ia mengobrak abrik meja rias mommynya. Ada beberapa minyak disana, minyak wangi, minyak telon dan yang terakhir minyak kayuputih. Semuaya bocah itu ambil, karena saking paniknya.

"Yang mana tante?" Al kesusahan membawa beberapa minyak.

"Yang ini, nah yang ini." Rina segera meraih minyak yang berwarna hijau kemudian di usapkan ke sekitar hidung sahabatnya.

"Lo ini kenapa sih Ra, dulu nggak gampang sakit kayak gini deh."

"Mommy kenapa Tan?" Al setengah memeluk ibunya, merasa bersalah dengan apa yang tengah diperbuatnya tadi disekolah.

"Tadi kenapa bisa begini?" Rina bertanya kepada Al.

"Itu tan, tadi Al gigit Shaka. Telus mommy tahu, apa mommy setles gala gala Al," Alzelvin menggigit gigit jarinya.

"Ya kamunya sih ah, ada ada kelakuannya. Mommy mu kan makin stres kalo kamunya bandel." Rina menghela napas pelan. " Mommy kamu nggak bangun bangun ini gimana?"

"Telponin papa aja Tan, bial papa yang bangunin Mommy," Al bersuara lagi.

"Papa kamu sibuk, dia mah kesini kalo ada butuhnya aja. Ini juga karena papa kamu yang tiap hari bikin stres, makanya mommyamu gampang sakit."

"Siapa !" Suara berat tiba-tiba menyela membuat atensi Rina dan Al teralihkan.

"Papa!" Al berteriak, ia bangkit dan berlari menuju lelaki tengah mendekat. "Pa, mommy pincan. Tapi nggak kepleset sih," adunynya langsung memeluk kaki lelaki itu.

"Pingsan?" Darren bergegas berjalan sambil menggendong Al.

Entah kenapa Rina lega melihat Darren begitu mengkhawatirkan Nora. "Gue nggak tahu, kata Al tiba-tiba pingsan gitu aja."

Darren langsung mengambil Alih, dan membopong tubuh ringkih perempuan itu. Sedangkan Al juga sok sibuk membantu dari belakang, padahal aslinya malah membuat jalan Darren menjadi tehalang.

Setelah direbahkan diatas ranjang, Darren langsung menyelimuti sambil pinggang. Tangan besarnya menyetuh lembut kening Nora yang terasa hangat.

"Bangun sayang," bisik Darren.

"Mom, bangun. Al mau minta maaf Mom," ucap bocah itu sambil minta di pangku papanya.

"Kamu bikin ulah apa lagi hmm?"

"Tadi Al belantem lagi, telus gigit Shaka," jujur bocah itu sambil meringis takut, ia sebenarnya tak takut hanya saja merasa bersalah karena mommy nya sampai pingsan setelah mengetahui sang anak berkelahi lagi disekolah.

Darren mengurut kening. Bagaimana Nora tidak pusing jika anaknya saja tiap hari atraksi begini. "Siapa yang ngajarin gigit gigit teman begitu," sentak  nya berusaha menetralkan suaranya.

Al hanya meringis, "Namanya belantem pa, jadi nggak sengaja."

"Tapi nggak boleh gigit orang sembarangan. Kalo mereka luka gimana? Nanti balik lukain kamu." Darren melembutkan suara, lelaki itu mulai merasa menyesal telah meninggalkan Nora dan anaknya, melihat tumbuh kembang sang anak yang kurang terpantau lelaki itu semakin merasa bersalah.

Mendengar suara berisik, Nora perlahan membuka matanya. "Ngapain kamu kesini." Ketus Nora.

"Nggak penting, sekarang gimana keadaan lo, apa rasanya?" Sela Darren sambil mendekat.

"Nggak apa apa," Nora langsung menepis tangan kekar yang hendak menyentuhnya.

"Mom, Al minta maaf. Al mau taubat, ga mau gigit gigit teman lagi."

Nora mengangguk pelan. "Jangan diulangi lagi ya."

"Iya mom."  Setelah itu Al pun langsung keluar dari kamar. "Al mau cholat dulu mom," pamitnya membuat Darren hampir tertawa. Ada ada saja tingkahnya agar mommynya tak memarahi.

Nora bangkit dari tidurnya, membuat Darren ikutan bangkit dari duduknya ." Lo mau ngapain, tiduran dulu udah! Gue lagi panggil dokter buat periksa kondisi lo."

"Nggak perlu Ar, makasih. Aku mohon kamu pulang yah, jangan kesini kesini lagi." Lirih Nora sambil keluar dari kamarnya.

Darren tak marah, lelaki itu pun meraih lengan Nora yang masih terlihat sangat lemas. "Gue udah putusin bakal memperbaiki ini Ra, gue mau kita memperbaiki semuanya, maafin kegilaan gue dulu dan kemarin."

Entah kesambet apa tiba-tiba lelaki itu mengatakan hal yang menurut telinga Nora mustahil.

Nora pun terkekeh, "Cape nggak sih selalu kayak gini terus? Kamu tarik ulur. Kamu-" perempuan itu tak melanjukan ucapannya. Mengingat foto yang dikirimkan tadi, Nora merasa mual. Ia ingin sekali muntah.

"Gue tetep mau kembali sama lo. Apapun itu. Gue juga nggak butuh persetujuan lo," Darren memengang mencengkram pelan bahu Nora, meyakinkan dengan tatapan mata seriusnya.

Nora hanya menggeleng. "Terserah kalau bisa." Ia pun langsung menghempas kedua tangan Darren dari bahunya

"Doanya cepelti biasa ya Allah, Al mau masuk sulga, mau jadi olang kaya laya, amiiiinnnn."

Melihat Al yang sudah menata segala boneka dinonya,  Darren tersenyum tak percaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Al yang sudah menata segala boneka dinonya,  Darren tersenyum tak percaya. "Kelakuan anak gue njir,"

ALZELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang