HI DEAR YUK LANJUT LAGII
Darren seperti tersambar petir membaca pesan yang dikirimkan Leo. Sial, kenapa tidak beberapa menit yang lalu sebelum acara pernikahan gila ini dimulai. Vania yang dari tadi sibuk dengan tamunya mulai berjalan mendekatinya."Kamu nggak mau nemuin tamu undangan?" Tak diperintah, Vania langsung menggandeng lengan kekar yang berbalut jas mahal itu.
"Lepasin!" Peringat Darren dengan nada lirih, ia melirik perempuan itu dengan tatapan elang miliknya.
"Nggak mau, kamu kenapa sih hm? Nggak boleh galak galak sama istri." Vania bergelayut manja, dengan wajah yang begitu mengejek.
"Istri, gue nggak anggap lo istri. Pelacur nggak jelas, lepasin tangan lo. Sebelum gue patahin," ancamnya tak main main, ia mencengkram satu lengan Vania begitu kuat hingga membuat sang empu meringis kesakitan.
"Sakit Darren," ringisnya tak terima.
Darren tersenyum miring. "Nikmati pesta malam ini, tertawa sepuasnya. Temui seluruh tamu, sebelum nanti malam gue habisi lo."
Vania terkikik, "Nggak sabar banget sih sayang, gue nggak bisa main kasar kan lagi hamil," bisiknya ditelnga.
"Iya, gue sangat tidak sabar."
Darren segera menghindar dari acara tersebut, memikirkan Nora yang tengah hamil anaknya membuatnya tak sabar ingin menemui.
"Darren, jangan kemanapun, ini acara kamu loh." Oma menghalang.
"Hmm, Oma butuh tontonan tidak? Nanti setelah acara. Kumpulkan keluarga Vania, Darren akan memberi kejutan."
"Kejutan? Oma nggak ngerti lagi sama kamu. Yang penting jangan membuat masalah dulu. Kasian Vania lagi hamil."
Darren tersenyum. Lalu pergi meninggalkan omanya.
....
"Kita mau kemana sih Mom? Kok semua baju Al dimasukin ke tas." Al bingung dengan sikap ibunya yang membereskan seluruh baju di lemarinya.
"Mau pulang kampung. Al kan belum pernah pulang kampung," jawab Nora lembut.
"Tapi kok cemua dibawa?" Al ikut membereskan sebisannya. Padahal aslinya malah memberantaki lagi.
"Iya, memang semua mau dibawa. Al kan juga mau sekolah disana, oh iya sayang. Al udah pamit belum sama temen temen kalo mau sekolah di kampung,"
"Telus Papa gimana? Temen temen Al gimana?" Anak itu mulai gelisah, ia baru tahu jika mamanya mau memindahkan sekolahnya.
"Nak, kita sudah nggak bisa tinggal disini. Kita harus pulang kampung, mommy udah nggak punya uang lagi. Jadi mending di kampung. Mommy minta maaf ya sayang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZELVIN
General Fiction"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat...