Bagian 2

80 5 0
                                    

Mengingat perkataan Ibu, Yaya jadi membayangkan sesuatu.

"Regen? bukan Mas Regen kakaknya Irzan yang wibu itu kan?" ucapn Yaya pada dirinya sendiri

Irzan itu teman Yaya. Awalnya, beberapa tahun lalu Yaya menangkap basah Irzan sedang mencuri mangga di pekarangan rumah Oma. Bukannya dimarahi, mereka malah jadi berteman baik hingga sekarang. Bahkan mereka selalu bertukar pesan untuk sekedar menceritakan kegiatan sehari-hari.

Tak lama kemudian ia menggelengkan kepalanya, memaksa pergi pikiran gila nya yang sedang berkelana.

"Ah, emang yang namanya Regen dia doang" gumamnya

10 menit sudah Yaya merebahkan dirinya di kasur. Hampir lupa bahwa seharian ini ia belum mengabari sang pujaan hati. Yaya menekan tombol di ponsel nya dan segera menghubungi Gibran.

"Halo? Sayang? Kamu dimana kok berisik banget?"

"Hei, hon. Sorry lupa ngabarin, aku lagi check sound nih sama anak-anak, buat acara FEB Fest malam ini, Terracotta diundang tampil, kamu mau nonton ngga?"

Gibran Rajasa. Pria yang dikencani Yaya sejak 3 tahun lalu itu memang aktif di dunia musik. Gibran dan ketiga temannya yaitu Tama, Balqis, dan Frans mendirikan sebuah band sejak 2 tahun lalu yang cukup terkenal di kota mereka bernama Terracotta.

"Hmm.. tampil jam berapa? Kalo kemaleman aku kayaknya ngga bisa deh, takut diamuk Mas Nendra"

"Ngga malam amat kok, jam 7 naik panggung, paling beres jam 9 an"

"Gimana? Aku jemput ya?" lanjut Gibran

"Boleh deh, tapi sebelumnya titip makanan boleh ngga, aku laper ehehe"

"Boleh cantik, aku juga belum makan nih, kamu mau makan apa? Mie ayam atau Ketorpak?" tanya Gibran sambil menyebutkan dua makanan kesukaan Yaya.

"Mie ayam aja deh, kalo ketoprak nanti kamu gabisa ikutan makan"

"Oke deh kalogitu, 5 menit lagi aku otw ya"

"Okey" lalu Yaya mematikan sambungannya.

Sementara itu, Nendra sibuk dengan ponselnya dan bermain game online. Terdengar sayup-sayup teriakan keseruannya dari kamar Yaya.

"Ndra, adek mu si Yasmin apa udah wisuda?" Tanya seorang pria dari dalam ponsel milik Nendra

"Belom Mas, bentar lagi katanya, lagi nunggu jadwal. Mungkin habis liburan ini sidang akhir nya. Tumben nanyain?" tanya Nendra

"Ya ndak papa, nanya saja, kirain udah lulus. Kayaknya sudah lama dia ndak ke Jogja" pungkas pria ber logat jawa kental itu

"Bilang aja Mas Regen ga sabar mau ketemu Yaya, soalnya Oma Martha bilang kalau Yaya udah gadis dan bentar lagi mau ke sini dikenalin sama Mas Regen hahahaha" mendengar ucapan sang adik sontak Regen diam dan mematikan mikrofon di game

Nendra tertawa dibuatnya. Tak lama ia berkata

"Santai aja kali Mas, nanti deh gua salamin ke dia"
Dengan nada jahil

Regen pun menghilang dari permainan karena terlalu malu, membuat Irzan dan Nendra menyoraki nya.

Tak lama kemudian Gibran tiba membawa pesanan Yaya, mereka kemudian makan bersama dan berangkat menuju lokasi acara, tentu saja setelah Gibran berpamitan dengan Ibu Yaya.

Setibanya di lokasi, Yaya bertemu dengan beberapa temannya. Tak disangka mereka juga datang ke acara tersebut.

"YAY!!" teriak seorang wanita berbusana biru dongker dengan celana kulot hitam, tak lupa dengan kacamata merah yang terpasang di pangkal hidungnya.

"Niken?! Kok lo disini tumben?" Sahut Yaya

"Ni, orang ini bm nonton konser katanya" sahut Niken sembari menunjuk seseorang menggunakan dagunya.

"Loh ada Mba Ola juga toh"

Ola hanya melambaikan tangan sambil tersenyum menunjukkan barisan gigi nya yang rapih.

Melihat Gibran yang sedang sibuk di atas panggung dengan rekan wanita nya, lantas membuat Ola bertanya

"Aman Yul sama Gibran?" Tanya Ola

"Aman ga aman lah, kayak biasa aja"

Heran mendengar jawaban dari Yaya, Ola pun menimpali

"Inget, jangan tutup mata sama fakta. Kita ngomong kayagini bukan karna benci. Kalo ada apa-apa cerita sama kita Yul"

Yaya hanya terseyum menanggapinya

Mba Ola memang sering kali memanggil Yaya dengan sebutan Yayul. Walaupun cerewet, Mba Ola dan Niken memang sahabat yang sangat baik.

"Eh, liburan ini gue kayaknya ngga pulang kampung deh Ya, kita liburan yuk! Kemana gituu" ucap Niken dengan nada merayu

"Gua juga pengen banget liburan, stress mikirin sidang nanti" sambung Ola

"Yah, Sorry guys, Kanjeng Ratu udah mengeluarkan titah. Gua harus ke Jogja liburan ini. Doi kayaknya bete karna udah beberapa tahun keluarga gue ngga balik Jogja"

"Sebenernya ada yang mau gua ceritain sih ke kalian, tapi nanti aja deh" sambung Yaya

"Wahh, kalo udah Kanjeng Ratu yang nyuruh kita gabisa apa-apa. Yaudah, yang penting lo cerita dulu. Besok malem kita kerumah lo deh" ucap Ola

"Bener ya?! NGINEP YA TAPI?" Yaya dengan antusias bertanya

"IYA" Ola dan Niken menjawab tegas bersama

Entah mengapa Yaya sangat senang bila teman-temannya menginap dirumah. Begitupun dengan ibunya. Mungkin karena Yaya agak kesepian.

Yaya dan dua temannya kini berada di salah satu stan jajanan Korea. Setelah menyapa teman-teman Gibran, Yaya pun izin untuk kembali bergabung bersama Niken dan Ola untuk menikmati acara. Tak lama kemudian ponsel Yaya berdering menunjukkan nama Mas Nendra.

"Adek dimana? Kok tumben udah malem nggak ada dikamar?"

"Iya mas, masih di acara FEB Fest di kampus sama Mba Ola dan Niken. Ada Gibran juga." jawab Yaya dengan tenang

"Masih lama ngga? Kalo masih lama mas jemput ya?"

Mas Nendra memang cenderung lebih protektif pada Yaya dibanding Bapaknya sendiri.

"Ngga usah mas bentar lagi pulang kok ini"

"Oh yaudah, Mas Nendra tunggu. Eh dek..kok tumben ya, tadi kan Mas main game sama Irzan sama kakaknya si Regen, dia nanyain kamu deh"

Dengan mata yang membelalak dan suara yang nyaring, Yaya hanya bisa berkata

"HAHHH?!!"

Hal itu kemudian membuat kedua teman Yaya saling bertatapan kaget kebingungan.

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang