Bagian 19

23 2 0
                                    

Setelah puas menikmati keindahanp pantai, Regen mengajak Yaya untuk pulang. Hari sudah hampir gelap, sepeda motor Regen berhenti di sebuah Masjid kala ia mendengar kumandang adzan. Regen bergegas mengambil wudhu dan sholat berjamaah. Yaya bermain ponsel selagi menunggu Regen. Tak lama kemudian, Regen menghampiri Yaya

"Kamu ndak sholat?"

"Enggak mas"

"Kenapa?" tanya nya heran

Nggakpapa. Astaghfirullah.

Melihat Yaya diam, Regen lantas tersenyum

"Sholat dulu gih, Mas tunggu disini" ucapnya lembut

Yaya mengangguk dan beranjak masuk ke dalam masjid. Berselang 5 menit, Regen memutar tubuhnya ketika mendengar sepasang kaki kecil berjalan menghampirinya

"Udah Mas. Yuk" Regen mengangguk dan mereka pun melanjukan perjalanan

Sepanjang jalan Yaya bernyayi. Entah sudah konser berapa album dia malam ini. Yaya meminjamkan sebelah airpods nya kepada Regen agar bisa mendengarkan lagu yang sama.

"Karna bersama mu semua terasa indah~
Gundah gulana hatiku tlah hancur sirna~"

Sesekali Regen menatap Yaya dari pantulan kaca spion, terlihat Yaya benar-benar sedang menghayati nyanyiannya. Regen tersenyum, dalam hatinya ia melanjutkan lirik lagu itu. Iya, dalam hati. Regen malu kalau nyanyi beneran, suaranya jelek katanya.

Tiba-tiba perut Yaya keroncongan.

"Mas laper" rengeknya. Padahal belum sampai satu jam yang lalu Yaya menghabiskan semangkuk bakso.

"Yaya pengen makan apa?" tanya Regen

"Oseng mercon?" Regen mengiyakan lalu bergegas ke sebuah tempat yang menjual oseng mercon.

"Mas Regen udah pernah kesini?" tanya Yaya

"Dulu sering, oseng mercon disini enak"

Setelahnya Regen memesan
"Bu, oseng mercon sapi nya satu, soto sapi satu, sama es jeruk dua ya bu"

Mereka memilih tempat yang menghadap langsung ke jalan.

"Kok Mas Regen nggak pesen oseng mercon juga?"
tanya Yaya sembari menyisir rambutnya dengan jari

"Mas ndak bisa makan pedas. Suka nya yang manis-manis" jawabnya malu

Terus ni orang tau dari mana kalo oseng merconnya enak? Mana dia bilang dulu sering kesini. Pasti sama mantan nya dah

"Tiap ke daerah sini, Almarhum Mama, Mas, Papa, dan Irzan selalu mampir. Mama bilang oseng mercon disini enak. Beliau suka makan pedas kayak kamu. Tapi kami bertiga ndak bisa, jadi selalu pesan soto saja"

Bener kan. Ni orang dukun, udah jelas.

Yaya hanya ber-Oh ria. Kemudian ia memberanikan diri untuk bertanya

"Mas pernah pacaran?"

Regen terdiam, tak lama kemudian ia menggeleng sembari menyesap es jeruknya

Ah masa sih, nggak yakin gue

"Mas takut kalo harus terikat hubungan yang ndak melibatkan Tuhan. Khawatir malah menyakiti atau sebaliknya"

Masyaallah

"Jadi nanti kalau sudah ketemu dan yakin sama orangnya, Inshaallah mas akan langsung lamar saja. Biar pacarannya setelah menikah"

Masyaallah

Yaya sedari tadi menatap Regen kagum bukan main, sampai ia hanya bisa terus berucap Masyaallah dalam hati.

"Kenapa ngeliatinnya begitu?" tanya Regen heran

"Eh? Enggak, nggakpapa Mas" jawab Yaya sembari menggelengkan kepalanya yang kemudian dibalas anggukan oleh Regen

"Wuihhh enak banget mas. Bener kata Mama nya mas" ucap Yaya antusias setelah mencicipi Oseng Merconnya

Setelah menikmati makan malam nya, mereka pun melanjutkan perjalanan

"Mas...masih jauh ya?" Ucap Yaya lemas

"Ya lumayan, kamu capek ya? Atau sakit? Kenapa?" tanya Regen khawatir

"Enggak mas. Hmmm... cuma.." Yaya agak malu melanjutkannya.

"Kenapa, Ya? Bilang aja, ndakpapa"

"Aku ngantuk Mas, takut jatuh"

"Ya Ampun. Maaf ya, salah Mas, sudah tahu perjalanan jauh malah bawa motor. Pegangan sweater Mas ya, kita jalan pelan saja kalau gitu"

Tanpa pikir panjang, Yaya mengangguk lalu memeluk Regen dari belakang.

Bodo amat lah dia mau mikir apa, pegang sweater doang mah jelas gua jatoh wir

Regen kaget dan terdiam beberapa saat. Apalagi tiba-tiba Yaya meletakkan dagunya di pundak kiri Regen dan kemudian mulai memejamkan matanya.

Regen yang mulai bisa mencerna situasi, kemudian mengeratkan pelukan Yaya di perutnya. Ia mengusap lembut punggung tangan Yaya sesaat.

Kini kendaraan mereka sudah memasuki kota Jogja. Namun siapa sangka

"MAS KE POM BENSIN BURUAN AKU KEBELET!" Rengek Yaya. Sepertinya perut Yaya mengamuk setelah diberi asupan sepedas api.

Setelah menepi di sebuah POM, Yaya yang terburu-buru lantas menitipkan semua barang bawaannya pada Regen, termasuk ponselnya. Sembari menunggu Yaya, sebuah pesan masuk dari ponsel Yaya. Regen yang tengah memegang ponsel tersebut tanpa sengaja membaca pesan itu.

Whatsapp
Gibyy💞
Sayang, i miss you. Please,kita butuh ngobrol

Yaya berjalan lega menghampiri Regen yang setia berdiri di dekat motornya.

"Ada whatsapp dari pacarmu"

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang