Bagian 4

42 3 0
                                    

Kini Yaya sedang duduk didepan TV sembari membongkar bungkusan-bungkusan belanjaan nya tadi. Iya, bungkusan-bungkusan. Kalau pergi dengan Bapaknya, mana mungkin Yaya hanya membeli satu barang. Yang awalnya hanya ingin membeli liptint, Yaya kemudian merayu Bapaknya untuk membelikannya ini dan itu. Bapaknya tentu hanya bisa bilang "iya", mana mungkin seorang Prasetyo Khalid menolak request putri tercintanya.

TINGG

Gibyy💞

Sayang, aku keluar dulu ya,
diajak nongkrong di kafe

Okey, hati hati

Kamu ko ngga tanya aku pergi
kemana? Sama siapa? Gitu

Memang kemana?
Sama siapa?

Hehe, sama Tama, Balqis, Frans,
ada temannya Balqis juga.
Ke Doma Kafe. Nanti aku jemput
Balqis sekalian gapapa ngga, hon?

Gapapa Gib, hati-hati ya

Okey, siap sayangku❤️

Membaca pesan dari Gibran membuat Yaya menghela nafas. Sebenarnya ia juga agak bingung apa ia memang cuek karena sudah percaya pada Gibran atau memang sebenarnya sudah tidak peduli lagi. Yaya tak lagi merasa terganggu jika Gibran mengantar jemput atau chattingan dengan teman perempuannya. Beberapa waktu lalu, Yaya dan Gibran sempat putus karena Yaya sudah tidak kuat dengan kelakuan Gibran yang sudah keterlaluan. Gibran sering ketahuan berbohong dengan alasan "menolong" teman perempuannya. Hal itu kadang membuat perempuan lain salah paham, meski demikian Yaya mencoba mengerti sifat Gibran memang tidak pernah pilih-pilih untuk baik pada orang lain. Namun, dengan perjuangannya Gibran berhasil membuat Yaya memaafkannya dan kembali lagi ke pelukannya. Mungkin karena Yaya masih sayang atau hanya terlalu bodoh?

Tak lama kemudian terdengar suara keributan dari depan gerbang

"ASSALAMUALAIKUM! YAYAK! OY! YAYAKKK!" teriak Ola dan Niken memecah keheningan rumah

Menyadari kedatangan kedua sahabatnya, Yaya dengan riang bangkit dan segera berlari membuka gerbang. Terlihat dua manusia lusuh membawa segudang bekal untuk menginap dirumah Yaya.

"Waalaikumsalam. Gila, mau pulang kampung apa lorang ini?" seru Yaya sambil mengejek mereka yang membawa ransel serta menenteng 3 kresek merah

"Yul, ini baju kotor, gua numpang nyuci ya, air kosan mati. Ini monopoli Niken. Gua juga bawa kerupuk mentah, nanti bikin seblak ya" ucap Ola sambil menjelaskan isi kresek itu satu persatu. Mendengar keseruannya Yaya menjadi girang dan segera membawa mereka ke dalam rumah.

Langkah mereka terhenti melihat Ibu, Bapak, dan Mas Nendra tengah duduk bersantai di ruang tengah sembari makan gorengan.

"Bu, pak, mas, aku sama Mba Ola ngungsi kesini ya ehehe" ucap Niken sembari menunjukkan gigi nya

"Boleh, langsung naik ke kamar nya Yaya aja. Tapi kamarnya berantakan kayak kandang sapi tu Ken, La" ucap Bapak jahil

"Eh ni ada gorengan, jangan makan ya" canda ibu

Yang kemudian ditanggapi tawa oleh kedua sahabat putrinya itu.

Sedangkan Mas Nendra hanya tersenyum saja.

Bapak dan Ibu memang suka mengajak bercanda teman-teman Yaya, sifat mereka yang hangat membuat tamu mereka betah berada dirumah.

"Jadi ada cerita apa?" Ola membuka obrolan segera setelah mereka sampai di kamar Yaya

"Hmm..gua mau dikenalin sama cucunya temennya Oma, Regen namanya. Rumahnya ga jauh dari rumah Oma" jawab Yaya

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang