"Bu, lihat kemeja putihku yang oversized nggak?" tanya Yaya pada ibunya
"Ada ibu gantung di balik pintu sayang"
"Ohiya" setelah menemukan yang dicari, Yaya langsung memakainya dan bergegas keluar kamar
"Pagi-pagi gini udah rapi aja, mau kemana sih, dek?" tanya ibu heran
"Mau jalan-jalan sama Mas Regen, katanya dia mau ke makam Mama nya di Sragen, bu" ucap Yaya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu
"Ya ampun, pantesan aja semangat bener. Yaudah hati-hati. Nanti dia kesini...."
Assalamualaikum
Belum saja ibu selesai bertanya, orangnya sudah datang.
"Eh, ada siapa ini?" tanya Ibu ramah
"Saya Regen bu, cucunya Kakek Hartono. Maaf, tapi saya mau minta izin bawa Yaya pergi pagi-pagi begini ndak papa ndak bu?"
Sopan banget. Nada bicaranya halus, enak masuk ke kuping
Setelah ibu mengizinkan kemudian Mas Regen kembali meminta izin dari Bapak, Opa dan Oma. Tidak perlu izin dari Mas Nendra, karena dia belum bangun.
Yaya memakai helm dan kemudian naik ke motor kesayangan Regen itu.
"Udah siap?"
"Udah Mas, Let's Go~" ucap Yaya dengan girangnya. Sudah lama ia tidak jalan-jalan naik motor
"Yaya sudah sarapan?" tanya Regen
"Ha?! Ngomongnya yang gede mas, aku agak budeg ni" kemudian Regen tertawa
"YAYA SUDAH SARAPAN?" Seraya menaikkan volume bicaranya
"BELUM"
Regen meminggirkan motornya, membalikkan badannya, lalu bertanya
"Sarapan dulu yuk. Yaya pengen makan apa?"
"Hmm, apa aja deh, terserah"
Dasar perempuan
"Kalo Nasi Uduk gimana? Mas, suka nasi uduk" tanya Regen
"Yahh maaf mas, tapi aku ngga suka nasi uduk" jawab Yaya pelan
"Kalo Soto Ayam? Mau?" Tanya Regen. Namun Yaya menggeleng
"Hmm, kalo gitu bubur ayam gimana?"
"Wah boleh tuh" seru Yaya yang membuat Regen kembali menaikkan gasnya mencari bubur ayam
"Pakde, bubur ayam nya 2 ya, 1 ndak pakai kacang"
"Mas Regen nggak suka kacang toh?" tanya Yaya
"Bukan ndak suka, tapi alergi" kemudian Yaya ber- Oh ria
Setelah menghabiskan sarapannya, mereka pun melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan Yaya sangat ceria menikmati pemandangan, sambil sesekali mengobrol santai dengan Regen. Pandangan Yaya kini terfokus pada sticker di dekat dashboard motor Regen, kemudian ia memberanikan diri untuk bertanya
"Ratih itu nama pacarnya Mas Regen ya?"
"Bukan" jawabnya
"Atau mantannya?" tidak ada jawaban, namun dapat dilihat dari kaca spion bahwa ia tersenyum
Apa masih gagal move on ya dia?
Setelah 2 jam lebih perjalanan akhirnya
mereka pun sampai ke tujuan. Tak lupa kami membawa beberapa tangkai bunga untuk diletakkan di atas pusara."Assalamualaikum Ma" Regen mengucap salam sambil mengusap sebuah nisan bertuliskan
Ratih Maulida.Ternyata Ratih adalah nama mendiang Mama Regen. Yaya jadi merasa tidak enak karena mengira bahwa itu adalah nama dari pacar atau mantannya Regen.
Setelah memanjatkan doa, mereka pun menghiasi makam itu dengan bunga yang sudah dibeli tadi.
"Ada tulisan nama Mama di motor supaya setiap lihat Mas jadi ingat buat doain Mama" Yaya yang tersentuh mendengar ucapan Regen kemudian tersenyum manis
"Mas kok nggak kesini sama Irzan?" tanya Yaya
"Irzan udah kesini Sabtu lalu sama Nadhira"
Ternyata hari itu Regen tengah bersiap dengan Irzan untuk ke makam Mama nya. Namun tiba-tiba Oma datang meminta tolong Regen untuk menjemput Yaya di bandara yang kemudian di iya kan olehnya. Maka dari itu Irzan akhirnya pergi ke sini bersama Nadhira.
Yaya agak kaget setelah menyadari bahwa tanggal wafat ibunda Regen bertepatan pada hari ulang tahun Regen. Rupanya kedatangannya kesini adalah untuk memperingati 7 tahun kepergian ibunya.
Pantes aja pas gue dateng hari Sabtu si Irzan bilang pergi sama Nadhira. Rupanya dia kesini.
"Ma, hari ini Regen datang ndak sama Irzan tapi ndak sendiri juga" kemudian Regen menatap Yaya memberi isyarat untuk bicara
"Assalamualaikum Mama nya Mas Regen, ini Yaya..." kemudian Yaya bingung harus memperkenalkan diri sebagai apa
"Yaya baik banget Ma mau temani Regen ketemu Mama, doakan semoga besok dan seterusnya dia tetap begitu ya Ma" ucap Regen sembari terus menatap Yaya lamat-lamat. Ia membubuhi senyuman kecil di akhir kalimatnya.
Yaya membalas senyuman itu kemudian menunduk menyembunyikan pipinya yang mulai kemerahan.
Aduh, Mas Regen denger gak ya suara jantung gue
![](https://img.wattpad.com/cover/355050659-288-k456634.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Ceritanya
RomansaJangan paksakan sesuatu yang memang sudah terasa menyakiti. Boleh jadi setelah kamu melepaskan 'batu karang' itu, 'sang mutiara' datang?