Bagian 25

113 7 0
                                        

Hari ini pun tiba. Setelah menikmati liburan selama satu bulan lebih, kini sudah saatnya Yaya berpamitan dengan kota istimewa itu.

Ditemani oleh Oma, Opa dan juga Regen, kini Yaya sudah sampai di Bandar Udara Adisutjipto, Jogja.

"Udah nggak ada yang ketinggalan kan?" kata Opa sembari menghitung barang bawaan Yaya. Iya, Yaya banyak sekali membawa oleh-oleh untuk sahabat-sahabatnya.

Melihat wajah cucunya yang sedih, Oma lantas menenangkan "Jangan sedih, nanti kan waktu kamu diwisuda Oma dan Opa ke Lampung. Hari apa sidangnya jadinya?"

"Senin, tanggal 8. Doain lancar ya Oma, Opa, Mas"
Ketiganya lantas mengangguk kompak

"Yaudah kalogitu aku pamit ya. Aku nggak mau denger Oma atau Opa sakit, harus sehat terus sampe nanti ketemu lagi di Lampung"

"Iya sayangku cintaku" jawab Opa dan Oma

"Mas Regen juga sehat-sehat ya. Sampe ketemu lagi ya, Mas. Salam sama Kakek, Nenek, Irzan, dan Burhan juga"

Yaya benar-benar sedih sekarang mengingat bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Regen yang tidak ada status ini. Jangan-jangan benar, sebentar lagi ia akan menggalau dengan lagu
Hati-Hati di Jalan.

Regen tersenyum dan mengangguk sembari membenarkan posisi bantal leher coklat berbentuk beruang yang sedari tadi sudah mengalung di leher Yaya.

Mereka pun akhirnya pulang setelah melihat punggung Yaya menghilang masuk ke dalam bandara. Yaya sesekali meneteskan air mata nya. Sepertinya ia belum ikhlas meninggalkan kota ini dan sejuta kenangannya.

Begitu pesawat mengudara, ia melihat ponselnya. Memandangi beberapa foto nya bersama Regen dan yang lainnya. Sesekali ia tersenyum

Aish. Udah kangen aja.

"ADEK!" teriak seorang pria bersebelahan dengan dua wanita yang kini tengah melambai kearah Yaya. Benar, itu Mas Nendra dan sahabat-sahabat Yaya, Ola dan Niken. Mereka diajak Mas Nendra untuk menjemput Yaya di Bandara Radin Inten II sore ini. Yaya lantas berlari memeluk mereka seraya melepas rindu.

***

"Banyak banget bawaan lo gila!" ucap Ola yang sekarang duduk di samping Mas Nendra yang sedang menyetir

"Coba lah kalo ngomong dipikir. Jastipan lorang aja dua kresek sendiri" jawab Yaya malas

"Hehehe sowry but thank you" jawab Niken dengan aksen British nya yang dibuat-buat

"Eh bentar" ponsel di saku Yaya berdering

"Halo, Mas" jawab Yaya sembari tersipu

"Sudah landing ya? Tadi mas lihat whatsapp nya sudah ceklis dua, makanya mas langsung telpon kamu" jawab pria dari dalam ponsel itu

"Alhamdulillah, udah mas. Ini lagi dijalan pulang dijemput sama Mas Nendra dan ada temen-temenku juga" Yaya lalu melirik dua temannya itu

"Mas Regen?" tanya Niken tanpa suara yang kemudian diangguki oleh Yaya

"HALO MAS REGEN!" Jawab Niken dan Ola kompak. Nendra hanya terkekeh geli melihat tingkah adiknya dan teman-temannya itu.

"Wah iya halo" mungkin Mas Regen heran, kenapa teman-teman Yaya tahu namanya.

"Yaudah dulu ya mas, nanti aku kabari kalo udah sampai dirumah"

"Iya, hati-hati ya, bilang Nendra ndak usah ngebut"

"Oke mas" Yaya kemudian mematikan sambungan itu

"Mas, kata Mas Regen gausah kebut-kebut" jawab Yaya sembari senyum tersipu

"CIEEE! Ngebut bener progressnya" goda Nendra yang kemudian ditambah godaan lainnya dari Niken dan Ola.

Sesampainya dirumah, Yaya lantas memeluk bapak ibunya. Ia sangat merindukan mereka. Kemudian bapak dan ibu Yaya menyuruh nya untuk masuk ke kamar. Tentu saja Niken dan Ola juga. Setelah Yaya menghubungi Regen, kini mereka asyik memakan berbagai cemilan yang Yaya bawa sembari mendengar cerita Yaya tentang liburannya.

Boong deng. Tentang Mas Regen hehehe

"Dek.." panggil Nendra

"Kenapa Mas?"

"Mas sayang sama kamu, jangan bodoh lagi ya.." Yaya bingung

"...dibawah ada si Gibran. Temuin dia sana. Mas juga percaya kalo kamu sayang sama dirimu sendiri. Berucap yang baik ya. Kalo ada apa-apa mas disini" lanjut Nendra lembut

"Guys...ada si Gibi. Gimana ni?" tanya Yaya pada kedua teman nya

"Apa perlu gua yang turun terus ngusir dia?" jawab Ola yang ber api-api

"Eh jangan mba. Biar Yaya ngomong baik-baik sama dia. Bilang kalo lo nggak mau lagi balikan sama dia"

"Bener kan itu yang lo mau?" lanjut Niken

Yaya lantas turun dan menemui Gibran

"Sayang..aku kangen banget sama kamu" ucap Gibran

"Stop. Berapa kali harus aku ingetin. It's over, Gib. Enough" ucap Yaya dingin

"Please maafin aku, aku janji akan berubah seperti yang kamu inginkan"

"Aku nggak menginginkan apapun lagi dari kamu. Jadi stop. I'll never going back to you"

"Biar kamu menolak terus aku nggak akan patah semangat, Yas. Aku akan terus kejer kamu dan tunjukkin keseriusanku. Aku harus dapetin kamu balik dan wujudin janji kita 3 tahun lalu"

"Terserah Gib. Aku capek jelasinnya. Mending kamu pulang aja, aku mau istirahat" kemudian Yaya pergi meninggalkan Gibran

Mas Nendra, Ola, dan Niken yang sedari tadi menguping obrolan mereka dari tangga lantas memberikan jempolnya kala Yaya naik dan melintasi mereka.

"Selama lo di Jogja, dia nongkrong terus tuh ama genk nya. Ada si cewe gatel itu juga malah. Bisa-bisanya sekarang dia mohon-mohon kayak gini ke elu. Eneg banget liatnya pengen gua tabok" ujar Niken kesal

"Kalo ngga inget dosa aja udah gua pukulin mahluk itu" timpa Ola sembari mengepal telapak tangannya.

Sementara itu di sebelah mereka, ada Nendra yang kini menganga

"Serem juga backingan kamu dek"

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang