Setelah mengunjungi makam sang Mama, Regen kini membawa Yaya melihat sebuah rumah.
"Dulu ini rumah keluarga Mas. Tapi karena orang tua bercerai jadinya dijual"
"Keluarga besar Mas juga banyak yang di Sragen, dulu Nenek dan Kakek juga tinggal ndak jauh dari sini sebelum pindah ke pusat kota"
"Berarti ini kampung halaman nya Mas Regen ya?" tanya Yaya
"Ya bisa dibilang gitu" sambil menganggukkan kepala
Kini Yaya dan Regen beristirahat di sebuah rumah makan. Sembari menunggu Regen sholat zuhur, Yaya memesan makanan. Tak berapa lama Regen datang bersamaan dengan pelayan menyajikan makanan. Mereka pun makan dengan santai sambil menikmati pemandangan sekitar.
Setelah terdiam beberapa saat, tiba-tiba Yaya berkata "Jangan-jangan Regen itu Gen nya Sragen" Rupanya kata "Gen" membangkitkan imajinasinya
"Hahahahaha ketahuan deh" jawab Regen sembari menggulung lengan sweater biru tua nya
"Lah? Beneran?"
"Iya, Regen itu singkatan dari kampung halaman Papa dan Mama, Rembang dan Sragen"
"Terus kalo Gelanov?" tanya Yaya penasaran
"Katanya sih dulu Mas mau di namain Regen Gilang, terus Mama pengen banget ada Nov nya sesuai bulan lahir. Tapi kalau Regen Gilangnov kan aneh, apalagi Gilanov, nanti dikira gila..." Yaya tertawa mendengarnya
"Makanya jadinya Gelanov"
"Unik, ada filosofi nya" ucap Yaya setelah Regen mengakhiri ceritanya
Setelah makan siang, mereka memutuskan untuk mendatangi salah satu pantai disana. Regen tahu bahwa Yaya suka sekali pantai. Mereka menikmati pemandangan disana hingga sore.
"Lihat kesini Mas" Yaya kemudian memotret Regen dengan ponselnya. Kebahagian tersebut akhirnya tertangkap oleh kamera.
"Gantian sekarang kamu yang lihat kesini" ucap Regen sambil mengeluarkan ponselnya bersiap untuk memfoto Yaya
"Nggak mau ah mas, malu" sontak Yaya langsung memutar tubuh membelakangi Regen sambil menutupi wajahnya. Regen terkekeh melihat tingkah malu-malu Yaya
"Ohiya, Kalo kamu kenapa namanya Yasmina?"
"Kata bapak Yasmina itu artinya bunga. Bunga yang cantik. Jadi bapak berdoa supaya anaknya tumbuh seperti bunga yang cantik. Gitu" Regen mengangguk seolah mengerti
"Do'a nya terkabul, Pak" bisik Regen
Melihat penjual es krim, Yaya jadi ingin
"Mas, aku mau beli es krim dulu ya" ucap Yaya sambil berjalan ke arah sang penjual"Eh.. kamu mau? Yaudah tunggu disini aja biar Mas yang kesana"
Tak lama kemudian Regen menyodorkan bungkusan warna-warni itu pada Yaya setelah menunggu beberapa saat
"Ini.."
"Yeay, makasih Mas"
"Iya sama sama"
Mereka pun menikmati es krim bersama di bawah pohon tepi pantai
Entah mengapa rasanya Yaya sudah mengenal Regen lama sekali, walaupun kenyataannya mereka baru saling mengenal beberapa hari. Lucu bukan?
"Sebentar ya" Regen sedikit menjauh untuk mengangkat telpon
"...iya pak...oh begitu?.. iya baik pak" terdengar sayup-sayup obrolan Regen. Regen pun kembali dengan wajah datar
"Kenapa mas?"
Ih kepo banget sih Yak
"Ndak papa, besok mas ada dinas ke luar kota. Awalnya bilangnya jam 11 sekarang maju jadi jam 8"
Melihat raut wajah Yaya yang sedih, Regen lantas melanjutkan"Ndak jauh kok, cuma di Semarang. Kalau ndak ada halangan, Minggu siang juga paling sudah sampai lagi di Jogja"
Ini orang dukun ya? Atau emang bisa baca pikiran orang?
Sepertinya Regen tahu apa yang ada di pikiran Yaya hingga ia mencoba untuk menenangkannya. Yaya tersenyum sambil menatap mata Regen
"Iya, semoga nggak ada halangan ya Mas"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Ceritanya
RomanceJangan paksakan sesuatu yang memang sudah terasa menyakiti. Boleh jadi setelah kamu melepaskan 'batu karang' itu, 'sang mutiara' datang?