Di perjalanan pulang, Yaya, Regen, dan Irzan memutuskan untuk mampir ke sebuah angkringan di kawasan Tugu Jogja.
"Wuiiihh, berapa tahun nggak kesini kok jadi berubah ya?" ucap Yaya sambil berlarian didepan kedua pria itu
"Eh, awas jatuh. Jalan aja sini yang baik disamping aku"
Aku? Nggak salah nih Mas Regen?
Langkah mereka pun terhenti di salah satu angkringan yang paling ramai. Yaya yang memang sudah lapar sejak tadi langsung memilih beragam makanan di depan nya.
"Yahh, sate kerangnya habis ya Mas?" ucap Yaya sedih. Yaya sangat suka sate kerang.
"Iya Mba. Kalau sudah kemalaman sudah banyak yang habis e" jawab penjualnya dengan logat jawa yang kental
Walaupun agak sedih namun Yaya tatap lahap menikmati jenis sate lainnya. Regen dan Irzan pun sama, mereka makan dengan lahap. Bahkan mereka nambah dua kali
Keliatan banget kelaperan ni dua manusia
"Bentar ya" Irzan menjauh untuk mengangkat telpon dari pacarnya
"Yaya seneng ndak hari ini?" tanya Regen lembut
Yaya terdiam. Entah mengapa pertanyaan itu malah membuat Yaya sedih. Sudah lama ia tidak ditanya seperti itu. Yaya menjawab dengan matanya berkaca-kaca
"Seneng, Mas."
"Loh? Kok sedih? Mas ada salah bicara ya?"
Yahh. Malah jadi nangis kan gue
Mungkin karena Yaya lelah ditambah dengan masalah Gibran, Yaya jadi emosional begini. Padahal biasanya Yaya bukan tipe yang bisa menangis didepan orang lain, tapi kok kali ini jadi begini. Yaya juga bingung. Seperti ada dorongan kuat dari dalam dirinya. Dorongan itu memaksa keluar air mata yang sudah susah payah ditahannya sejak siang tadi.
Regen sepertinya memang pria yang sangat polos. Dia bahkan mematung menyaksikan air mata Yaya yang jatuh ke pipinya.
"Maaf ya Mas, kayaknya aku kecapean makanya jadi begini hehehe" ucap Yaya ditengah tangisannya.
Yaya malu sekali saat ini, sepertinya bisa dihitung jari jumlah orang yang pernah menyaksikannya menangis. Termasuk Regen, pria yang baru dikenalnya beberapa hari ini.
"Endak endak, nih, di lap dulu air matanya" sembari menyodorkan tissue
"Mas tetring dong. Stress bener punya cewe hobinya ngereog. Eh kenapa?" ucap Irzan yang tiba-tiba muncul
Kemudian Regen memberikan hp nya dan memberi isyarat mengusir Irzan. Setelah Irzan pergi lantas Regen mengajak Yaya untuk berjalan-jalan sedikit. Mungkin setelahnya Yaya akan merasa lebih baik.
"Dulu Mas juga pernah ngerasain kayak gini, lebih parah mungkin. Mas malas bicara sama orang lain karena berpikir kalo mereka ndak bakal ngerti, jadi mau cerita pun percuma" ucap Regen yang mengundang atensi Yaya
"Jadinya Mas lampiasin semuanya ke game online. Bener-bener kayak ndak punya kehidupan. Bangun, makan, main game, tidur. Begitu terus sampai mandi pun jarang"
Yaya kaget lalu menanggapi "Waktu itu Mas Regen selalu pake hoodie hitam? Yang ada tulisan Jepangnya?"
"Iya. Kok kamu tau?" Kaget Regen
"Astaga. Maaf ya mas, gara-gara liat mas Regen begitu aku jadi berfikir Mas itu dingin, serem, dan wibu" mendengar ucapan Yaya, Regen terkekeh.
"Kok wibu sih? Itu hoodie hadiah ulang tahun dari Mama nya Mas sebelum meninggal" ucap Regen sembari tetap terkekeh namun mengundang rasa bersalah Yaya
"Waktu itu Mas masih belum terima sama semua yang terjadi. Mama Papa bercerai, Papa ternyata sudah menikah lagi sebelum mereka bercerai, Mama didiagnosis Cancer dan meninggal beberapa bulan kemudian. Semua terjadi dalam waktu singkat"
Gila! Hebat banget ni orang. Gue ngga nyangka masalah hidupnya bertubi-tubi gitu
Sebenarnya Yaya agak kaget mendengar cerita Regen. Dia sepertinya sudah berdamai dengan dirinya sendiri hingga bisa menceritakan masa pahit hidupnya dengan santai.
"Jadi, ndak papa kalau mau nangis. Kalau capek ya istirahat, kalo ndak ada energi ya diam saja. Semua ada waktunya kok, kalo ada waktu sakit berarti ada waktu sembuhnya juga."
Yaya tersentuh mendengar ucapan Regen
"Makasih ya mas, aku jauh lebih baik sekarang. Aku memang lagi ada beberapa masalah yang bikin cape, jadinya ya gini, mudah nangis. Maaf juga kalo sempet salah sangka sama Mas Regen. Kenal aja belom udah main nuduh wibu aja hehehe" balas Yaya sambil tersenyum manis
"Ohiya Mas, kemarin Mas Regen bilang kalau kerjanya pindah-pindah, emang kerjanya ngapain mas?" sambung Yaya
"Mas sering kerja ke tempat-tempat yang jauh. Bisa sampe 2 bulan atau bahkan 1 tahun. Sebelum kantor mau bangun anak perusahaan kan harus survey lokasi dulu. Tapi kalo lagi ndak survey gitu ya Mas kerja nya di kantor, di Jogja. Kurang lebih begitu deh"
"Oalah. Mas pernah kemana aja?"
"Hmm banyak sih. Kota Baru Kalimantan, Jayapura Papua, Belitung, yang terakhir kemarin ke Banda Neira"
Mendengarnya Yaya jadi terkesima, terdengar sangat seru bisa jalan-jalan sekaligus kerja
"Wahh.. seru banget kayaknya Mas, ikut dong!"
Sadar akan ucapannya, Yaya lantas mematung dan membuang pandangannya.
Mulut sialan! Harusnya mikir dulu baru ngomong, bukan dibalik.
"Beneran ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Ceritanya
RomantizmJangan paksakan sesuatu yang memang sudah terasa menyakiti. Boleh jadi setelah kamu melepaskan 'batu karang' itu, 'sang mutiara' datang?