Melihat situasi yang mulai tidak nyaman, akhirnya Irzan memutuskan telpon nya dengan sang kekasih
"Udah dulu ah, aku jalan dulu. Nanti aku telpon lagi"
Sejak telpon itu terputus hingga sekarang, Yaya jadi bersikap dingin. Ia hanya sibuk mencomoti cemilan yang ia pesan tadi. Begitu pula dengan Regen yang tidak membuka obrolan sedikitpun pada Yaya ataupun adiknya. Hanya suara musik yang terdengar. Irzan? Jangan ditanya. Dia makan paling lahap, padahal tadi dia yang protes karna Yaya pesan banyak makanan. Entah mengapa Yaya jadi kehilangan semangatnya setelah mendengar ucapan Nadhira tadi. Muncul banyak pertanyaan dibenaknya
Apa jangan-jangan Mas Regen emang udah punya pacar? Jangan-jangan Mas Regen lagi berantem sama pacarnya makanya dia ngaku-ngaku jomblo? Kalo benar begitu, berengsek juga ni cowok.
"Mas, kita cari pom bensin dulu ya, aku kebelet" rengek Irzan memecah keheningan
Mobil pun menepi di sebuah pom bensin besar. Sembari menunggu Irzan menyelesaikan 'bisnis' nya, Yaya turun dari mobil untuk sedikit meluruskan pinggang. Sebenarnya perjalannya tidak begitu jauh sih, namun tetap saja. PEGAL. Selain itu Yaya juga menghindari Regen, kalau berdua saja pasti akan canggung.
Yaya mengecek ponselnya. Terlihat pesan dari sahabatnya, Niken.
Niken Anak Fahri
LO HARUS LIAT
STORY THALITAMana? Kirim screenshoot cepet
Kemudian Niken mengirim foto yang membuat Yaya mematung.
Yaya tahu betul tubuh siapa itu. Jam tangannya, sepatunya, celananya, bahkan pria itu kini tengah memakai kaos pemberian dari Yaya. Ingin menangis rasanya mengetahui pacarnya kini asyik berduaan dengan perempuan lain. Perempuan yang membuat hubungannya kandas tahun lalu.
Ternyata kamu emang nggak bisa berubah ya, Gib
Sepertinya wanita itu lupa menyembunyikan ceritanya dari Niken. Selang 5 menit dari Niken mengirim foto itu, lucunya story itu hilang dan Gibran pun langsung menelpon, seakan memastikan bahwa Yaya tidak melihat hal yang seharusnya tidak ia lihat.
"Hi Cantik, lagi jalan-jalan nih pasti. Kemana hari ini?"
"Kemana aja yang jelas bukan ke kafe" jawab Yaya datar seraya menunjukkan kekecawaan nya saat ini
"Bilang sama dia, jangan lupa hide temen-temenku, ketahuan terus kan jadinya" lanjut Yaya tenang
"Sayang? Apa maksudnya? Dia siapa?"
"Aku tahu kamu tahu maksudnya, Gibran"
"Oke-oke sayang, dengerin dulu, aku belum sempat cerita. Aku cuma nemenin dia ketemuan sama mantannya aja, mantannya ga terima kalo dia minta putus dan dia diancam sayang. Aku kasihan. Aku nggak tahu kalau dia foto aku dan di unggah ke instastory" jawab Gibran panik
"Bukan urusanku. Aku butuh waktu buat mencerna semua ini, Gib. Jangan hubungi aku dulu" ucap Yaya sesaat sebelum ia mematikan panggilan itu sepihak
Tak terhitung berapa banyak kecewa dan sedih yang Yaya terima saat ini. Biasanya Yaya bisa tenang, tapi entah kenapa sekarang ia jadi gelisah seperti ini. Sangat tidak nyaman.
Sebentar. Tidak nyaman perkara Gibran? Atau karena yang sebelumnya?
"Udah, Yuk" sahut Irzan
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Sesampainya di lokasi, Yaya langsung turun, disusul dengan Irzan dan Regen. Seperti biasa, Yaya akan berpura-pura baik-baik saja di depan orang lain, tak peduli bahwa hatinya sedang hancur atau apapun yang penting orang lain tidak tahu.
"Beli minuman yuk" ajak Irzan yang kemudian di angguki oleh Yaya dan Regen
Setelah membeli minuman, mereka bertiga langsung mencari tempat untuk duduk. Anginnya lumayan kencang, untung Yaya ingat membawa ikat rambut. Dari ekor mata, Yaya melihat Regen menatap nya, menyaksikan Yaya mengikat rambutnya.
"Seger, buruan minum Yak, mumpung masih dingin banget" ucap Irzan membahas minuman dingin yang sudah mereka beli
Yaya kesulitan membuka tutup botol itu. Ah, membuat kesal saja.
"Eh pindah kesini, lebih keliatan darisini sunset nya" terdengar suara Irzan yang sudah pindah tempat agak jauh didepan. Sontak Yaya berlari menghampiri Irzan dan melupakan barang bawaan nya di meja sebelumnya. Benar saja, disini pemandangannya tampak lebih indah.
Tak lama Regen pun datang juga sambil membawa barang- barang yang tertinggal. Ia duduk tepat di sebelah Yaya kemudian meneguk minuman dinginnya. Melihat Regen, Yaya jadi ingin minum juga. Yaya kembali mengangkat botolnya dan menyiapkan tenaga dalam untuk membuka tutup botol sialan itu.
Krek
"Loh? Padahal tadi keras banget." ucap Yaya kaget
Tanpa usaha, tutup itu malah sudah terbuka duluan. Sepertinya Regen sadar bahwa Yaya kesulitan, kemudian ia membuka botol itu terlebih dahulu di meja sebelumnya dan membawanya kesini. Tanpa ia sadari, ternyata Regen cukup perhatian padanya.
"Ah sakit banget perut gua. Kayaknya gara-gara ayam pedes tadi nih. Gua ke toilet lagi deh" Irzan kemudian berlari meninggalkan mereka berdua
Selama beberapa saat kedua insan itu hening, suasana nya jadi canggung.
"Kirana itu dulu satu tempat kerja sama Mas. Bukan pacar." ucap Regen lembut tanpa melihat Yaya
"Hah? Aku ngga nanya kok mas"
Bohong. Lega gue anjir.
Ucapan Regen berhasil menepis semua pikiran buruk tentang nya tadi.
"Dulu dia kos di ujung jalan, makanya sering berangkat kerja bareng. Irzan sempat ngira kalau dia pacar Mas, padahal bukan. Sekarang juga dia udah resign kok" ucap Regen seolah menenangkan Yaya
Lantas Yaya tersenyum menatap Regen yang ternyata sudah lebih dulu menatapnya.
"Iya mas"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Ceritanya
RomanceJangan paksakan sesuatu yang memang sudah terasa menyakiti. Boleh jadi setelah kamu melepaskan 'batu karang' itu, 'sang mutiara' datang?