Bagian 29

30 2 0
                                    

FLASHBACK ON

"Lo sama Mas Regen berdiri disitu cepet, gua fotoin" ucap Niken

"Yaelah Mas, senyum dikit lah jangan kaku-kaku banget" lanjut Niken yang mengundang gelak tawa mereka

"Gantian dong mas fotoin kita bertiga. Anjay kita udah sarjana guys hahahahah" ucap Ola sambil merapikan selempang Yaya yang miring

"Yak, gua abisini mau nganterin Mba Ola ke klinik. Mau facial dia. Lo kitorang tinggal nggak papa kan? Nggak papa dong, kan ada Mas Regen" ucap Niken

"Dih, nanya sendiri jawab sendiri. Yaudah hati-hati, kalo ada apa-apa telpon emak bapak lorang ya" timpal Yaya

Kemudian Yaya dan Regen berjalan menuju parkiran. Regen terlihat begitu sibuk membawa beberapa bucket bunga dan juga bingkisan milik Yaya. Yaya? Dia sedang sibuk memilih foto mana yang akan ia upload di instastory nya. Jangan salah sangka dulu, Regen menolak Yaya untuk membantunya meski sudah beberapa kali Yaya berusaha merebut barang-barang itu.

Mereka tak lantas menjalankan mobilnya setelah menyalakan mesin. Regen diam sesaat, ia terlihat seperti sedang bingung sekarang.

"Ohiya Mas. Katanya Mas mau kasih aku kado" ucap Yaya memecah keheningan mereka sedari tadi

"Ya..." gumam Regen

"Hmm?"

"Maaf sebelumnya.." lanjut Regen serius

Anjir kok jadi serius gini? Salah ngomong ya gue?

"Maaf kalau mungkin sikap mas membuat kamu bingung, tapi kamu inget ndak Mas pernah bilang kalau Mas ndak berani terikat dalam hubungan yang ndak melibatkan Tuhan?" tanya Regen

"Iya, inget Mas, kenapa?" Yaya menunjukkan raut wajah bingung

Regen kemudian mengambil tangan kanan Yaya dan membawanya ke pangkuannya. Jempolnya bergerak lembut mengusap punggung tangan Yaya sembari matanya fokus menatap wajah wanita itu

"Mas sadar kalau saat ini mas memang belum punya apa-apa yang bisa dibanggakan, tapi mas berusaha dan berdoa sama Allah agar besok-lusa pintu rezeki mas dibuka kan lebih banyak. Mas juga berdoa sama Allah, kalau hari itu datang Mas mau kamu ada disamping Mas" Yaya yang kini menyadari arah bicara Regen matanya mulai berkaca-kaca

"Jadi, boleh ndak Mas ajak kamu untuk melibatkan Tuhan diantara kita? Yasmina Khalid.. tolong jadi pendamping Mas di dunia dan di akhirat ya?" ucap Regen dengan suara yang bergetar.

Yaya tak kuasa menahan air matanya. Tak menyangka bahwa akhirnya moment ini terjadi juga dalam hidupnya. Kalimat itu keluar dari seorang pria yang tak pernah ia duga dan bayangkan. Pria yang jika namanya tersebut berberapa waktu lalu membuat bulu kuduknya merinding karena sikap diamnya. Pria itulah yang kini meminta Yaya dengan sepenuh hati untuk menjadi pendamping hidupnya. Iya, pria ini. Regen Gelanov, kakaknya Irzan yang ia kira wibu itu.

Yaya terdiam beberapa saat, ia masih tak percaya dengan yang diucapkan Regen barusan.

"Bantu aku jadi istri yang baik ya mas" jawab Yaya sesaat sebelum mereka saling berpelukan dan menangis bersama

Setelah itu, Regen melepas kalung dilehernya yang ternyata terdapat sebuah cincin sebagai bandulnya. Ia pasangkan cincin itu di jari manis Yaya.

Pas banget ukurannya

"Ini cincin peninggalan Almarhummah Mama, ternyata pas di kamu. Cantik." Mungkin ini pujian pertama yang dikeluarkan Regen dari mulutnya sendiri

"Makasih ya Mas, ini kado paling indah yang pernah aku dapat" jawab Yaya sembari menatap jari manisnya.

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang