"Opa, besok kan Mas Nendra kira-kira sampai Jogja jam 4 sore, boleh ngga kalo sebelum berangkat ke bandara aku main dulu sama Kila?"
Kila adalah saudara Yaya. Ayahnya dia itu keponakan Opa. Rumahnya pun hanya berjarak 3 gang dari rumah Opa.
"Ya boleh, mau kemana memang?" jawab Opa
"Ke kafe dekat sini saja kok"
DRRTTT DRRRTTTT
"HALOO IBUUUKKK" ucap Yaya antusias seraya mengangkat Video Call dari Ibundanya
"Halo Adek. Lagi apa?" Kata seorang wanita dari dalam ponsel
"Ini, lagi ngobrol aja sama Opa. Oma pengajian, belum pulang"
"Oh, ini Ibu mau ngasitau aja kalo Ibu dan Bapak jadi nyusul kesana juga besok bareng Mas Nendra mu"
"Yes. Bapak dan Mas Nendra tumben dapet cuti barengan?"
"Iya nih alhamdulillah. Tapi Minggu kita harus pulang semua ya dek, kamu nggak papa kan ditinggal sendiri?"
Mendengar perketaan putrinya, Opa lantas merebut ponselku
"Ya ndak papa to, ini rumah Oma Opanya, apa yang salah? Memangnya kami nggak bisa jaga anakmu" ucap Opa sembari memasang raut kesal
"Engga Pa, bukan gitu. Takutnya Yaya kangen rumah, atau nggak enak badan nanti Papa sama Mama malah repot"
"Nggak ada repot-repot untuk cucu sendiri"
Mendengar jawaban Opa, Yaya lantas memeletkan lidah ke arah Ibu menggodanya.
"Engga bu, Yaya nggakpapa kok disini, Ibu sama Bapak nggakusah khawatir"
Tak lama kemudian panggilan pun diakhiri oleh Ibu.
Terdengar suara salam dari depan rumah.Assalamualaikum
"Tunggu sini, biar Opa buka" ucap Opa, akupun mengangguk.
"Dek.."
Mendengar Opanya memanggil, Yaya pun menghampiri. Sampai di ambang pintu Yaya tak langsung keluar, lantas ia bertanya dulu dengan Opa nya. Iya, bertanya tanpa suara, hanya gerakan mulut saja.
"Siapa Opa?" terlihat mulut Yaya komat-kamit
"Ini ada Regen" ucap Opa. Yaya tersenyum. Entah mengapa Yaya kini senang mendengar nama itu
"Yasudah, Opa tinggal ke dalam ya" lirik Opa jahil
Regen yang masih memakai seragam kerja itu terlihat sangat lelah. Yaya heran, apa Regen kerja setiap hari hingga malam begini. Kalau iya, kasian sekali.
"Ini" ucap Regen sambil memberikan plastik hitam
"Apa ini Mas?" tanya Yaya bingung
"Itu sate kerang. Waktu itu kan kamu kehabisan. Tadi Mas ndak sengaja lihat ada yang jual, terus Mas langsung keinget kamu" jawab Regen
Ucapan Regen sukses menerbitkan semburat kemerahan di pipi Yaya.
"Ya ampun, makasih banyak ya Mas, jadi ngerepotin. Ngomong-ngomong ini Mas Regen baru pulang kerja?" tanya Yaya
"Iya, hari ini dan beberapa hari kedepan Mas bakal pulang malam terus." jawabnya
"Emang ada apaan Mas kok harus lembur?"
"Jumat nanti Mas rencana nya mau ambil cuti, mau ke makam Mama di Sragen"
"Ini juga yang Mas mau tanyain, boleh ndak kira-kira kalau Mas ngajak Yaya untuk temani Mas Kesana?" lanjut Regen
Mendengar perkataan Regen, jujur Yaya agak bingung. Sebenarnya Yaya mau-mau saja, anggap saja jalan-jalan, tapi memangnya tidak apa-apa kalau Yaya ikut ke makam Mama Regen?
"Memangnya nggakpapa Mas kalau aku ikut Mas kesana?" tanya Yaya
"Ya nddakpapa to. Kebetulan ndak jauh dari makam Mama ada pantai yang bagus, pasti Yaya suka"
"Oalah, boleh deh mas kalogitu" jawab Yaya sembari melempar senyum manis
Regen lantas tersenyum sembari menghela nafas lega.
"Yaudah, nanti Jumat pagi jam 7 Mas susulin kesini ya" ucapan tersebut dibalas anggukan oleh Yaya
Langkah Regen terhenti di depan gerbang, ia lalu kembali bertanya pada Yaya
"Tapi nanti kita naik ini ndakpapa po?" sembari menunjuk motor matic hitamnya
"Nggakpapa banget Mas, kebetulan aku juga memang lagi pengen jalan-jalan naik motor" Regen tersenyum tak lama kemudian ia menghilang dari pandangan Yaya
Yaya masuk ke kamarnya dan segera mengecek ponselnya.
Gibby💞
Sayang, aku tau aku salah, tapi bukan berarti kamu bisa diemin aku begini dong. Aku mau jelasin, aku telpon kamu ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Ceritanya
RomanceJangan paksakan sesuatu yang memang sudah terasa menyakiti. Boleh jadi setelah kamu melepaskan 'batu karang' itu, 'sang mutiara' datang?