Bagian 16

23 3 0
                                    

Mas Regen

Assalamualaikum, Yaya.
Ini Mas Regen

Waalaikumsalam.
Iya, Mas Regen

Kemarin-kemarin Mas
lupa buat minta kontakmu
langsung, jadinya minta
sama Irzan. Di save balik
ya

Oalah, iya Mas
sudah kok barusan

Makasih Yaya👍

Dih "👍" ? Kayak bapak-bapak banget

"Lo lagi deket sama orang ya, Yak" tanya Kila sembari sibuk mengunyah kentang goreng

"Gatau sih ini tergolong deket atau engga. Cuman gua seneng aja kalo lagi sama dia" memang iya, kenyataannya Yaya masih bingung tentang situasi saat ini

"Mana? Liat dong fotonya"

"Kayaknya lo tau deh orangnya"

"SIAPA NJIR?" Kaget Kila sambil membelalakkan matanya

"Kakaknya Irzan"

"HAH? SI GANTENG DAN SOLEH ITU?!"

Yaya kaget sambil menatapnya bingung

"Regen kan? Kalo dia lewat tuh kayak aura orang baik banget asli. Gua sering liat dia ke masjid."
Rumah Kila memang terletak persis di seberang Masjid komplek.

"Terus-terus, apa lagi yang lo tau?"

"Keliatannya sih ramah dan sopan gitu, kayaknya kalem juga. Tapi kalo udah senyum gila manis banget. Gua pikir dulu dia anak ustadz, saking positif auranya" Yaya hampir tersedak minumannya setelah mendengar penuturan Kila

"Lanjut aja, gua kawal ampe pelaminan"

Kemudian Yaya tersenyum. Mungkin untuk saat ini ia belum berani meng iya kan apalagi mengaminkan. Fokusnya masih untuk menata kembali hati yang sudah di acak-acak oleh Gibran.

Beberapa jam berlalu, kini Yaya telah sampai kembali di Rumah Opa Omanya bersama keluarga tercinta yang baru saja tiba dari Lampung. Setelah mengobrol cukup lama dengan Kila, Opa datang menyusul Yaya untuk menjemput mereka ke bandara.

"Dek, gimana? Udah ketemu sama Mas Regen?" tanya Mas Nendra

"Sudah. Ternyata dia ngga wibu kok Mas"

"Lah? Siapa juga yang bilang dia wibu, kan kamu?"
Mas Nendra tertawa kecil

"Lagian kalo wibu emang kenapa?" Yaya nyaris lupa bahwa Mas Nendra adalah wibu garis keras

"Ya nggakpapa, cuma males aja kalo punya cowok yang sejenis sama Mas Nendra. Ewh"

"Bentar? Kok cowo? Gimana nih?" goda Nendra. Sepertinya Yaya salah bicara lagi.

Mulut ini kenapa sih?

"Mas, peluk dong" entah mengapa Yaya ingin sekali bermanja dengan kakaknya hari ini

"Sini" seraya merentangkan tangannya

"Kamu ada masalah ya?" tanya Mas Nendra sembari mengelus rambutku

Setelah berfikir dan ditimbang-timbang, Yaya akhirnya memberanikan diri

"Aku putus sama Gibran"

Nendra terlihat sangat tenang mendengar penuturan adik nya. "Mas nggak mau komen apa-apa. Kamu pasti tau kan yang Mas maksud"

Setahun yang lalu, Mas Nendra memergoki Yaya tengah menangis di kamarnya. Setelah ditanya rupanya Yaya putus dengan Gibran karena Gibran berselingkuh. Saat itu amarah Mas Nendra memuncak, ia mendatangi Gibran dan terjadilah aksi baku hantam. Ia sangat kecewa pada Gibran.

"Laki-laki itu pada dasarnya punya jiwa berburu. Nafsu kalo ngeliat mangsa, tapi laki-laki yang baik bisa mengendalikan itu. Laki-laki udah seharusnya bisa menghargai perempuannya, kalo nggak bisa berarti dia bencong"

Betapa kecewanya hati Mas Nendra saat itu ketika mengetahui bahwa Yaya malah balikan dengan orang yang sudah menyelingkuhinya. Ia hanya bisa berdoa semoga adiknya tidak disakiti lagi oleh Gibran. Namun doanya tidak dikabulkan. Bukan bermaksud mensyukuri, tapi Mas Nendra lega karena Yaya sudah terlepas dari manusia itu.

"Nggakpapa, ini udah yang kedua kali harusnya adek udah bisa berpikir. Inshaallah nanti diganti sama yang lebih baik" mendengar hal itu, Yaya menangis di di pelukan kakaknya.

"Ohiya dek, besok malem rencananya Mas mau nongkrong sama Irzan dan Mas Regen. Kamu mau ikut?" tanya Mas Nendra

"Enggak deh, besok kan mau pergi jalan-jalan. Biarin aja sendirian dirumah, kita semua pergi, Mas Nendra enggak " jawab Yaya seraya mengejek kakaknya

"Dih, biarin. Yang penting besok malam Mas Nendra ketemu sama Mas Regen, kamu enggak hahahaha" ucap Mas Nendra yang kemudian menjulurkan lidahnya

"IH MAS NENDRA!" yang diteriaki malah berlari meninggalkan Yaya

Nyebelin!

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang