Bagian 22

33 3 0
                                    

Sejak malam itu, Yaya dan Regen jadi intens bertukar kabar lewat whatsapp. Hari-harinya ia habiskan untuk bermain dengan Kila atau Irzan. Ia hanya bertemu Regen di sore atau malam hari karena siangnya Regen bekerja.

Saat ini Yaya sedang pergi ke sebuah coffee shop bersama Irzan dan Nadhira, pacarnya. Akhirnya Irzan mengenalkan Yaya dengan kekasihnya itu.

"Halo..Nadhira" ucap seorang wanita cantik berambut se bahu seraya mengajaknya bersalaman

"Hai.. Yasmin" balas Yaya sambil menjabat tangan Nadhira

Kini Irzan tampak lega telah memperkenalkan mereka, jadi ia tidak perlu lagi khawatir kalau Nadhira akan cemburu pada Yaya. Terlebih Irzan sudah pernah bilang padanya kalau Yaya adalah pacarnya Regen. Yaa..walaupun saat ini hal itu belum bisa di validasi.

Minuman pun datang. Yaya dan Nadhira pun mengobrol santai sambil bertukar cerita tentang keseharian mereka. Jujur, Yaya kaget bahwa ternyata Nadhira se ramah ini, sangat berbeda dengan yang Irzan ceritakan. Ah, sepertinya Yaya harus mulai berhenti menilai orang lain sebelum benar-benar mengenalnya.

TINGG

Ponsel Yaya berbunyi ditengah percakapan mereka

"Bentar ya" ucap Yaya pada Nadhira. Nadhira pun mengangguk

Mas Regen

Mas ketemu musuh kamu nih
)mengirim foto seekor entok)

Hih! Kok di kantor Mas
Regen ada entok sih?😭

Hahahaa, Mas lagi ndak
di Kantor. Sedang ada
kerjaan luar

Oalah. Aku lagi di Filosofi
Kopi, Mas. Sama Irzan
dan Nadhira juga

Kira-kira sampe sore
ndak?

Iya sih kayaknya. Soalnya
baru dateng ini juga

Yaudah, nanti Mas nyusul
ya? Biar kamu pulangnya
ikut sama Mas aja. Boleh?

Bowleh. Aku tunggu ya, Mas

Okey👍

Ngomong-ngomong soal entok, dua hari yang lalu Yaya baru saja mendapatkan musibah. Yaya yang pada dasarnya takut dengan unggas itu hampir menangis dibuatnya. Sore hari, Yaya sedang berjalan dengan Regen dan Irzan ke Indom*ret untuk membeli es krim, tiba-tiba tiga ekor entok lompat dari selokan tepat didepan Yaya. Tentu saja Yaya kaget bukan main.

"HAAA! Hush! Hushhhh!" teriak Yaya ketakutan

Irzan dan Regen menertawakan Yaya sembari mengusir hewan berkaki pendek itu. Namun siapa sangka, entok itu malah kabur ke arah Yaya sembari melebarkan sayapnya. Yaya panik lalu kabur ketakutan ke belakang Regen sambil menarik-narik bajunya. Regen dan Irzan tak tahan melihat reaksi Yaya yang menurut mereka lucu.

"Udah, udah disuruh pergi dia sama Irzan" ucap Regen pada Yaya yang kini berada dibalik punggungnya. Tentu saja ia mengatakannya setelah puas tertawa.

Tak disangka, setelah mengenal lebih jauh ternyata Regen merupakan sosok yang random. Beberapa hari yang lalu ia bahkan mengirim sebuah foto bentolan yang diberi tanda silang dengan pena merah. Tangannya digigit nyamuk katanya.

Irzan dan Nadhira yang sedari tadi memperhatikan lantas saling berpandangan seolah memikirkan hal yang sama.

"Dih senyum-senyum kayak orang gila" ejek Irzan

"Apasih, elu kali yang gila" ucap Yaya sembari memicingkan bola matanya

"Pasti chat dari Mas Regen ya, Yas?" goda Nadhira. Kemudian Yaya menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum, mengisyaratkan bahwa tebakannya benar.

"Nanti dia kesini nyusul" ucap Yaya

"Siapa?" tanya Irzan

"YANG NANYA" jawab Yaya. Pasti Irzan mau bicara itu.

"Engga serius, Siapa? Mas Regen?" tanya Irzan

Tumben serius

"Iya"

Satu jam kemudian, Regen kini sudah duduk diantara mereka. Masih lengkap memakai seragam kerjanya.

Udah sore masih wangi aja

"Udah pada makan?" tanya Regen

"Udah tadi" jawab Irzan

"Mas nanya Yaya sama Nadhira, bukan kamu"

Nadhira dan Yaya terkekeh melihat reaksi Irzan. Kemudian Yaya memeletkan lidahnya.

Mereka asyik mengobrol sampai tak terasa hari sudah hampir malam. Irzan dan Nadhira pamit lebih dulu meninggalkan Yaya dan Regen. Katanya mereka mau ke bioskop setelah ini.

Tak lama kemudian Yaya pun mengajak Regen pulang.

"Yuk Mas"

"Langsung pulang? atau mau kemana dulu ndak?" tanya Regen

"Langsung pulang aja. Mas Regen kan baru pulang kerja, pasti capek." jawab Yaya sembari merapikan barang-barangnya bersiap untuk pulang. Namun tak lama kemudian terdengar suara adzan dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang setelah sholat maghrib di masjid dekat kafe.

Sesampainya di depan rumah Oma dan Opa Yaya, Regen lantas bertanya

"Kalau Mas boleh tau, besok Yaya mau pakai baju warna apa?"

Hah? Aneh amat pertanyaannya

"Hmm.. kayaknya sih warna hitam. Kenapa Mas, kok tumben?" tanya Yaya heran

"Ndak papa sih. Mas pengen aja besok kita pakai baju yang warnanya samaan. Boleh ndak? Ndak ya? Alay ya?" ucap Regen yang mengundang gelak tawa Yaya

"Ya Allah, Mas. Boleh lah, masa begitu aja alay sih astaga hahahahaha"

"Hehehee. Oh iya satu lagi"

"Apa?"

"Besok setelah konser selesai Mas ada janji mau ketemu sama beberapa teman. Sebentar aja kok, ndak lama. Boleh ndak kalau Yaya ikut temani Mas kesana?" pinta Regen ragu-ragu. Pria ini memang selalu sopan.

Melihat Yaya tidak menjawab perkataannya, Regen lantas melanjutkan bicaranya

"Eh, tapi ndak usah ding, takutnya kemalaman. Nanti Mas antar Yaya pulang...." belum selesai Regen bicara, Yaya sudah lebih dahulu memotongnya

"Enggak Mas. Aku mau ikut." jawab Yaya sembari menggelengkan kepalanya dan tersenyum

Wajah Regen terlihat sangat senang.

"Serius ndakpapa?"

Yaya mengangguk

"Makasih ya..kalo gitu besok mas izin langsung ke Oma dan Opa. Sampai ketemu besok" jawab Regen yang kemudian pergi meninggalkan pekarangan rumah itu.

Duh jadi nggak sabar

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang