Minggu pagi yang cerah akhirnya datang. Hari ini adalah waktunya keluarga Yaya bercengkrama. Waktu mereka biasanya dihabiskan untuk sekedar mengobrol, makan bersama, atau jalan-jalan ke mall.
"Pak.." panggilan dari Yaya yang terdengar dari lantai atas
Merasa terpanggil, lantas empunya pun menjawab
"Iya sayang? Bapak dibawah sama ibu, sini"
Yaya berlarian turun kebawah lalu memeluk Bapaknya segera. Yaya terbilang manja memang dengan Bapaknya.
"Katanya hari ini Bapak mau antar aku beli liptint"
sambil menggelendoti tangan Bapaknya manja"Sorean ya? Bapak mau kondangan dulu sama Ibu"
Lalu Yaya memberi anggukan sebagai jawaban
DRRTTT DRRTT
Ponsel Yaya bergetar menunjukkan nama Oma
"Halo Oma cantik"
Tak menghiraukan sapaannya, sang Oma langsung bertanya
"Hari apa sih liburnya? Langsung kesini pokoknya ya dek. Ajak Nendra juga, Oma udah kangen loh ini, Opa mu juga udah kangen, pengen liat cucu nya"
"Iya Oma, minggu depan aku langsung kesana, ngga tau sih Mas Nendra bisa ikut atau engga, kalaupun bisa mungkin dia nyusul. Bilang Opa, jangan telat minum obat, jangan keseringan sepedahan sama Kakek Hartono"
Mendengar nama tetangganya itu, Oma Martha langsung teringat
"Ohiya, kamu nanti Oma kenalin sama cucunya Hartono, si Regen. Bujang ganteng itu udah nunggu calonnya disini" pungkas Martha
Bak tersambar petir, Yaya kaget hingga terdiam.
Bener anjir, Mas Regen yang wibu itu
Tak mendengar jawaban dari cucunya, Martha pun memanggil kembali
"Halo?"
"Iya, Oma ni ngomong apa sih. Mas Regen kan sudah dewasa, masa dikenalin sama anak kemarin sore kayak aku"
"Loh apa salahnya? Dia sudah mapan, tidak banyak tingkah, ibadahnya bagus, ganteng lagi. Tinggalin aja cowokmu yang pake anting itu, nggak suka Oma"
Yaya tidak bisa mengelak sama sekali, yang dikatakan Omanya adalah fakta. Fakta bahwa Regen adalah pria yang sudah dewasa dan mapan sedangkan Gibran hanyalah seorang anak band yang memakai anting.
Tapi bukan disitu letak masalahnya. Masalahnya Yaya tidak suka dengan pria pendiam yang misterius macam Regen. Setiap liburan ke Jogja, Yaya selalu menyempatkan diri untuk bermain bersama Irzan, adik Regen. Kebetulan Irzan seumur dengan Yaya. Yaya tak pernah mendengar Regen berbicara lebih dari 5 kata kepadanya. Sering kali Yaya bertanya pada Regen tentang Irzan, ia hanya berucap "Ada, naik aja" atau "Diatas, lagi mandi" atau yang paling panjang "Duduk dulu, nanti saya panggilin" tentu saja dengan nada yang dingin, tanpa menatap Yaya. Tersenyum? Mustahil.
Regen sepertinya pribadi yang tertutup, berbeda dengan adiknya yang bermulut ramai. Yaya jarang sekali melihat Regen keluar rumah. Paling-paling Yaya melihat dia di pagi hari sedang berjalan ke warung nasi uduk dengan menggunakan hoodie hitam bercorak aksara Jepang. Regen selalu sibuk didepan layar komputernya sepanjang hari. Selebihnya Yaya tidak tahu, Regen memang terlihat menjauh dari lingkungan. Melihatnya saja Yaya sudah merinding apalagi harus kenal lebih jauh seperti yang Oma katakan. Hih, jangan sampai.
"Udah Oma gausah dibahas. Nanti aku kabari lagi kapan berangkatnya. Sekalian mastiin Mas Nendra ikut berangkat bareng aku atau engga. Oma jangan cape-cape, susunya rajin diminum biar sehat, kurangin juga makan gorengan dan gula" Yaya berbicara tanpa sela karna takut Oma nya membahas prihal sebelumnya.
"Iya iya cerewet. Oma matiin ya" Martha pun memutus sambungan keduanya
"Nggak sadar, padahal sendirinya yang cerewet"
Mendengar perkataan Yaya, Tyo pun menanggapi
"Ngga boleh begitu ah sama orang tua, ngga baik"
"Tau tuh Pak, adek sering banget begitu ke Oma"
ucap Nendra yang muncul entah darimanaTak memperdulikan ucapan Nendra, Yaya langsung bertanya
"Mas, kemaren Mas Regen ada nanyain aku apa emang?"
"EH? CIEEE... Nanyain Mas Regen, Gibran nya mau dikemanain? Dibuang kelaut?"
Mendengar ejekan sang kakak Yaya menjadi kesal dan langsung berlari ke dapur menghampiri sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Mas salamin ya ke dia?"
lanjut Nendra"DIEM" ucap Yaya penuh penekanan
"Udah-udah, yuk makan. Ibu bikin sup ayam nih kesukaan adek" ucap sang ibu menetralkan suasana
Yaya heran,mengapa Mas Nendra jadi begini. Mengapa seolah-olah Yaya menaksir pada Regen. Padahal nama Regen terbersit dikepala sekali pun tidak pernah. Apa Oma sudah mengatakan prihal ini kepada Mas Nendra? Atau mungkin malar Regen sendiri yang bilang? Ah, tidak mungkin sih.
CAST
Regen Gelanov / Regen
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Ceritanya
RomanceJangan paksakan sesuatu yang memang sudah terasa menyakiti. Boleh jadi setelah kamu melepaskan 'batu karang' itu, 'sang mutiara' datang?