Bagian 24

25 3 0
                                    

Hari ini hari Sabtu. Regen sudah mendapat libur karena besok adalah malam pergantian tahun. Sore ini Yaya diajak Regen, Irzan, juga Nadhira untuk berjalan jalan keliling kota. Sebagai perempuan yang suka jalan-jalan, tentu saja Yaya menyetujuinya.

"Aku isi bensin dulu Mas" sembari menunggu Irzan dan Nadhira mengisi bensin motornya, Regen dan Yaya memarkirkan motornya di bawah pohon dekat POM itu.

"Kalo nggak kenyang aja udah gua beli lu" bisik Yaya setelah melihat tukang cilok melintas didepannya

"Kamu suka cilok Ya?" tanya Regen

"Banget. Aku suka segala per aci an di bumi ini"
Regen terkekeh mendengar jawaban Yaya

"Terus, selain itu suka apa lagi?"

"Suka Mie Ayam, Bakso, Ketoprak, Dimsum, Seblak, sama Ayam Goreng juga suka." jawab Yaya sambil menatap langit berusaha mengingat makanan kesukaannya

"Berarti kalo kulit ayam kamu mas curi, kamu marah dong?" tanya Regen jahil

"Engga lah. Ambil aja. Aku suka-suka aja sama kulit ayam, tapi kalo ada yang mau minta ya aku kasih" Regen yang kecewa mendengar jawaban Yaya lantas menimpali

"Yah, padahal mas kira kamu akan marah. Kan lucu kalau kita berantem rebutan kulit ayam" kemudian mereka berdua tertawa lepas.

Setelah Irzan mengisi bensin, mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini perjalanan mereka tanpa tujuan, hanya berkeliling kota saja sembari menikmati suasana Jogja.

"Mas mau tanya sesuatu tapi agak menyangkut pribadi, boleh ndak?" tanya Regen sembari terus melajukan motornya

"Boleh Mas, tanya aja"

"Kemarin waktu mantanmu kirim pesan, mas ndak sengaja baca kalo dia masih panggil kamu sayang. Kok begitu?" tanya Regen

"Dia masih nggak terima kalo kita udah putus. Bahkan dia bilang kalo akan usaha biar aku bisa balikan lagi sama dia. Kayak waktu itu" jawab Yaya

"Kayak waktu itu?"

"Iya, dulu juga udah pernah putus, cuman balikan lagi"

"Aku pacaran 3 tahun sama dia, tapi selama 3 tahun itu ada sifat buruknya yang terus menerus dia ulangi. Sekarang aku udah nggak sanggup lagi, makanya milih untuk putus" lanjut Yaya

"Terus kedepannya gimana?" tanya Regen dengan ragu. Kalau dipikir menggunakan otak Yaya yang tidak seberapa itu, mungkin sekarang Regen sedang khawatir. Khawatir kalau-kalau Yaya akan kembali lagi dengan mantannya itu.

"Ya nggak gimana-gimana. Aku nggak akan balik lagi ke dia" Regen menghela nafas sesaat setelah Yaya mengakhiri kalimatnya

Lega kan lo? Hahahaha

Mereka berkeliling kota hingga hari sudah gelap. Kini Yaya dan Nadhira tengah menunggu Regen dan Irzan sholat maghrib di salah satu Masjid. Kedua perempuan itu tengah datang bulan rupanya. Lucu sekali bisa samaan begitu. Setelah mereka selesai sholat, Yaya teringat sesuatu.

"Eh iya, Oma bilang, besok malem ada acara dirumah. Opa rencananya mau bakar Ayam dan beberapa hal lain. Kalian semua disuruh datang, termasuk Kakek dan Nenek. Nadhira juga ikut ya?"ajak Yaya

"Iya, Kakek Nenek udah bilang kok. Besok kita kesana" jawab Irzan yang kemudian diangguki Nadhira.

Keeseokan harinya, benar saja, Keluarga Regen ditambah Nadhira datang ke rumah Oma dan Opa selepas Isya. Seharusnya ada Kila dan keluarganya juga disini, tapi mereka tidak bisa datang karena merayakan malam pergantian tahun di Singapura.

Kini Opa dan Kakek Hartono sedang sibuk membumbui serta memanggang ayam, para nenek sibuk memotong buah, sedangkan yang muda sibuk bernyayi dengan sound besar milik Opa Yaya itu. Bukannya kurang ajar, tapi mereka sendiri yang tak mau dibantu. Saat Yaya dan yang lainnya datang untuk membantu, mereka malah diusir.

"Yuk makan sini, udah mateng nih" teriak Opa Handoko

Mereka pun makan dengan lahap sambil bercengkrama. Setelah makan, para orang tua mengobrol di teras, Irzan dan Nadhira kembali melanjutkan konsernya, sedangkan Yaya dan Regen duduk di ayunan kayu yang berada di samping rumah.

"Mas, aku takut deh" tanya Yaya sembari matanya menatap langit malam

"Takut kenapa?" tanya Regen

"Lusa kan aku pulang, terus minggu depannya aku sidang skripsi"

"Loh, Alhamdulillah kalo gitu. Bentar lagi jadi sarjana dong. Jangan takut, siapin aja materinya, terus selepas solat selalu berdoa minta diberi kemudahan. Mas juga nanti doakan"

Yaya mengangguk

"Nanti Mas kasih hadiah kalau sudah selesai sidang"
lanjutnya

"BENERAN YA?!"

"Iya, beneran"

"Oh iya, cita-cita Yaya apa?" Tanya Regen

Sebenarnya Yaya agak malu menjawabnya, tapi ia memilih untuk jujur

"Hmm, waktu kecil pengen banget jadi guru, makanya sekarang ambil jurusan keguruan. Tapi setelah belajar ilmu parenting, aku pengen jadi Ibu Rumah Tangga aja. Kayaknya banyak banget hal yang menyenangkan dari membesarkan anak. Aku jadi bisa liat dan kontrol perkembangannya langsung. Rasanya sayang kalau sudah punya ilmu nya tapi nggak di praktikkan sendiri. Aku nggak mau anakku tumbuh besar sama orang lain"

"Bukannya nggak pengen kerja atau males, tapi aku pengen banget begitu. Tapi ya tergantung Allah, kalau memang rezeki nya dikasih pekerjaan layak ya tetap aku jalani" lanjut Yaya

Regen kini terdiam, senyumnya tak berhenti mengembang dan matanya terus menatap Yaya kagum. Mungkin ia heran, wanita yang ceria dan sedikit manja ini ternyata punya pikiran yang begitu dewasa.

Tak lama kemudian terdengar suara kembang api di langit. Mereka senang karena bisa menikmati malam pergantian tahun bersama orang-orang tersayang.

"Selamat tahun baru, Yaya"

"Selamat tahun baru, Mas" Yaya menatap Regen segera setelah mengucapkan hal itu. Mereka beradu tatap sekarang

"Sekarang Mas yang takut" ucap Regen tanpa melepaskan pandangannya

"Hah? Kenapa mas?"

"Lusa kan kamu pulang. Mas takut kangen"

Anjrit! Salting gue!

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang