CHAPTER 04

58 48 3
                                    

Welcometo
*
*
*
*
*

Typo ditandai!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Typo ditandai!!

••○••

Keesokan harinya Nadin mendapatkan jadwal libur, tepat di hari jumat. Sekitaran jam 5 sore biasanya para pedagang jajanan lewat lewat di depan rumahnya Nadin. Sendari tadi Nadin sudah menunggu di teras rumahnya dengan di temanin secangkir teh manis hangat buatan Bundanya, dan di sampingnya di iringin dengan dompet yang sudah tertata rapi di atas meja teras rumahnya. Hari ini Nadin menanti kebaradaan abang cilok, makanan favorit Nadin saat di hari libur, selain itu cilok yang biasa Nadin belik memiliki bumbu kacang yang khas dan jugak enak, bahkan jika Nadin belik mamang nya tidak tanggung tanggu memberikan bumbu kacangnya lebih jika Nadin memintanya.

saat ini Nadin masih menanti mamang cilok di iringin dengan musik, tetapi kali ini Nadin tidak menggunakan handset di telinganya meilainkan memasang lagunya sedikit kencang, beradu dengan suara motor yang melintas di depan rumah Nadin yang sedang berlalu lalang. Berakhir juga penantian Nadin sekarang selama duduk 2 jam di teras rumahnya, akhirnya mamang cilok dengan gerobak warna kuning cerahnya pun datang.


Nadin pun buru buru berlari mambawa 2 piring kaca yang sudah ia sediakan. Nandin sengaja membeli 2 porsi karna satu untuk dirinya dan satu lagi untuk bunda tersayangnya. Ayah? Tentu saja Ayah jam segini belum pulang dari pekerjaannya. Dan setelah itu Nadin menyerahkan 2 piring yang sudah ia bawa, Nadin kembali ke teras rumahnya.

"Mang nanti tolong anterin ciloknya ya, Nadin ada di depan teras rumah kok." Ucap Nadin sembari menunjuk arah teras rumahnya.

"Siap neng Nadin." Ucap mamang cilok yang sudah sangat mengenalin Nadin

Sembari balik ke arah depan terasnya dengan berlari kecil, Nadin teringat dengan dirinya dulu. Saat itu dimana Nadin masih di umur 6 atau 7 tahun yang sudah mendudukin bangku kelas 1 sd. Setiap kali Nunda atau anggota keluarga Nadin yang lain mengajak Nadin buat memesan jajan keliling Nadin pasti selalu banyak bertanya mengenai nama nama pedagang yang dia jumpa.

Tidak terbayang dengan tingkah Nadin yang dulu, sambil berdiri manis di samping Bundanya dan sesekali memegang terompet mamang jualan, Nadin selalu memperhatikan gerakan tangan mamang dagangan dan dengan polosnya Nadin selalu mengatakan "nama mamang siapa mang?." Sontak buat Bunda malu dan sedikit terkejut dengan sikap polosnya Nadin "hustt...Nadin kamu ini nak bawel banget."

Lucu juga bila di ingat ingat, kadang kadang juga merasa bahwa waktu juga terasa jahat di hidup Nadin. Tidak ada yang mengalahkan waktu, apalagi menghentikan sesaat dan dapat memutarkan waktu itu kembali lagi. Tidak ada yang berkuasa mengendalikan waktu ini selain tuhan yang maha kuasa. Terkadang Nadin terasa bahwa dirinya sekarang sudah sangat dewasa sudah memasukin umur 20 tahun. Masa masa dimana kegembiraan di sekolah dan masa masa sulit belajar, sudah Nadin laluin selama ini.

Sudah terlalu lama Nadin bengong dan tidak sadar bahwa mamang cilok sudah berada di depannya dengan membawakan 2 piring cilok yang di pesan olehnya.

"Neng,Hallo....neng..ini ciloknya atuh neng kok malah bengong."

"Ehh...maaf mang Nadin melamun, semuanya berapa mang?."

"15 rebu neng seperti biasa, jangan melamun atuh neng Nadin,jomlo ya neng Nadin makanya bengong."

Si mamang cilok pun ketawak mengejek Nadin, dan langsung pergi dari hadapan Nadin setelah Nadin membayar pesanannya. Nadin pun meninggalkan 2 piring cilok di atas meja teras depan rumahnya. Kemudian Nadin mengembalikan dompetnya ke kamarnya sekalian memanggil bundanya untuk makan bersama sama dengan dirinya.

Setelah menghampirin Bundanya dan memanggilnya, Nadin pun buru-buru ke dapur mengambil 2 gelas kaca dan mengisi air minum yang dingin yang di ambil Nadin dari dalam kulkasnya. Setelah itu Nadin langsung menyusul bundanya yang langsung menyuapkan cilok ke dalan mulutnya dan mengomentarinnya.

"Enak banget ni pasti kamu belik di mamang cilok gerobak kuningkan."

"Iya Bun..." seraya Nadin mengangguk dengan mulut penuh dengan isi cilok yang dia makan

"Nama mamang nya siapa?."ucap Bundanya sambil terus menyuapkan cilok ke dalam mulutnya.

Tiba tiba saja Nadin tersentak dan kaget "siapa...?,nama siapa? Bun...?

"Nama mamang nya,dulu kan kamu suka tu nanyak nanyak nama mamang mamang jajan kalok lewat."

"Hush....bunda ini Nadin udah besar tau udah gak gitu lagi."Ucap Nadin kepada Bundanya,ternyata sejauh ini Bundanya Nadin masih ingat kelakuan random dia di masa kecilnya dulu.

☆☆

Setelah  makan cilok bersama nya tadi,Nadin dan Bundanya pun masuk ke dalam rumah setelah itu balik dengan kesibukannya masing masing. Bunda balik ke dalam kamarnya dan siap-siap untuk maraton drakornya,dan si sisi lain Nadin mencuci piring bekas makan cilok yang mereka makan.

Setelah selesai dengan mencuci piring nya,Nadin langsung buru-buru ke kamarnya,di dalam kamarnya tidak seperti kamar Bunda dan alAyahnya yang ada televisi di dalamnya,dulu saat kamar Nadin di buat Bunda nya, Bundanya ingin memasang tv di kamarnya tetapi Nadin menolak,dia lebih memilih menonton di laptop yang dia punya.

Nadin berniat ingin menonton film komedi tetapi dia tidak menemukan film yang cocok sendari tadi. Akhirnya Nadin memutuskan membuka web berisi folder lagu lagu kesayangannya, dan memencat tombol play dari urutan pertama.

Nadin menggeletakkan laptopnya asal dan langsung menidurkan badannya di ranjang nya yang nyaman dan menghadap langit langit kamarnya yang sedikit bercap corak corok bekas bocoran air.

Sekarang genting kamarnya Nadin sudah di perbaikin, kondisi kamarnya Nadin juga sudah membaik, tetapi bekas bocoran yang sudah berbulan bulan itu masih membekas di langit langit kamarnya Nadin. Apakah kasus atap bocor ini sama hal nya seperti seorang gadis yang di tinggal pergi oleh kekasihnya? Putus di hari ini, tetapi bekasnya tetap ter toreh di hatinya selama berbulan-bulan dan berhari-hari di hatinya.

Nadin teringat bahwa dirinya pernah menyukai adik kelasnya yang baru masuk dan beranjak di kelas sepuluh. Adik kelasnya Nadin juga dulu bisa terbilang ganteng,manis dan juga ramah kepada siapa pun, bahkan Nadin tidak bisa melupakan dirinya. Dulu Nadin menyukainya saja dengan cara diam-diam, Nadin tidak pernah bercerita kepada siapa pun kecuali kepada Najla sahabatnya Nadin.

Nadin juga merasa malu dan juga merasa tidak pantas kepada adik kelasnya, dulu di saat Nadin menyukai adik kelasnya itu banyak sekali gadis-gadis yang mengejar ngejar adik kelasnya itu,bahkan sendari kelas sepuluh hingga kelas dua belas banyak yang menyukainya, siapa yang tidak tahu tentang kejadian itu.

-seduhan kopi seorang barista-

seduhan Kopi seorang barista [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang