CHAPTER 11

26 19 18
                                    


Welcomto
*
*

Welcomto**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••○••

Hari ini kedai sangat ramai, tetapi nadin tetap bersemangat melayaninnya. Sejak awal nadin sudah tau suatu saat apa yang harus di hadapkan saat melayanin pelanggan di saat banyaknya pengunjung yang datang, namun mereka tetap mengwasin minuman dengan rasa yang tetap sama.

Pukul delapan lewat lima mbak arum, turun dari tantai dua. Lagi lagi mbak arum pergi tanpa sepatah kata pun ke kami. Dia begitu saja melenggan dari hadapak mereka, tampak mbak arum jalan menunduk. Dan terlihat matanya sedikit sembab.

Nadin mulai bertanya tanya, apa yang sebenarnya terjadi pagi mbak arum saat ini. Apa jangan jangan mbak arum nangis ada sebabnya dengan devan. Tapi.. sejak kapan nadin mau mengikutin urusan orang lain? Apa yang terjadi pada mbak arum itu sudah menjadi urusannya mengapa nadin harus repot repot mengurusinnya. Begitu juga apa yang di alamin devan ataupun yang lainnya. Nadin baru sadar jika dia membuang buang waktu dan fikirannya untuk mengurusin urusan orang lain. Kenapa nadin sering berlaku bodoh belakang ini?!. Tampak seperti bukan dirinya nadin yang sesungguhnya

Handponenya nadin bergetar, tampak seperti ada yang mengirimkan pesan notifikasi. Amel memgambil Handponenya dari kantung celemek nya. Ternyata itu pesan dari devan

Mas devan
"Nadin, maaf yang aku tadi langsung pulang. Aku liat kamu sibuk banget. Sampai ketemu lagi ya."

Tanpa sadar nadin tersenyum. Pesan yang di kirimkan devan mampu membuat nadin tersenyum secara tiba tiba tanpa sadar. Artinya devan masih mau datang ke sini lagi...apa jangan jangan besok sudah harin senin makanya dia bilang sampai ketemu lagi. Bisa saja nanti nadin dan devan tidak sadar bertemu di saat waktunya makan siang. Memang sedikit aneh dan salting membacanya "sampai ketemu lagi" . Seolah olah nadin akan betemu lagi dengan devan. Entah itu besok, lusa ataupun seterusnya.

Nadin mengurungkan niat untuk bertanya kepada devan soal yang membuatnya sedikit sebal dan membuat mimik wajahnya berubah drastis. Nadin rasa nanti dia akan meceritakannya kepada nadin, ketika mereka sudah berteman lebih lama lagi, toh itupun kalau devannya mau.

Mbak Nadin
"Iya gapapa mas, biasa kalaok minggu gini pasti
Kedai selalu ramai."

Mas devan
"Kamu selalu bilang santai nad, aku jadi gak enak ganggu waktu kamu."

Nadin
"Okelah mas devan, maaf aku dialuan ya, kedainya bentar
Lagi mau aku tutup."

Amel terpaksa mengakhirin saling berbelas pesan kepada devan. Karna nadin harus bersiap siap untuk berberes menutup kedai. Banyak pekerjaan yang harus nadin siap kan sekarang. Oh ya, nadin hampir kelupaan saat ini. Ayah dimana ya? Amel melirik lirik mencari keberadaan ayahnya di luar kedai. Wah pas sekali. Sebelum nadin menelfon ayahnya nadin melihat di ray masuk ke dalam ruko. Ayah selalu menggunakan mobilnya jika menjemput nadin malam malam begini.

seduhan Kopi seorang barista [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang