CHAPTER 13

16 14 1
                                    

Haii semuanya kembali lagi dengan mama itik
Sory baru up dari sekian lama.....

*
*
Happy reading

••○••


Lega bagi nadin setelah bebas dari kemcetan yang sumpek di jalan raya. Kenapa setiap di hari senin selalu saja macet dan mendesak, tak lupa panas di jalanan. Nadin meninggalkan kedai pukul lima sore. Dan sekarang nadin pulang langit sudah malam dan juga sudah tak ada lagi celah cahaya. Lama lama nadin bisa bekerak lama lama di jalanan

Nadin menghela nafasnya sembari duduk di depan televisi yang menyala. Nadin melihat bundanya beranjak ke dapur. Sepertinya bunda nadin akan mengambil sesuatu. Tampak dari raut wajahnya dari samping jika beliau mencari cari sesuatu di dalam kulkas.

"Nah ini dia." Ucap bundanya nadin , bundanya datang dengan membawa gelas besar transaparan. Kelihatan warnanya kuning ke coklat coklatan.

"Apa tu, bun?."

"Ini buat kamu smoties."

"Wihh, seger banget." Ucap nadin yang mengambil segelas smoties itu. Tepat sekali di saat nadin ingin hal hal yang dingin dingin

Nadin meminumnya, lalu menyisahkan beberapa gram lagi, lalu dia menaruhnya di dalan kulkas kembali. Bisa bisa kembung perutnya nadin kebanyakan minum. Setelah itu nadin langsung pergi ke kamarnya dan berlalu ke kamar mandi. Dia nadin dia akan merebahkan tubuhnya setelah dia membersihkan badannya.

Baru saja selesai dengan mandinya, dan nadin baru beranjak di ambang pintu. Tiba tiba bundanya berteriak dengan kencang. Nadin mendatangin bundanya yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya

"Ada apa sih bun."

"Ada teman kamu tu, cowok. Namanya de-."

"Apa? Devan?."

"Nah iya devan tu "

Astaga nadin baru saja memberikan alamatnya kepada devan. Sekarang pria itu sudah datang mengunjunginnya ke rumah nya. Nadin langsung berlari dan melihat apakah betul devan ada di depan pintu rumanya. Devan berdiri memegang sebuah helm nya, berdiri tegap menunggu nadin yang keluar dari dalam rumahnya.

"Lah, mas devan untung gak nyasar mana udah gelap lagi."
Nadin menyapa devan seraya menyuruh pria itu untuk duduk di bangku teras rumahnya. Devan meletakkan helm nya di lantai tepat sekali di samping kanannya. Nadin langsung gercep menannyakan mau minum apa

"Mas devan mau teh apa kopi?."

"Ah, gak usah air putih aja nad."

"Ha? Serius?."

Devan mengangguk mengiyakan, sebab dia ingin minum air mineral aja sekarang. Mungkin devan juga tau bahwa nadin capek sebab seharian membuat kopi di kedai, jadi devan tidak mau merepotkan nadin lagi. Nadin dengan sigap membawakan satu botol air mineral dari dalam kulkasnya, tak lupa nadin membawakan gelas kaca kehadapan devan. Lalu ia kembali ke teras dengab membawa minuman dan gelasnya dengan kedua tangannya

"Diminum dulu mas...tadi di depan lagi macet kan?."

"Iya nad, macet nya gak berhenti henti." Ucapnya sembari menungkan air mineral ke dalam gelas, dan tiba tiba bunda nadin keluar dengan membawakan stoples kue kering

"Sayang, kamu kenapa cuman ngasih teman kamu air mineral aja, nak?." Ucap bundanya seraya memberikan stoples kue kering itu, dan bundanya kembali menuju dalam rumah.

"Ini mas devan, aku lupa kalau bunda punya kue." Ucap nadin membuka toples kue kering itu, dan memulainya diluan untuk memakan kuenya, supaya devan tidak merasa malu malu " ayo mas dimakana."

"Iya nad, aku coba ya." Ucapnya sembari mengambil sebiji kue kering itu

"Ini kuenya bunda yang buat, enak kan?."

"Enak banget nad."

"Ini bunda buatnya sesuai kalok misalnya kue yang lain sudah habis. Bunda biasanya juga bikin banyak buat di bagika sama sodara sodara, mas."

Devan mengangguk seraya tersenyum memperhatikan nadin menceritakan mengenai kue kering yang di buat oleh bundanya. Nadin juga teringat ingin menanyakan tentang pekerjaan devan

"Oh iya ngomong ngomong, tempat kanu bekerja itu kantor apa sih."

"Oh yang itu, kira bisa konsultasi soal bayaran pajak, nad."

Devan mengangguk dan melanjutkan ucapannya untuk bertanya kepada nadin "kamu belajar bikin kopi dimana nad? Soalnya kopi buatan kamu enak banget." Ucap devan sembari mengacungka jempolnya kepada nadin

"Aku ikut khursus barista mas, ada sertifikat kelulusan nya juga lho mas."

"Wahh keren dong, kalau sekarang umur kamu udah berapa, nad."

"Baru mau ke dua satu mas, kalok mas devan sendiri berapa?."

"Aku jauh lebih tua, udah mau naik duapuluh lima tahun nad."

Dari kejauhan tiba tiba saja nadin melihat motor ayahnya masuk ke perkarangan rumahnya. Hadeh, devan datang di wakti yang sangat tidak tepat. Orang paling resek udah pulang ke rumah. Habislah nadij jadi bahan ledekan ayahnya. Nadin berdiri dan berjalan ke arah ayahnyanyang sudah sampai teras rumahnya. Setelah ayah menggantungkan helm nya di spion keretanya, ayah turun dari motornya seraya senyum kepada nadin. Nadin pun tersenyum ke arah ayahnya seraya mencium tangannya yang kekar itu

Dibelakang nadin ternyata devan sudah berdiri sembari menyambut ayah. Devan pun menyalamin tangan ayah nadin seraya senyum malu malu kepada ayah nadin

"Ini devan pah, teman nadin."

"Malam om."

"Oh...iya iya, kamu sudah lama di sini?."

"Wahh lumayan om."

"Yasudah om tinggal kedalam ya devan, terus kan mengobrolnya." Persilahkan ayah nadin sembari tersenyum simpul. Apa maksud ayah, dia ingin memikat devan dari senyumannya itu?

Tanpa sadar obrolan mereka malam ini cukup lama. Kini udah pukul sepuluh malam. Devan pun berpamitan untuk pulang, namun ketika devan hendak berpamitan dengan bunda yang terlihat hanyalah ayah yang di dalam

"Pah...devan mau pamit, bunda mana?."

"Bunda undah tidur." Ucap ayahnya yang beranjak berdiri dari duduk nya yang enak, yang tengah berselonjor nyaman di depan televisi. Ayah mendatangin devan yang hendak pulang, devan pun langsung beranjak dari tempat duduknya. Tadinya devan ingin menjunpain ayah, tetapi ayah gelatnya ingin berdiri, jadi nadin urungkan untuk menemuin ayah.

Devan pun berpamitan dengan ayah, devan mencium puncak tangan ayah, tak lupa ayah pun memberikan senyum manisnya beserta mengatakan 'hati-hati' kepada devan. Ayah juga dengan sempat sempatnya bertanya kepada devan dimana rumahnya. Sesuai perbincangan kecil dan singkat terhadao devan dan ayah, setelah itu devan langsung menacapkan gas dan meninggalkan perkarangan rumah nadin. Ayah juga tak lupa memggembok pintu pagar

"Ayah...nadin di luan ya." Nadin beranjak lebih dulu dan meninggalkan papanya di luar

"Heh...dasar anak kurang ajar, kamu habis pacaran kok malah ayah yang di suruh gembok pintu "

Nadin hanya tertawa melihat ayahnya yang marah marah, itulah jalan satu satunya untuk menjawab, yaitu tertawa. Nadin buru buru masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa mencuci muka kaki dan tangannya sebelum tidur. Nadin langsung merebahkan tubuhnya ke kasur empunya, rasa kantuk wanita ini sudah di ujung. Sembari berbaring nadin juga memandangin langit langit kamarnya. Tiba tiba saja ada bayangan devan yang tersenyum pada nadin

Nadin langsung menghilangkan bayangan itu dari pandangannya, sudah malam dia di hantui muka devan. Nadin memiringkan tubuhnya ke arah kanan. Dan tak lupa dengan memeluk guling kesayangannya, mulutnya berkomat kamit membacakan doa sebelum tidur, sebelum memejamkan matanya. Tidak butuh waktu yang lama, gadis ini sudah pergi ke dunia mimpinya

-seduhan kopi seorang barista-

~next chapter berikutnya, seyou bbai~

seduhan Kopi seorang barista [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang