CHAPTER 08

54 40 4
                                    

Welcometo
*
*
*
*

Welcometo ****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••○••

Nadin berulang kali membaca sebuah pesan dari devan. Nadin akhirnya membalas pesan pesan devan saat ini, nadin juga harus menghargain kebaikan devan terhadap dirinya.

Nadin
Wahh boleh sekali, kalok mau main kabarin aku aja
Soalnya mas devan kan belum tau sekali yang mana rumah aku."

Devan
Hahah oke oke, terimakasih banyak ya nad
Sory udah ganggu waktu kamu.

Nadin
Iya gapapa kok mas devan

Sepertinya devan sudah kehabisan topin untuk menanyakan sesuatu kepada nadin. Sejak tadi nadin hanya membalas chat dari devan saja, tetapi kenapa cukup melelahkan bagi nadin. Apa nadin sudah berfikir terlaku keras untuk situasi yang sangat menegangkan ini?!

Ayah membuyarkan lamunan nadin yang sedang memikirkan sesuatu. Ayah memanggil nadin seolah olah ada kejadian gempur yang sangat panik. Hadehh, susah sekali membedakan suara becaan ayah sama yang serius, kenapa harus berteriak?.

"Iya yah kenapa?." Ucap nadin di balik pintunya sambil memegang kenap pintu kamarnya

"Ayo kamu mau ikut ayah sama bunda gak?."

"Ha? Kemana?."

"Itu tu bunda ngajak jajan diluar."

Kenapa ayah tidak memberi tahu kepada nadin sejak tadi, kenapa memberi tahu pas sudah mau pergi, sangat ribet untuk bersiap siap. Apa ayah sama bunda lupa kalok nadin sudah pulang sejak tadi?!, sepuluh menit nadin mengganti baju dengan lebih rapi dari tampilannya yang tadi. Nadin celingak celinguk mencari keberadaan ayah dan bundanya, apakah 2 orang tua itu sudah berada di mobil?. Nadin mengunci pintu rumahnya sambil menunggu ayahnya mengeluarkan mobil kesayangannya, setelah itu nadin menutup pintu gerbang rumahnya.

Bunda ingin makan ketoprak tempat dimana langganan bunda dulu, di ciamis. Dulu kalok bunda masih bekerja, bunda sering makan ketoprak bareng temana temannya, juga sering membawakan nadin ketoprak itu. Menurut bunda sepanjang ketoprak yang di jumpain bunda cuman ketoprak itulah yang bunda sukak

Ayah langsung menamcapkan pedal gas untuk menurutin istri tercintanya. Nadin sekarang duduk di bangku paling belakang. Seperti biasa selalu sendirian di belakang. Soalnya nadin anak satu satunya tidak punyak adik, kakak ataupun abang. Tetapi sejak dari tadi masih ada pertanyaan yang terpendam di mulut bunda.

" itu temana kamu tadi yang ulang tahun sayang?, teman kamu pada di kasih jugak kan? Itu kan masih kue utuh buda takut banyak yang gak kebagian nak."

"Kata kamu cowok, jangan jangan dia naksir sama kamu lagi nak." Ucap ayah nadin dan menimpalin pertanyaan dengan godain nadin. Di selingin dengan cengengesan kecil.

"Mungkin aja kali yah, nadin mah alhamdulilah di taksirin dia."

"Jangan bersyukur mulu nad, kamu bilang ke ayah jomblo terus selama 20 tahun, ya gak bun?."

" iya sayang, berteman dekat dulu gapapa bunda gak larang, kan apa apa jugak buruh proses."

Hadehh, kalok tau seperti ini, nadin tidak akan mau ikut mereka sekarang. Nadin mengira bunda dan ayahnya sudah melupakan soal kue brownis yang di berikann devan tadi. Nadin jadi ke ingat dengan devan. Nadin sangat bertemana baik dengan sosok devan, tetapi ntah kenapa ketika berdekatan dengan devan nadin sangat canggung apalagi jika berbicara dengan devan.

"Nanti kalok nadin udah nikah, udah punya anak pasti kita tinggal berdua kan bun?."

"Ya mau gimana lagi yah, udah nasib kita punyak anak satu."

Haduhh, bunda dan ayah kenapa sih?. Kalok udah pembicaraan ngaco kayak gini mending nadin diam saja dan tutup mulut. Pura pura sibuk dengan kegiatan sendiri. Nadin langsung mengeluarkan ponsel dari dalam saku bajunya. Nadin membaca kembali beberapa pesan masuk dari devan. Entah kenapa nadin tiba tiba ingin bertanya, dia sedang apa sekarang. Nadin buru buru menepiskan pikirannya, dan balik menyimpan poselnya.

Nadin memutuskan untuk menatap kearah luar jendela. Banyak sekali lampu lampu di jalan yang berwarna membuat jalanan malam semakin indah. Tapi ntah kenapa perasaan nadin tidak enak, dirinya merasa sedih dan merindukan orang lain, tapi nadin tidak tau siapa yang ia rindukan. Apa jangan jangan ada yang diam diam merindukan dirinya. Kadang ada sepasang kekasih yang mampir ke kedai kami nadin ada sedikit iri, nadin juga menginginkan seorang kekasih tetapi tidak tau caranya bagaimana.

Namira mengatakan jika sikap devan kepada ku seperti itu, sangat baik untuk nadin. Maksudnya pertanda baik apa jangan jangan devan menyukain nadin?. Nadin belum mengenalin devan, nadin juga belum tau jati diri sebenarnya gimana. Baiklah nadin akan merespon devan kedepannya dengan lebih baik lagi.

Lama di perjalanan akirnya bunda ayah dan juga aku sampain di langganan ketoprak milik bunda. Kata bunda, kawannya yang berada di sanalah yang memberitahu bunda bahwa kedai ketoprak tersebut masih bukak dan masih berproses sampai sekarang. Tempatnya cukup luas dan lampu lampu yang berkelap kelip dengan nyata dan sempurna. Jadi, kebersihan terlihat jelas di sana.

Benar kata bunda bahwa ketoprak di sini sangatlah enak dan rasanya masih sama seperti dulu. Menurut nadin, enak dan tidak enak itu di katakan sangat relatif. Tapi kali ini selera bunda sama dengan ku kali ini. Pendapat ayah pun sama dengan nadin. Kami pun menikmatin makan malam kami hari ini.

••○••

TERIMAKSIH SEMUANYA

seduhan Kopi seorang barista [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang