CHAPTER 29

4 1 2
                                    

Typo tandai 📌~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo tandai 📌
~•~

Gak lama dari situ selesai mereka berdua berbiaca, akhirnya Gio pergi untuk keluar membeli makan siang. Sementara itu Zahra kelihatannya baru datang dari pintu depan.

"Beli jajan apa Ra?."

"Beli sate di sebrang, di dalam ruko ruko dekat sana rame banget gk bisa gue duduk."

Nadine langsung dejavu terhadap sesuatu, yaitu pada saat ia sedang makan sate bareng Devan di sebrang sana. Sosok pria yang sedang di fikirkan nadine yang mendadak muncul di hadapannya Nadine.

Apa yang sedang di fikirkan Nadine sampai-sampai ia tak nampak keberadaan Devan yang sudah masuk ke dalam kedai dan berada tepat di depannya. Setelah Nadine sadar ia langsung menyodorkan salah satu kantong plastik kepada Nadine tanpa aba-aba sedikit pun

"Buat kamu, Nad."

"Loh, apa ini mas." Ucap Nadin yang menerima kantong plastik tersebut dengan bingung

"Bakso goreng, Nad."  Jawab Devan singkat

"Wih enak ni...makasih banyak ya mas Devan."

"Iya sama-sama Nad, dimana ya aku mau langsung kerja." Ucapnya yang membuat kerutan kecil di dahinya Nadin

"Mas Devan cuman ngasih ini aja ke aku? Gak mau duduk dulu mas?."

"Ahh gak usah Nad, lagian kalok aku duduk lagi yang ada sendirian. Kalok kamu mah sibuk terus." Kekehan kecil yang di keluarkan Devan kepada Nadin

Nadin mengangguk dan tersenyum, lalu mengucapkan terimaksih untuk kedua kalianya kepada Devan.

Devan langsung membalikkan tubuhnya sembari tersenyum simpul kepada Nadin sampai-sampai ia tak sadar bahwa tubuhnya hampir saja menabrak Mbak Arum yang baru saja datang.

Bisa di katakan bahwa Mbak Arum adalah tipikal cewek yang sering berjalan dengan keadaan tertunduk. Jadi gak heran jika hal tersebut membuat dirinya tak bisa melihat keberadaan orang di samping kanan kiri ataupun di depannya. Nadin saja kadang heran apa yang di lihat Mbak Arum di bawah sana?.

Devan terkejut begitu juga dengan mbak Arum. Langkah keduanya sama-sama terhenti dan terjadilah eye contc. Mbak Arum meminta maaf dan sedikit tersenyum lalu membalikkan kepalanya seperti semula dan melanjutkan perjalanan nya . Senyum Mbak Arum senyum yang sulit di artikan, apakah senyum berharap ataupun hanya ramah saja.

Bodo amat fikir Nadin. Sekarang di tangan kanan nya sudah terdapat seplastik bakso goreng. Tetapi plastiknya sedikit lecek kerna remasan tanganya Nadin, ntah apa sebabnya sampai Nadin tak sadar bahwa plastik nya ia remas dengan kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

seduhan Kopi seorang barista [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang