HAPPY READING
*
*
*
CHAPTER 18: POTONG RAMBUT••○••
Berkali-kali Devan mengatakan kepada Nadin bahwa dirinya tidak lagi ada rasa kepada mbak Arum. Devan juga mengaku telah membuang lama perasaan nya kepada Arum. Bahkan dia telah membuang dalam dalam perasaannya itu. Karna mengingat kejadian yang pernah mereka alamin, itu juga sebagaian penyakit untuk Devan. Bagi seorang Devan tidak ada lagi kenangan yang perlu di ingat soal mereka berdua.Sejak Bunda dan ayah juga teman-teman Nadin mengetahuin Devan mengutarakan isi hatinya kepada Nadin, mereka sekarang berada di pihaknya Devan. Semuanya sangat mendukung dengan hubungan Nadin yang akan segera di resmikan. Dan bahkan semua orang kini menyalahkan Nadin yang seolah olah belum bisa menerima Devan bahkan lebih dari seorang teman.
Apa perlu Nadin menjelaskan kepada mereka satu persatu tentang konflik dan isi hatinya Nadin? Dan seharusnya mereka cukup diam dan hanya memperhatikan kami bagaimana nantinya. Nadin bahkan tidak perlu saran dan masukan yang di berikan mereka, untuk itu Nadin juga tidak akan mengikutin saran yang di berikan oleh mereka satu persatu. Terkadang juga Nadin menutup rapat rapat kupingnya, agar ia tidak mendengarkan apa yang di katakan orang lain, yang bahkan tidak sejalan dengan isi hatinya.
Untuk apa Nadin mendengarkan dan menjalankan perintah orang lain, kalaupun hatinya tidak sejalan dengan itu. Terkadang Nadin juga merasakan lelah menjadi dewasa. Ternyata sesulit itu menjadi Orang dewasa yang penuh dengan segala macam konflik batin. Terlebih lagi soal cinta dan hati. Sudah seharusnya Nadin menjaga hati orang lain. Kalaupun nadin tidak ingin menyakitin hati orang lain, sudah seharusnya juga dia menjaga hati orang itu, supaya tidak menyakitin.
Namun kenyataan itu salah, manusia tidak pernah luput dari rasa sakit hati dan kesalahan. Manusia juga kerap di panggil dengan rasa sakit hati. Alihnya, kedaanlah yang membuat mereka sakit hati. Ya, lagi lagi keadaan lah yang hanya bisa di salahkan.
Hari ini Nadin libur bekerja, dia akan kesalon tempat langganannya untuk memotong rambutnya. Nadin begitu jengah bila selalu mengucir rambutnya ini. Alih-alih bekas kuciran itu justru membuat rambutnya menjadi jelek. Jadi kelihatan tidak bagus dan rusak bila di pandang dan di biarkan terurai.
Biasanya Nadin mendapatkan jadwal libur di hari senin dan juga jumat. Lalu di malam hari Devan mengunjungin rumah Nadin. Hal itu bahkan seperti sebuah kebiasaan. Dan beberapa kali juga Devan mengajak Nadin untuk mengunjungin rumahnya. Pada waktu Nadin mendapatkan libit tepat di hari Selasa dan juga hari Minggu. Tapi, sangat jarang sekarang Nadin mendaptkan jadwal libur di hari Selasa dan juga Minggu. Harap maklum, Nadin menjadi cebuk (cewek sibuk) pada hari itu, bahkan kedai Arum story saja biasanya di hari itu sangat ramai tidak seperti hari-hari biasanya.
Devan juga telah mengelkan Nadin kepada orang tuanya. Di depan Nadin, Devan mengenalkan dirinya kepada orang tuanya sebagai teman dekat. Namun, Nadin tidak tau dia membicarakan dirinya dengan mama nya Devan apa sajaa. Tampak wajah mamanya mencurigakan senyum-senyum kepada Devan, ketika Nadin mencium puncak tangan milik mama nya Devan
Kalau boleh jujur, hal sehari hari yang di lalukan Nadin bersama Devan sangat lah menyenangkan, tapi tidak ketika Devan tidak ada di dekatnya. Rasanya sangat aneh ketika satu hari saja tidak saling mengirimkan pesan. Nadin sadar ia telah menyayangin Devan. Tapi sampai detik ini, Nadin belum tau apakah ia menyayangin Devan sebagai temana atau sebagai lebih dari teman. Sangat sulit bagi Nadin untuk mensimpulkan bagaimana bentuk Cintang yang di katakannya.
Hari ini, Devan telah memberikan Nadin kabar. Ia bilang dia akan lembur pada hari ini. Itu berarti Devan tidak ada waktu untuk datang kerumahnya Nadin. Ahh tidak apa-apalah. Walaupun Nadin merasa kesepian dan kecarikan, itu tidak membuatnya harus khawtir banyak, sebab Devan bukanlah kekasihnya apalagi miliknya
Nadin sedang berjalan di trotoar, dia menusurin aspal aspal yang di teduhin dengan pohon-pohon rindang di jalanan. Nadin melewatin banyak jalan, untuk pergi ke tempat salon langganan Nadin, yang tepatnya berada di komples sebelah rumahnya Nadin. Nadin sengaja memilih pergi tepat di jam 5 sore sebab mataharian sudah mulaibredup.
"Permisi, mbak mayang." Ucap Nadin seraya mendorong pintu salon, dan memperlihatkan kepalanya dari balik sana.
"Lah, Nadin ya?."
"Iya mbak "
"Masuk, nad. Udah lama banget kamu gak kesini "
"Iya mbak, soalnya belum sempet masih sibuk kerja. Ini mumpung masih libur jadi di sempet sempetin deh."
"Bunda kamu sehal, nad?."
"Alhamdulillah sehat mbak. Kebetulan rambut aku udah panjang aku mau di potong pendek aja deh mbak."
"Hah? Kamu yakin, nad? Gak kependekan nantinya?."
Nadin tersenyum mengangguk "iya gapapa mbak."
Mbak mayang mengarahkan kepada Nadin untuk ketempat pencucian rambut. Sebelum di potong Mbak Mayang memilih untuk mencuci rambut Nadin terlebih dahulu. Sangat segar dan nyaman bila di keramasin orang lain, berbeda jika ia keramas sendiri. Mbak Mayang memijak kepala Nadin dengan lembut. Membuat efek kantuk di matanya, rasanya Nadin tidak mau berhenti di keremasin oleh Mbak Mayang
Seusai keramas, rambut Nadin di sisir kebelakang. Dan harus mengucapkan salah perpisahan kepada rambut panjangnya ini.
"Yakin ya, nad. Jangan nyesel lho nantinya."
"Iya mbak, aman itu."
Mbak Mayang langsung memotong rambut Nadin dengan perlahan. Maklum saja rambutnya Nadin sangatlah tebal butih keahlian berhati- hati dalam memotong rambutnya agak tidak ada kesalahan. Mungkin, untuk membetuk rambut yang di inginkan Nadin, sangat sulit bagi orang yang baru saja belajar. Mbak Mayang yang sudah biasa saja harus berhati hati memotong rambut Nadin
Nadin mengamatin wajahnya di balik cermin, sedangkan Mbak Mayang masih sibuk berkonsentrasi dengan memotong rambut Nadin. Lama kelamaan wajah Nadin sudah kelihatan lebih segaran daripada sebelumnya. Kini mbak Mayang meletakkan kembali guntingnya yang tadinya untuk memotong rambutnya. Dia menyolokkan stp kontak hair drayer di salah satu dekat kaca yang berada tak jauh darinya.
Mbak Mayang mengarahkan hair drayer tersebut ke atas rambut milik Nadin kemudia mengudupkan tombol merahnya. Suara itu terasa dengung dan menghantarkan panas di atas rambut Nadin yang sudah tidak panjang lagi. Sekitar 15 menit mbak Mayang mengatur rambut Nadin dengan sisir yang ia kenakan untuk bahan pendamping.
Sekarang sudah selesai. Nadin kembali menyisir rambutnya dengan sendiri. Ia menata rambutnya sendiri agar puas dengan hasilnya. Seperti biasa Nadin selalu puas dengan hasil potongan rambut Mbak Mayang. Penampilan Nadin tampak lebih berbeda sekarang. Tampak wajahnya yang lebih segar dan nampak terang
"Bagus banget...masih ya mbak " ujarnya yang menoleh ke kanan dan ke kiri melihat bagian rambutnya yang sudah di potong. Dan tersenyum puas kepada mbak Mayang
"Nah, gini kan cantik, nad. Kelihatan kamu segeran gak kayak tadi, sepertinya kamu keberatan dengan rambut kamu sendiri." Ucap mbak Mayang dengan cengirannya. Nadin langsung membayar sesuai tarifnya, tak mengobrol banyak. Nadin segera beranjak pergi darisana.
-Seduhan Kopi Seorang Barista-
KAMU SEDANG MEMBACA
seduhan Kopi seorang barista [On Going]
Ficção Adolescente⚠️FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ gadis cantik yang super duper periang namun agak sedikit polos dalam soal percintaan ini bernama NADIN WINOLA kerap di panggil nadin. dia sangat sangat menyukai pekerjaannya yang sekarang tepatnya masih di usia yang masih bel...