HAPPY READING
*
*
*
CHAPTER 19:••○••
Di saat Nadin pulang, dan sedang berjalan santai, ternyata Nadin melihat gerobak warna biru yang tak lain tukang cilok yang baru saja mengganti warna gerobaknya. Tukang Cilok yang biasanya lewat di depan rumahnya Nadin. Terlihat si mamang yang beristirahat duduk di trotoar jalanan tepatnya di dekat pepohonan rindang yang cukup besar.
"Mamang...mamang teh udah lewat rumah Nadin?." Ucap Nadin dengan suara lantangnya, padahal jarak mereka masih sedikit jauh.
"Ehh neng Nadin....yang rumahnya di sebelah sana ya neng." Ucap mamang cilok yang sedikit terkejut dengan panggilan Nadin tadi.
"Iya, mang."
"Udah tadi neng, tapi tadi mama ke sana jalanannya sepi banget."
Nadin pun berjalan mendekatin mamang Cilok, nadin memesan 2 porsi kepada mamang Cilok untuk ia bawa pulang. Nadin menunggu pesanan Ciloknya tepat di samping gerobaknya. Sesekali pandangan kepo Nadin meratapin gerak-gerik tangan mamang cilok yang telaten memasukkan cilok satu-persatu.
"Ini neng, udah siap."
"Wihh, makasih ya mang." Nadin mengangguk kemudia menyerahkan dua lembar uang sepuluh ribu kepada mamang cilok, kemudian melanjutkan perjalanannya.
Rasanya sangat senang, ketika melihat rambut Nadin yang sudah pendek, ringan rasanya. Nadin juga tidak perlu repot-repot untuk menarik rambutnya kebelakang lagi, dan mengucir rambutnya seperti kuda. Sekarang rambut Nadin sudah bernafas dengan leluasan tanpa harus di kucir lagi.
Terlihat Bundanya Nadin sedang menyiramin halaman rumah sekali gue menyiramin tanaman rumah, ketika Nadin sudah sampai di ambang pintu gerbang rumahnya. Nadin berlari riang menghampirin Bundanya yang sedang menatapi tanaman nya, serta memegang selang di bagian tangan kanannya. Bunda Nadin langsung menoleh ke arahnya di sebabkan decitan langkah kaki milik Nadin.
"Anak siapa sih ini, udah gedek kayak anak-anak." Ledek bunda Nadin
"Ahhh Bunda bisa aja, HAHAHAHA..." Nadin langsung mencium pipi kiri dan kanan milik mamnya, "nah gini kan bagus, udah rapih rambutnya "
Bunda Nadin memuji rambut Nadin, riang sekali tatapan Nadin kepada Bundanya. Nadin, dia sudah tidak sabar untuk berangkat ke kedai kopi besok pagi. Nadin langsung masuk ke dalam rumahnya. Mencuci kedua tangannya dan juga mencuci kedua kakinya, sebab banyak kuman di area itu. Setelah itu, Nadin langsung menuangkan dua bungkus Cilok ke dalam piring yang ia sajikan untuk Bundanya dan dirinya. Tak lupa dengan garpu untuk mengambil Ciloknya
Dengan tancap Nadin langsung membawa dua buah piring yang berisikan Cilok, ia menaruhnya di meja segi empat di depan terasnya.
"Bun, sini ayo makan cilok " ajak Nadin yang sudah siap melahap cilok bumbu kacang miliknya, yang sudah ia letakkan di bagian tangannya.
Bunda nya pun menoleh seraya mematikan air keran yang tadi ia gunakan untuk menyiram halaman serta bunga, dengan sigap Bunda Nadin menghampirin dirinya "kamu jajan apa? Cilok?." Ucap Bundanya, nadin semakin mendekatkan kursinya ke arah meja segiempat itu.
"Ahhh, enaknya" ucap Bundanya seraya duduk di kursi teras rumahnya. Bunda Nadin langsung menyambet cilok yang berada di atas meja tadi. Lantas Nadin menoleh ke arah bundanya "bunda capek?."
KAMU SEDANG MEMBACA
seduhan Kopi seorang barista [On Going]
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ gadis cantik yang super duper periang namun agak sedikit polos dalam soal percintaan ini bernama NADIN WINOLA kerap di panggil nadin. dia sangat sangat menyukai pekerjaannya yang sekarang tepatnya masih di usia yang masih bel...