CHAPTER 15

12 11 4
                                    

Haii semuanya sebelum baca
Alangkah baiknya kali follo+vote+spam komen dulu

Happy reading....

••○••

Sesampainya di warung bakso. Nadin langsung memesan 2 porsi bakso untuk nadin dan juga Devan. Serta dua gelas es teh. Nadin dan devan duduk berdampingan di kursi panjang yang kelihatannya masih bersinar akibat baru saja kenak pernis. Minuman Devan dan Nadin tampak di berikan terlebih dahulu. Tak berselang lama 7 menit kemudian, bakso yang di selingin dengan sawi yang di iris iris pun telah sampai dan di daratkan di ata meja yang mengkilat.

Sembari makan bakso yang mereka pesan, sedikit-sedikit mereka menyelengin untuk berbicara singkat.

"Nanti sore kamu pulang jam berapa?."

"Kayaknya jam jam setengah 5 deh, cuman aku kadang telat dikit keluarnya. Soalnya aku banyak ceritanya,heheh..."

"Ehh, kamu mau gak aku anterin pulang? Tapi aku keluarnya sih jam jam setengah 6, kamu mau nunggu gak?."

"Emangnya kamu bawa helem buat aku?."

Devan hanya mengangguk, Nadin diam sekejap. Sembari mengunyah makanan yanh sedang ia makan. Nadin masih memikirkan apakah dia harus menerima tawaran Devan. Jika di fikir-fikir itu kan kemauan Devan yang ingin mengantarkan dirinya pulang, toh kenapa dia juga harus menolah tawaran itu. Lagi pula jika menunggu waktu setengah jam tidak masalh, di perjalanan tidak akan lama juga jika menggunakan sebuah motor.

"Baiklah kalau begitu. Nanti kalau kamu udah pulang kabarin ya, nanti aku tunggu di parkiran."

"Emangnya kamu tau aku parkir dimana?."

Nadin menggaruk tengkuknya seraya terkekeh pelan" heheh...aku gak tau sih, emangnya dimana?."

"Parkiran motor di samping, kan tadi kita lewatin."

Aduhh..kayaknya Devan memarkirkan motor tepat di samping mobil putih tadi, itu kan mobilnya mbak Arum. Semoga saja nanti pas Nadin pulang bersama Devan tidak terlihat oleh mbak Arum.

Ya walaupun berbicara dengan Devan tidak ada rasa canggung lagi, aka tetapi pas awal ketemu pasti ada rasa nervous. Kalau Devan mengajak Nadin berbicara terlebih dahulu lama lama rasa nervous itu bakalan ilang dengan sendirinya. Toh juga kamu dapat mengobrol dengan santai.

Nadin dan Devan sudah selesai makan, bahkan minumannya saja sudah habis. Makanan yang tadi sudah masuk ke dalam perut besar mereka. Waktu istrihatnya tersisah 6 menit lagi, cukuplah untuk mereka jalan sampai ke tempat tujuann, sembari berbincang-bincang kecil-kecilan. Nadin dan Devan berpisah tepat di blok pertama "kedai kopi Arum story" Nadin berniatan dia akan lewat dari pintu belakang saja kali ini.

Nadin berbelok ke arah kanan, sedangkan Devan akan melaju ke arah kiri setelah itu berjalan lurus sembari melwatin ruko-ruko. Sambil berjalan ke arah pintu samping, fikiran Nadin tertuju pada hal-hal yang tidak harusnya ia fikirkan. Nadin berpikir apakah besoj-besok dia akan makan bersama Devan lagi seperti hari ini? Apakah Nadin dan Devan akan berbincang seperti ini lagi? Ah...sudahlah kenapa harus memikirkan hal seperti ini, yang sebelum tentu terjadi.

Wakti Devan datang ke rumah Nadin malam-malam. Itu saja Nadin tidak menyangka bahwa dirinya beneran bakalan datang ke rumah Nadin. Nadin hanya mengira dia hanya basa basi bertanya soal alamat Nadin tanpa harus berkunjung ke rumahnya. Mungkin besok-besok adalah hari yang tidak terduga lagi.

Nadin telah sampai di kedai Arum story, dia memakai celemek hitam kebanggannya yang berdujulkan 'Arum story' yang tadi ia gantungkan di dekat lokernya. Nadin mengingat celemeknya nya dan berjalan menuju meja barista. Sedikit sapaan buat Mbak Arum yang sedang duduk di bangku tinggi depan meja barista. Mbak Arum duduk sembari di selingin dengan minuman moka di hadapannya.

"Mbak udah dari tadi?." Tanya Nadin

Arum hanya mengangguk singkat "kamu tadi makan siang apa,nad? Kan banyak makanan yang di jual di sini?."

"Aku tadi makan bakso di sebrang mbak."

Nadin merasa jantungnya tidak aman. Apakah Arum melihatnya tadi tapi berkedok pura pura menanyakan sesuatu pada Nadin? Nadin bersikap santai saja dan juga tidak merasa gugup.

"Kamu sendirian?."

"Iya mbak sendirian, lagian namira sama zahra juga zaki biasanya bawa bekal dari rumah."

Nampak Mbak Arum hanya menganggukan kepalanya saja. Dia seperti nya sedang memikirkan apa yang seharusnya ia tanyakan lagi kepada Nadin

"Lho, kamu gak bawa dari rumah?."

"Kalau aku mah kadang-kadang bawa mbak." Nadin menjawabnya dengan singkat, setelah itu Arum tidak ada lagi menanyakan sesuatu kepada Nadin.

Geo berpamitan kepada Mbak Arum dan juga Nadin untuk makan siang di luar. Nadin selamat setlah geo berpamitan dan keluar dari puntu belakang, karna dari pintu depan telah datang pelanggan remaja 4 orang, Nadin pun melayaninnya dan Arum melihatin gerak geriknya Nadin.

Dia tak mengeluarkan pembicaraan, hanya bertopanh dagu di depan nadin. Bahkan Arum masih terus memperhatikan Nadin yang matanya terus tertuju padanya. Nadin melayanin 4 pesana dari remaja itu dengan lihai dengan waktu yang singkat. Nadin mengelap meja dan juga tempat yang baru saja ia gunakan

"Nad!." Panggil Arum dengan kuat membuat Nadin terkejut gugup dan langsung menoleh ke arah nya. Tangan kanan nadin masih memegang kain lap dan sebelahnya lagi masih memegang alat yang ingin dia lap

"Ada apa mbak?."

"Kopi saya habis...buatin lagi ya pakek es..heheh."

Nadin agak terkejut melihat Arum yang ingin menambah minum kopi memakai es. Padahal baru saja meminum kopi moka hangat yang baru saja habis di minumnya. Tak lama dari itu, nadin langsung menyiapkan apa yang di suruh oleh Arum. Tetapi bos nya ini masih memperhatikannya dengan seksama

"Kamu paling suka kopi apa nad?."

"Kopi  latte ful cream mbak."

"Oh iya iya...mantan pacar saya dulu suka banget kopi moka nad..mbak bingung apa yang buat dia bisa sesuka itu sama kopi moka."

Nadin hanya mengangguk seraya mengatakan huruf O dan menyiapkan kopinya segera. Sebetul nya Nadin tidak suka pembicaraan soal matan pacaranya Mbak Arum jni. Toh itu juga hal pribadinya untuk apa Arum harus mencerikannya kepada Nadin. Sebagai karyawan, nadin metasa tidak pantas di jadikan tempat bercerita oleh Arum.

"Ini mbak kopinya " ucapnya sembari memberikan secangkir kopi moka dengan es

"Mbak bawa ke ruangan mbak ya nad kopinya."

"Iya mbak."

"Makasih ya." Ucapnya yang langsung menurunkan tubuhnya itu dari bangku yang cukup tinggih

Akhirnya nya Mbak arum naik juga, tapi kira kira mbak arum pergi jam berapa ya? Nadin kan harus menunggu Devan sampai jam setengah enam sore. Semoga saja Arum pergi sebelum jam nya tiba, atau nanti malam agar nadin bisa pergi terlebih dahulu dulu.

-Seduhan kopi seorang barista-

~next chapter berikutnya~

seduhan Kopi seorang barista [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang