Ada puluhan panggilan tak terjawab juga ratusan pesan yang menempuk dari berbagai media sosial milik Kath hari ini, ketika dirinya baru memeriksa handphone miliknya.
Kath baru sempat memeriksa handphone nya karena sibuk menemani Edriel membersihkan rumah. Kemudian, memasak makan siang untuk mereka berdua. Walaupun, hanya sekedar ayam goreng dan tumis kangkung yang mereka dapatkan dari penjual sayur keliling beberapa jam lalu.
Jari lentik milik Kath menari diatas keyboards, berusaha membalas satu persatu pesan yang masuk. Terutama, spam texts milik Naje yang sebenarnya mengetahui dimana dirinya berada.
"Gue ngasih tahu Hazza kalo lo disini." ucap Edriel sambil menyuapkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya. Irisnya fokus menatap Kath yang tampak lucu karena wajah serius miliknya mengetikkan sesuatu di handphone-nya.
Kedua mata Kath melotot mendengar nama Hazza disebut. "Hazza kan ember?!"
Edriel tertawa. "Nggak juga, dia lagi dijalan mau kesini, sekalian mau jengukin mami di RS."
"Hazza tahu?" Kath bertanya penasaran. Hazza bukan seseorang yang dapat menjaga rahasia. Namun, cukup mengherankan bagaimana Hazza tidak memberitahu Kath sedikitpun tentang hal ini.
"Gue bawa Mami ke IGD pake mobil Hazza minggu lalu—" jelas Edriel. "—sengaja nggak ngasih tahu yang lain, takut ngerepotin, dan terbukti juga kalo Hazza bisa jaga rahasia"
Kath berdecak. "We are still friends after all, nggak adil kalo lo cuma kasih tahu Hazza aja, lagian nggak ada kata ngerepotin di kamus kita."
"Iyaaa, but still gue ngerasa nggak enak karena udah menjauh dari kalian, terus tiba-tiba dateng bawa berita buruk."
"But—"
"—HALOOOO, apakabar Ibu Kath dan Bapak Edriel."seru Hazza heboh yang hadirnya sudah seperti jelangkung yang tidak diundang. Ditambah entah kenapa lelaki itu membawa kerincingan dan memutarnya heboh mengeluarkan suara yang nyaring dan berisik.
Hazza menarik kursi di sebelah Kath dan menyambar sesuap nasi dari piring perempuan itu. "Lo—berdua dicariin Naje sama Jeje anjay," cerocos Hazza dengan mulut penuh miliknya, dengan satu kaki yang langsung diangkat diatas dikursi, tidak lupa telunjuk nya yang mengarah kearah Kath dan Edriel.
"Terus, lo kasih tahu?" Kath bertanya, memindahkan piring miliknya di hadapan Hazza yang seperti tidak makan dua hari.
Hazza nyengir."Makasiihhhh Kath sayangku—" lanjut menyendokkan sesendok nasi lain nya di mulut nya yang masih penuh. "—nggak gue kasih tahu lah, nanti perang dunia kita."
"Kan lo masyarakat yang haus keributan." Kath mengejek, kembali mengisi nasi di piring Hazza yang hampir kosong.
"Gini-gini agus takut bu kalo Naje sama Jeje ngamuk—" balas Hazza dengan kata-kata aneh yang selalu keluar dari mulut nya, karena memang dirinya menggambarkan gen Z sejati yang selalu update akan jokes dan keanehan warga Konoha.
Kadang-kadang mereka sedikit kesusahan beraptasi dengan keanekaragaman jokes-jokes baru milik Hazza yang sangat amat diluar angkasa dan bimasakti.
Edriel menggaruk kepala nya yang tak gatal merasa binggung karena Hazza membawa nama kekasihnya. "Tapi Naje tahu kan lo disini?" Edriel bertanya berusaha mengalihkan perhatian.
Hazza mengangguk. "Iyaaaaa, dia kan mata nya ada seratus,—yang belum tahu cuma cewek lo aja si Jeje." lagi-lagi si Hazza kembali membawa nama Jeje.
"Jeje tahu Mami lo sakit?" Kath bertanya penasaran karena tidak mungkin jika Jeje tidak mengetahui hal sepenting ini.
"...iya—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bluesy
FanfictionKath tidak pernah menyukai warna karena dia selalu merasa gelap di tempat terang sekalipun. Namun siapa sangka, Semesta mempertemukan dirinya dengan Birru. Seseorang yang nama nya saja sudah sangat bewarna. Birru, menjadi satu-satu nya warna dan ses...