Di keesokan harinya, Hazza berencana untuk menghampiri Edriel yang tak kunjung membalas pesannya sejak kemarin. Banyak hal yang perlu ia bahas bersama lelaki itu perihal pergantian Kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa.
Mungkin kalian bertanya, mengapa Hazza bersikap demikian dengan wataknya yang acuh. Perlu diketahui jika Hazza merupakan Wakil Presiden Mahasiswa. Ketidakhadiran Edriel otomatis membuat dirinya ikut mengemban tanggung jawab lelaki itu di pundaknya.
Dan kali ini, Hazza benar-benar lelah untuk melakukan semua itu sendirian. Dirinya membutuhkan Edriel sebagai Nahkoda yang selalu menjadi acuan dimana dirinya akan berlayar.
Hazza juga sudah memberikan lelaki itu cukup waktu untuk mengurus beberapa hal yang memang cukup rumit dijelaskan dihidupnya. Pokoknya, Hazza sudah berusaha semampunya untuk menggantikan lelaki itu yang mangkir dari tugasnya beberapa bulan ini.
Maka, hari ini ia dan Juna berinisiatif untuk mendatangi Kosan Edriel sekaligus menjenguk anak-anaknya yang sengaja ia titipkan kepada Edriel di kolam baru Kosannya.
"Naje mana?" Hazza bertanya setelah melihat Juna yang malah datang bersama Isha.
"Nyusul dia."
"Dihhhhh, kagak bakal dia nyusul." Isha menyambar.
Hazza terkekeh kecil, lalu mengangguk meyetujui. Mengingat, hari ini adalah sabtu. Dimana Naje akan melakukan ritualnya untuk rebahan di kasur empuk miliknya. Kemudian akan hibernasi seperti beruang kutub. Lalu, menghilang dari jangkauan dunia dan manusia.
"Itu mobil El." Isha menunjuk mobil audi hitam yang sedang terparkir di dekat kolam.
Mereka sudah menebak jika lelaki itu akan berada di Kosan miliknya. Sebab, Hazza sudah lebih dulu datang ke Rumah Edriel, berujung tidak menemukan siapapun disana.
"Tumben banget si El nggak parkir di basement." Juna berkomentar selagi mereka berjalan masuk kedalam gedung kosan usai menyapa Pak Satpam yang sudah berteman akrab dengan Hazza.
"Anak gue udah baligh belom ya." Hazza bermonolog riang, sedikit berlari kearah kolam. Lalu, berjongkok agar melihat anak-anaknya lebih jelas. Yang ternyata masih sama seperti terakhir kali ia tangkap.
"Anak lo bakal jadi yatim, kalo lo nggak berdiri sekarang juga dan masuk kedalam." Isha mengomel julid karena mereka tidak ada waktu untuk bermain-main. Setidaknya, hari ini. Ada banyak berkas yang perlu mereka bahas bersama Edriel.
"Idih, galak." Hazza menyahut jengkel. Lalu, berjalan cepat menghentakkan kakinya mendahului Isha dan juga Juna. Isha hanya bisa menghela napas, lalu mengikuti langkah lelaki itu.
Hazza mengetuk pintu Kosan Edriel ngos-ngosan karena kelelahan setelah menaiki tangga 3 lantai dengan berlari. Sebab, kamar Edriel terletak dilantai paling atas dan paling ujung. Isha dan Juna juga sibuk mengatur jalan napas mereka karena harus mengikuti Hazza yang berlari seperti bocah tantrum.
"Orang gila." desis Isha bersungut sungut jengkel, melemparkan tatapan mautnya kearah Hazza.
Hazza hanya nyengir, lalu kembali mengetuk pintu Kamar Edriel yang tak kunjung ia buka. Padahal mereka sudah mengetuknya dengan bar-bar.
Butuh sekitar sepuluh detik untuk mereka bertiga agar kembali menghirup udara yang mengalir masuk kedalam jantung mereka, setelah melihat kehadiran orang yang tidak pernah mereka sangka ada di dalam Kamar Kosan Edriel.
Mereka terperangah dan kehilangan kata-kata karena melihat kehadiran Kath yang tiba-tiba muncul menyambut mereka semua dari dalam Kamar Edriel.
"Kath?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bluesy
FanfictionKath tidak pernah menyukai warna karena dia selalu merasa gelap di tempat terang sekalipun. Namun siapa sangka, Semesta mempertemukan dirinya dengan Birru. Seseorang yang nama nya saja sudah sangat bewarna. Birru, menjadi satu-satu nya warna dan ses...