Kath duduk didepan meja rias menatap dirinya yang tampak berantakan. Kantung matanya mengitam, dengan bibirnya yang pucat dan sedikit pecah.
Tidak ada cahaya yang terpancar di matanya, seolah jiwa nya melayang entah kemana bersama lara yang tak mampu lagi ia sembunyikan.
Pada akhirnya, Kath menyerah untuk selalu berpura-pura kuat. Suara rintik hujan mengalun hebat, diikuti air mata Kath yang ikut jatuh. Yang perlahan berubah menjadi tangis yang mengerang memilukan telinga.
Kath kalut, isi kepala nya riuh. Namun, orang-orang seolah selalu memiliki cara untuk mengusik dirinya, berbuat jahat kepada nya. Terlebih, Ayah nya yang malang yang tidak bersalah, juga teman-teman nya.
Jika boleh memilih, Kath ingin mengikuti langkah Ayah nya. Rengkuh hangat Ayah nya pasti akan meredam semua riuh dan berisik isi kepala nya.
Dering ponsel Kath berbunyi, dengan nama Edriel Birru disana.
"Aku di depan, Ai." Edriel bersuara, membuat tangis Kath kian mengeras.
Tubuhnya yang guntai, berjalan kearah pintu untuk mengizinkan Edriel masuk. Sampai akhirnya Kath dapat melihat Edriel dan langsung berlari menyembunyikan wajah nya di dada lelaki itu.
Jujur saja, Edriel sedikit terperangah dan khawatir melihat keadaan Kath di hadapan nya yang sangat kacau. Namun, yang dapat Edriel lakukan hanyalah membawa tangannya melingkari tubuh Kath, memeluk erat perempuan itu dalam dekap nya.
Tangan Edriel pun mengusap punggung Kath, untuk menenangkan perempuan itu yang tangis nya tak kunjung redam.
"Ai..."
"Ayya..."
Dengan penuh kehati-hatian Edriel melepas rengkuhan erat Kath pada tubuh nya. Tangan kiri nya memeluk pinggang Kath untuk menopang perempuan itu agar tidak terjatuh.
Edriel menunduk, merapikan helai rambut yang menutupi wajah Kath yang sudah memerah. "Ayya, look at me."
Kath masih saja menangis, membuat Edriel semakin khawatir. "Ayya sayang, breath— hei—Ayya." ucap Edriel dengan membingkai wajah Kath menggunakan kedua telapak tangan nya.
"Ayya, look at me. I am here, everything is gonna be alright." Edriel menghela napas, dada nya pun ikut sakit melihat bagaimana hancur nya Kath saat ini.
Perlahan Kath membuka kedua matanya yang sudah membengkak, menatap Edriel yang menghapus jejak air mata yang membanjiri wajah nya.
"Aku disini." ucap Edriel berulang, serupa mantra yang mampu membuat tangis Kath sedikit reda.
Edriel langsung beranjak, menutup pintu yang masih terbuka. Kemudian, menuntun Kath ke dalam dan menyeduh cokelat panas untuk perempuan itu yang sekarang sedang duduk di kursi pantry dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bluesy
FanfictionKath tidak pernah menyukai warna karena dia selalu merasa gelap di tempat terang sekalipun. Namun siapa sangka, Semesta mempertemukan dirinya dengan Birru. Seseorang yang nama nya saja sudah sangat bewarna. Birru, menjadi satu-satu nya warna dan ses...