Juna menatap ponsel di tangannya gemetar setelah mendapat telepon dari Naje perihal Ibu Kath yang saat ini sedang melakukan siaran langsung. Bukan apa-apa, sebab Juna takut jika temannya akan terluka lagi.
Menurut Juna, Kaluna itu sukar ditebak. Sulit untuk mengetahui maksud dan tujuan wanita itu. Wajahnya pun minim akan ekspresi. Boleh saja mulutnya berkata manis akan melakukan apapun agar mendapat maaf dari Kath dan Edriel. Namun, hati manusia tidak ada yang tahu.
Walaupun, Kath dan Jeje merupakan darah dagingnya. Entah kenapa, Kaluna tidak dapat berdiri ditengah untuk bersikap adil. Wanita itu selalu berusaha membela Jeje dengan dalih penyakit mental yang di deritanya. Bukannya, itu seperti omong kosong? Entahlah, pokoknya Juna sedikit takut setelah mendapat kabar dari Naje hari ini.
"Kath." Juna beruara pelan, mengiterupsi Kath yang sedang tertawa bersama Isha.
"Yaaaaa?"
"Nyokap lo lagi siaran langsung." ucap Juna sangat berhati-hati. Lalu, mengulurkan ponselnya kearah Kath, yang langsung disambut perempuan itu.
Kath dapat melihat dengan jelas Kaluna yang ada dilayar kaca. Perempuan itu ditemani oleh kuasa hukum mereka, Ayah Naje. Kath tidak dapat menemukan kehadiran Shaka dan Jeje disana. Entah dimana mereka, Kath tentu tidak peduli.
Hati Kath sedikit mencelos, setelah mengenali dress hitam yang membalut tubuh Kaluna dengan sempurna di layar. Perempuan itu, mengenakan dress hitam dengan corak bunga bewarna biru di bagian lehernya. Dengan pola huruf k di ujung kerahnya yang sangat Kath kenal. Sebab, dirinya juga memiliki dress yang sama di lemarinya. Lengkap dengan atasan batik laki-laki dewasa, milik Ayahnya.
Pakaian yang Kaluna kenakan hari ini merupakan bagian dari baju couple set family keluarga mereka. Yang dipesan khusus oleh Ayahnya sewaktu mereka hendak melakukan photo keluarga untuk yang terakhir kali. Pola huruf k sendiri merupakan awalan huruf nama mereka bertiga. Khaisar, Kaluna dan Katharina.
"Ayya..." Edriel menyentuh lengan Kath, setelah melihat perempuan itu hanya menatap kosong ponsel Juna ditangannya.
"—ya." Kath membalas. Kemudian, menoleh kearah Edriel yang terlihat khawatir disampingnya.
"Kalau kamu belum siap mendengar klarifikasi nya sekarang, it's okay."
"Setuju." Hazza ikut menyahut. "Nanti gue sama yang lain aja yang nonton. Kalau hasilnya bagus, lo tinggal nonton siaran ulangnya aja."
Kath menghela napas panjang. "Gue mau ikutan nonton. Gue nggak mau masalah ini jadi berlarut-larut. Kalau pun mungkin perempuan itu nggak melakukan apa yang gue suruh kemarin, nggak apa-apa. Gue tinggal lanjutin proses hukumnya aja. Lagian, gue kuat dan cukup terlatih untuk patah hati kok."
Bohong. Selama ini Kath tidak benar-benar hebat. Sebab, tidak ada yang bisa Kath lakukan selain berpura-pura agar tidak terlihat lemah meski jiwanya sudah separuh hilang ditelan sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bluesy
FanfictionKath tidak pernah menyukai warna karena dia selalu merasa gelap di tempat terang sekalipun. Namun siapa sangka, Semesta mempertemukan dirinya dengan Birru. Seseorang yang nama nya saja sudah sangat bewarna. Birru, menjadi satu-satu nya warna dan ses...