bluesy part twenty eight

1.8K 199 13
                                    

Satu hari sebelumnya,

Kata orang, menjadi seorang Ibu merupakan anugerah sekaligus bencana. Begitupun, untuk Kaluna. Dirinya bersyukur telah melahirkan dua orang manusia hebat dari rahimnya. Namun, ia juga tidak menyangka jika keduanya dapat membenci kehadiran satu dan yang lainnya.

Sekeras apapun Kaluna berusaha dirinya tidak dapat berdiri ditengah. Keadaan memaksanya untuk memilih dan berpihak.

Sebab, mereka berdua laksana air dan api. Katharina mungkin terlihat tenang, mengalir bebas tanpa tujuan. Namun tenangnya sangat berbahaya. Sebab, tidak ada yang tahu seberapa dalam air tersebut menyimpan luka.

Begitupun dengan Jesseline. Mungkin, dirinya terlihat sembrono dan kasar. Selalu merasa besar dan benar. Namun, dirinya tidak sadar percikan api yang ia punya mampu membakar dan menyakiti orang sekitar. Termasuk, dirinya sendiri.

Mereka sungguh tidak dapat hidup berdampingan. Entah, api yang harus rela padam karena air. Atau, air yang harus berhenti menetes karena kekeringan dimakan api.

—dan disini, Kaluna harus memutuskan agar setidaknya dirinya yang akan hangus dan tenggelam. Alih-alih kedua putri tercintanya yang harus hidup bersama luka karena keegoisan dirinya.

"Edriel  selalu berpegang sama perkataannya. Dia nggak mungkin cabut tuntutannya. Aku takut—Mom, aku —nggak mau masuk penjara." Jeje merengek lirih, menggengam erat tangan Kaluna yang terduduk bisu.

Kaluna menatap Shaka yang hanya mampu mengacak rambutnya yang tidak gatal. Mereka semua tahu, jika Jesseline yang bersalah disini.

"Jesseline, Mommy boleh ngomong?" Kaluna bertanya hati-hati.

Jeje mengangguk, tangannya masih menggengam erat Kaluna. "Apakah kamu berkenan, kalau Mommy melakukan syarat yang dibuat Katharina?"

"Kaluna!"

"Mommy!!"

Jeje dan Shaka kompak membantah perkataan yang keluar dari bibir Kaluna. Mereka jelas menolaknya. Melakukan itu semua sama saja membongkar semua keburukan yang sudah lama mereka sembunyikan.

"Sudah seharusnya kamu melakukan semua itu, untuk memperbaiki semuanya." suara Grandma mengiterupsi mereka. Menatap sinis Kaluna dan Shaka yang duduk berdampingan.

"Menantu saya harus meninggal karena serangan jantung di usia pernikahan mereka yang belum genap satu tahun, karena Shaka membawa Jesseline hari itu. Berujung Shaka yang harus kesulitan mengurus Jesseline sendirian. Namun, itu adalah harga yang harus ia tanggung. Berbeda dengan kamu yang masih mampu berbahagia bersama keluarga kecil kamu. Lalu dengan tanpa malunya, kamu kembali kepada Shaka ketika kamu membuang suami dan anak kamu—"

"—Kamu tidak tahu jika kamu hanya memberi beban untuk kedua anak kamu! Mereka membenci satu sama lain karena dosa yang sudah kamu perbuat!" Grandma berteriak meluapkan semua luka yang selama ini ia coba tahan.

Baik Shaka, dan Jesseline tidak mampu membantah. Mereka semua tahu jika Grandma lah yang selama ini selalu ada untuk mereka. Membantah wanita tua itu, sama saja mencari mati. Sebab, jika tidak ada Grandma. Mungkin, Shaka juga tidak bisa sampai sejauh ini bertahan.

"..."

"—Yang pantas disalahkan atas semua ini adalah kamu— Jadi tolong, bebaskan Jesseline dan Katharina dari penjara kebencian yang mengurung mereka selama ini." 

"..."

"Tidak usah repot memikirkan Jesseline lagi. Karena, mulai besok dia tidak akan tinggal di Indonesia. Bereskan semua barang-barang kamu dari sini Kaluna, dan bertanggung jawablah." lanjut wanita tua itu dingin, mengusap air mata yang sempat membasahi pipinya. Lalu, menarik Jesseline dengan paksa dari pelukan Kaluna.

BluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang