Suasana kantin yang ramai juga beberapa mahasiswa yang mencuri dengar pun seketika hening. Begitupun dengan teman-teman Kath yang menyimak.
Suara Kath memang tidak cukup keras untuk didengar oleh semua orang. Namun, bisik-bisik pelan dari mulut ke mulut tentang perkataan perempuan itu dengan cepat sampai ketelinga siapa saja yang sedang berada di ruangan ini.
Tentu saja, ini adalah fakta mengejutkan. Sebab, mereka semua selalu bertanya-tanya kenapa Kath dan Edriel yang dulunya dikenal sangat dekat tiba-tiba ada jurang dalam diantara mereka.
Bahkan, mereka yang dekat dengan Kath pun sering bertanya-tanya. Dan saat ini, tak menyangka jika mereka dapat menemukan sedikit jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantui mereka.
Kath menatap wajah Edriel yang sedang menunduk lesu. Kemudian, berjalan pelan kearahnya. Lalu, menarik lengan lelaki yang sedang dipegang oleh Hazza. "Ayo,"
Ada keterkejutan membayangi wajah Edriel begitupun dengan semua orang yang menyaksikan. Apalagi, Jeje yang sudah siap siaga menerkam Kath kalau saja tubuh nya tidak ditahan oleh Hazza dan Juna.
"—Ayya, semua orang lihat."
"Biarin aja." jawab Kath ketus. Kemudian melihat mereka satu persatu yang tampak tidak masalah atas tindakan nya, kecuali satu orang you know who.
Kath membawa Edriel pergi dari kantin sendirian tanpa didampingi siapapun. Lebih tepatnya tidak ada yang berani mengusik perempuan itu. Selama perjalanan menuju mobil Edriel, tidak ada sepatah kata yang terucap diantara keduanya.
Jika dapat didengar mungkin yang terdengar hanyalah detak jantung yang bekerja dua kali lebih keras memompa darah keseluruh tubuh mereka.
Nggak sampai sepuluh menit, mobil audi hitam yang sangat Kath kenal terlihat di pandangan nya. Tidak sulit mencari mobil Edriel karena lelaki itu masih memarkirkan mobilnya ditempat biasa yang sering Kath kunjungi.
Langit biru menjadi saksi bagaimana setelah sekian lama Kath kembali masuk kedalam mobil yang dulunya menjadi salah satu tempat pulang ternyaman untuknya.
Dengan hati-hati, Kath menuntun Edriel untuk duduk di samping kursi kemudi mobil dan tidak lupa mengaitkan sabuk pengamannya.
"Ayya..."
Kath menoleh, matanya memandang Edriel yang juga sedari tadi tidak berhenti menatap dirinya. "Ada yang sakit?" Kath bertanya khawatir.
Edriel menggeleng, dirinya selalu suka melihat bagaimana Kath yang menjadi dua kali lebih pengertian jika khawatir. Ditambah dirinya dapat melihat perempuan itu sejengkal lebih dekat dari apapun sekarang.
Bayangan perempuan itu berada dalam peluknya dengan wangi dark chocolate pun membuat Edriel hampir gila ditempat nya, dan masih dengan keras meyakini diri nya untuk tidak melakukan hal diluar batas yang dapat membuat mereka semakin canggung.
Namun, sejuknya pendingin mobil semakin membuat wangi tubuh yang sangat Edriel rindukan didalam peluknya menusuk rongga hidungnya.
Edriel menyerah, dirinya tidak mampu menahan semua kerinduan yang selama ini ia tahan. Sesaat kemudian, Edriel menarik Kath yang masih sibuk memasangkan sabuk pengaman kedalam pelukan nya.
Mungkin Edriel sudah membuang seluruh akal sehatnya kali ini dengan membawa Kath kedalam pelukan nya. Perempuan itu tentu saja terlihat sangat terkejut atas tindakan impulsif yang dilakukan oleh Edriel namun menit berlalu dan tidak terlihat adanya penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bluesy
FanfictionKath tidak pernah menyukai warna karena dia selalu merasa gelap di tempat terang sekalipun. Namun siapa sangka, Semesta mempertemukan dirinya dengan Birru. Seseorang yang nama nya saja sudah sangat bewarna. Birru, menjadi satu-satu nya warna dan ses...