Bab 27

151 31 3
                                    

Happy reading

Kiara pov-

Tepat pukul 10 malam aku putuskan untuk angkat kaki dari rumah. Aku melajukan mobil tanpa arah tujuan dengan hatiku yang sangat hancur sehancurnya karena ucapan pria yang sangat aku cintai yaitu suami ku sendiri. Aku tidak tahu apa yang membuat gavin mendadak berubah deratis percaya akan perkataan adisty yang sudah jelas-jelas istri kedua yang tidak pernah ia harapkan dalam hidupnya. Mungkin ini salahku juga, andai saja waktu itu aku tidak meminta dan memohon pada gavin untuk menikahi adisty. Mungkin aku dan gavin akan hidup bahagia tanpa ada badai besar yang menyambar keluarga kecilku.

Sepanjang perjalanan aku terus meneteskan air mata yang sulit aku hentikan karena rasa sakit hatiku yang begitu besar. Aku terus melajukan mobil dengan kecepatan sedang karena cuaca malam ini telah turun hujan begitu lebat. Sesekali aku menghentikan mobil dan menepihkan di pinggir jalan dengan tatapan kosong aku kembali teringat ucapan gavin "keluar dari rumah ini" hatiku terasa teriris. Kepercayaannya padaku telah hilang hanya karena kejadian yang ia lihat hanya sepenggal saja. Aku tidak mempunyai kesempatan untuk menjelaskan penuh kepada gavin awal cerita sesungguhnya hingga akhir.

Malam sebelum kejadian dimana aku harus angkat kaki dari rumah. Aku sedang duduk santai di balkom kamar sembari membaca novel, tidak sengaja suara teriak dan tangisan nando terdengar sampai di kamarku karena begitu kencang. Tentu saja aku merasa panik dan bangkit dari duduk. Aku berjalan keluar kamar menuju arah tangisan nando. Sampai di tangga aku mataku membelalak melihat nando menangis tergeletak di lantai ruang makan dengan keadaan keningnya berdarah karena terluka. Aku berlari menuruni anak tangga bergegas untuk menolong nando.

"nando" aku berteriak dan berlari. Aku langsung membopong nando. Saat aku hendak membawa nando kekamar adisty tiba-tiba saja muncul dan menghentikan langkahku.

"mau kau bawa kemana nando" ucap adisty.

Aku menoleh kearah adisty dengan rasa kesal. "mata kamu buta? Apa kamu tidak lihat nando terluka? Kamu dari mana saja. Kalau tidak sanggup urus anak bilang" aku dengan suara nada tinggi. Namun reaksi adisty hanya biasa saja seakan tidak peduli akan putranya yang sedang terluka.

"aku dari kamar ambil ponsel" ucapnya adisty.

"what?? Ambil ponsel kau bilang. Segitu pentingnya ponsel dibandingkan nando. Kau benar-benar wanita tidak waras, meninggalkan anak sendirian"

"kalau aku wanita tidak waras lalu apa urusanmu, lagi pula nando mau terluka masa bodo buatku karena aku wanita tidak waras bukan" balas adisty sembari tersenyum licik.

Aku semakin geram dan terpancing oleh ucapan adisty yang membuatku semakin tidak bisa mengontrol emosiku. Aku berteriak memanggil lisa dan memintanya untuk membawa nando kekamar. "lisa"

Setelah aku memberikan nando kepada lisa. Aku tanpa mikir panjang langsung menampar wajah adisty dan mendorongnya hingga tubuh terjatuh kelantai. Aku menghampirinya dan menjambak rambutnya hingga ia meringis kesakitan. Tanpa aku sadari gavin yang baru saja sampai dirumah ia melihat kejadian aku sedang menjambak adisty dengan emosiku yang sudah meluap.

"kiara" teriak gavin belari  menarik kiara dan mendorongnya. "aku apa-apan sih?!" ucap gavin.

Saat aku hendak menjelaskan pada gavin. Adisty memotong ucapanku dan ucapannya itu membuat gavin marah padaku.

"kiara mendorongku saat aku sedang mengendong nando" ucap adisty.

Gavin melirik kearah nando dan melihat putranya terluka membuatnya murka. ''berani-beraninya kamu buat anakku sampai terluka"

Gavin menunjuk wajahku "keluar dari rumah ini" sembari membuang muka.

"vin, aku bisa jelasin? Apa yang adisty katakan itu tidak benar" aku mencoba menjelaskan tapi gavin dengan suara lantangnya membuat bibirku tak berkutik.

KIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang